50. Terpaksa Kembali

19.3K 1K 108
                                    

Arka terdiam cukup lama setelah Arsen pergi keluar dari kamarnya. Laki-laki bermarga Pradipta itu menatap ruangan kamarnya dengan tatapan kosong. Arka memejamkan matanya sebentar lalu membukanya dengan perlahan. Ia merogoh ponselnya yang berada disaku jaketnya, lalu menelpon gadis yang membuat ia kehilangan semangat untuk hidup saat ini.

Nomor gadis itu diluar jangkauan membuat ia melemparkan benda pipih itu sembarangan arah. Arka terkekeh kecil lalu mengusap rambutnya dengan frustasi. Ia benar-benar seperti orang gila malam ini.

Dengan perasaan campur aduk ia kembali membuka lembaran kertas yang sedikit bercampur noda merah darah, dan membaca ulang surat itu kembali.

Hai, Arka!

Arka hanya bisa tersenyum saat membaca sapaan gadisnya. Arka menghembuskan napas panjang lalu kembali menguatkan hatinya.

Gue pamit pergi, ya! Pergi meninggalkan kenangan yang ada disana.
Gue udah maafin lo kok, jadi lo nggak perlu buat nyusul gue kesini.

Gue tau keputusan yang gue ambil ini salah, tapi, gue rasa untuk sementara waktu ini jalan yang terbaik untuk kita.

Kita perlu mendewasakan diri masing-masing, Arka. Gue juga tau lo pasti tidak terima kan? Tapi, gue mohon terima keputusan gue untuk kali ini.

Gue pergi bukan berarti meninggalkan lo selamanya. Gue akan pindah di Singapura untuk sementara waktu dan menyelesaikan sekolah disana. Buat lo, jangan sering bolos lagi, ingat bentar lagi mau lulus, lo harus belajar.

Oh ya, bilang sama Arsen, gue minta maaf belum bisa bujuk bunda sama Ayah. Lain kali aja.

Mungkin cuma ini yang perlu gue bilang sama lo. Intinya gue udah maafin semua kesalahan lo selama ini. Dan, satu lagi jangan pernah nyusul gue disana, berani nyusul gue akan pergi lebih jauh dari lo.

Aku mencintaimu Arka.

"Aku juga mencintaimu!" balas lelaki itu lalu meletakkan surat itu di atas kasurnya.

Arka hanya bisa menatap nanar sebuah foto Asya yang berada di atas nakas. Senyuman merekah tercetak jelas didalam foto tersebut. Arka bangkit dari tempat duduknya kemudian mengambil foto tersebut.

Arka tersenyum, senyuman penuh akan penyesalan. Ia tidak pernah menduga Asya meninggalkannya dengan cepat, Arka bisa saja menyusul gadis itu disingapura jika mau, tapi ia tidak mau ambil resiko.

Yang dikatakan Arsen itu benar, ia harus merelakan Asya pergi untuk sementara ini setelah itu ia akan bertindak.

Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari tapi belum ada tanda-tanda Arka untuk beristirahat. Padahal, seluruh tubuh laki-laki itu sudah lelah. Dari pulang tawuran saja ia sudah ingin segera beristirahat tapi kenyataan membuatnya tidak bisa tidur.

"Arka lo belum tidur?"

Cowok itu mendongak menatap wajah kembarannya lalu menjawab dengan gelengan kepala, hal tersebut membuat Arsen menghela napas.

"Mending tidur tubuh lo juga butuh istirahat, Arka!"

"Gue nggak ngantuk!"

Lagi-lagi Arsen hanya bisa menghela napas. Kembarnya sekarang seperti mayat hidup. "Jangan keras kepala."

Arka memejamkan matanya. "Sen, menurut lo gue harus gimana?"

ARKASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang