46. Masa Lalu Arkan

Start from the beginning
                                    

----

Arka menghela napas panjang. Lelaki itu menatap bundanya dengan malas. Airin---ibunya itu versi Arka perempuan, sama-sama memiliki keras kepala. Jika sudah menentukan pilihan maka semuanya tidak akan bisa dibantah. Dan, sama seperti ini. Airin tidak main-main dengan ucapannya, wanita paruh baya itu sudah menjemput Asya duluan tanpa sepengetahuan Arka dan Arsen. Bahkan, Arka mendapatkan telpon dari ayahnya bahwa barang-barang Arka dan Asya ikut serta dipindahkan.

"Bund, Arka sama Asya nggak usah pindah, aja." tolak Arka.

Airin menggeleng. Wanita itu tidak ingin melihat menantu kesayangannya dalam masalah lagi. "Kalian harus pindah. Kamu nggak suka tinggal bareng lagi?"

"Nggak gitu bund. Arka cuma nggak enak aja. Lagian Arka punya rumah,"

"Arka! Setidaknya kamu sama Asya tinggal bareng sama bunda satu Minggu! Bunda kangen sama kalian berdua, lagian salah kamu sendiri jarang jenguk bunda selama ini!" balas wanita paruh baya itu.

Arka hanya mengembuskan napas berat kala mendengar penuturan sang ibunda ratunya itu. Seketika, Arka menyesal tidak pernah main ke rumah bundanya. Kalo gini ceritanya Arka tidak akan bisa leluasa mendekati Asya. Menyebalkan sekali.

Asya yang baru saja keluar dari kamar mandi pun terdiam, saat melihat wajah suaminya lagi. Arka menoleh membuat Asya membuang muka. Ia belum bisa menerima lelaki itu sepenuhnya.

"Sayang, kamu mau kan tinggal bareng bunda sama ayah?" Airin bertanya pada gadis berambut sebahu itu dengan lembut.

Boleh kah Arka berharap gadis itu mengatakan 'tidak' sepertinya ia terlalu berharap.

"Mau bund." jawab Asya seraya mendekati ibu mertuanya. Tinggal bersama ibu mertuanya emang keinginannya sejak beberapa jam yang lalu. Jika, Asya tinggal bersama Arka, berdua saja itu pasti sangat membosankan. Lagian, ia masih belum mengingat tentang seluk-beluk rumah tangganya.

Arka yang mendengar jawaban dari Asya pun menghela nafas. Entah, sudah berapa kali cowok itu menghela napas, pasrah.

Lain halnya dengan Airin, wanita paruh baya itu malah, tersenyum puas. "Nah, Asya aja mau, Ka!"

"Sebahagia bunda aja!" Sahut Arka pasrah.

***

Asya terdiam sejenak. Mata gadis berambut sebahu itu menatap sebuah rumah mewah yang terasa tak asing lagi. Entah, kenapa ia pernah mengunjungi rumah berdominasi warna putih itu. Tapi, kapan. Asya memejamkan matanya saat merasakan kepalanya berdenyut nyeri. Tidak mau membuat kepalanya bertambah sakit, ia pun menepis pikirannya tentang masalah rumah tersebut.

"Sya! Langsung aja, yuk!" ajak lelaki yang berstatus suaminya itu. Asya hanya mengangguk tanpa menjawab.

"Lo belum terbiasa, ya, dekat sama gue?" tanya Arka membuat Asya menoleh. "It's okay. Gue ngerti sama keadaan lo. Tapi, gue mohon jangan pernah Lo menghindar dari gue, Sya!"

Arka dan Asya emang pulang berdua dengan menggunakan mobil Arsen, sementara Arsen pulang bersama Airin. Karena, setelah sekian lama berdebat dengan bundanya tadi akhirnya Airin mengizinkannya untuk pulang berdua dengan Asya. Arka melakukan ini semua untuk mendekatkan diri pada gadis disampingnya itu.

"Gue emang belum terbiasa tapi gue lagi berusaha!"

"Gue tau. Maaf."

ARKASYA Where stories live. Discover now