40. Dibawah Rintikan Hujan

15.2K 1.1K 407
                                    

Jam berapa kamu baca part ini?

Sudah siap kembali untuk menyaksikan bom kedua??
J

angan lupa vote!!

Happy reading

"Beli kambing enaknya di shoppe atau lazada, ya?"
- Arsenio

--🐐🐐--

"Jawab gue, jadi kalian udah rencana ini semua?" tanya orang itu membuat semua remaja tersebut kelimpungan.

"Ar...,"

Cowok itu menghela napas lalu melirik satu persatu manusia yang mematung layaknya sebuah pajangan itu. Ia memijit pelipisnya yang tiba-tiba pusing. Jadi dugaan nya tadi benar. Pantas saja Asya---gadis itu tersenyum misterius saat berdansa dengannya.

"Sen, lo dengar semua yang kita omongin tadi?" tanya Karin yang di angguki cowok itu.

"Arsen, gue sama yang lain bisa jelasin?" Kini Liam yang kembali bersuara. Pasalnya yang lebih dekat dengan Arsen adalah cowok itu. Dalam urusan Osis tentunya, selain itu tidak.

"Nggak perlu. Gue udah tau."

"Lo nggak marah sama kita kita?" Heran Satria. Sejak awal ia kira Arsen bakalan marah marah karena secara tidak langsung mereka juga menghancurkan kembaran lelaki itu.

"Marah? Yang ada gue malah senang. Bagus dong, jadi gue nggak perlu repot-repot buat bongkar rahasia Naira."

"Serius lo? Ini Arka juga bakalan kena imbasnya lho!"

"Serius Liam, lebih baik kalian membongkar kedok cewek siluman itu semakin cepat maka semakin baik." tutur Arsen dengan enteng. Terlihat dari wajahnya yang nampak semangat untuk membuat rahasia Naira segera terbongkar.

Bara yang mendengar ucapan Arsen itu hanya menarik nafas dalam-dalam. "Bom kedua besok pagi!"

Atensi yang tadinya mengarah ke arah Arsen berubah. Semua remaja berlawanan jenis itu melirik Bara. Suasana malam yang dingin membuat mereka hanya mengangguk tanpa ada bantahan. Lagian dengan kejadian tadi, mereka yakin bahwa Naira pasti akan sedikit demi sedikit mengeluarkan sisi lainnya.

Jika diingat ingat kejadian tadi membuat mereka meringis. Gadis itu terlalu berani, padahal dari awal pernikahan Asya dan Arka dirahasiakan. Dan, lihatlah sekarang, Asya sendiri yang memberitahukannya kepada publik lebih parahnya di acara ulang tahun Naira.

"Asya dimana?"

Pertanyaan dari Arsen itu tentu membuat mereka hanya saling melirik satu sama lain. Melihat tidak ada yang menjawab membuat cowok itu mengusap rambutnya dengan frustasi.

"Sialan, pasti bersama Arka," umpat Arsen lalu pergi.

"Beda banget sifat mereka. Yang satunya pintar, yang satunya bodoh plus bego," celetuk Dela yang terus memperhatikan tubuh jangkung Arsen menghilang dibalik tembok.

Sementara ditempat yang sepi. Asya melangkahkan kakinya keluar dari pekarangan hotel. Sorot mata gadis itu tampak berkaca-kaca menahan tangis dan amarahnya. Langkah kaki Asya berhenti kala sebuah tangan menariknya dengan kasar.

ARKASYA Où les histoires vivent. Découvrez maintenant