46. Masa Lalu Arkan

17.6K 1K 247
                                    

Jam berapa kamu baca part ini?

⚠️Warning!⚠️
Banyak typo dan pengunaan tidak sesuai KBBI.
Silahkan tag author jika ada kesalahan
⚠️

📍Happy reading
✿♡✿
.
.

Kaburnya Naira membuat Arka merasa geram pada mantan kekasihnya itu. Sungguh, Arka tidak akan menduga jika Naira kabur dan bisa lolos begitu saja.

Arka menyandarkan kepalanya ke bangku mobil milik lelaki pencinta Kambing itu.

Arsen yang berada disamping kembarannya itu hanya terdiam sambil fokus menyetir mobil, saat ini keduanya sedang menuju rumah sakit Bima Merdeka.

"Ka, menurut lo Asya itu cantik, nggak sih!?" Arsen mencoba mencairkan suasana yang terasa beku.

Arka menoleh. "Menurut lo?" Bukannya menjawab cowok itu malah bertanya balik. Arsen mendengus.

"Pertanyaan dijawab pertanyaan. Bukan malah nanya balik. Dodol banget sih lo."

"Biasa aja kali."

Arsen memutar bola matanya. "Serius, Ka. Menurut lo Asya cantik nggak, sih?"

"Cantik."

"Satu lagi, lo cinta nggak sama Asya?" tanya Arsen lagi membuat Arka terdiam.

"Sedang mencoba." jawaban Arka itu tentu membuat Arsen berdecak kesal.

"Iya atau tidak?"

Arka memejamkan matanya, berusaha tidak memukul kepala saudara kembarnya itu. Dari dulu sampai sekarang, jiwa kepo Arsen emang nggak ada lawannya. Lagian buat apa juga cowok itu tahu.

"Kepo!"

Arsen hanya mencibir dalam hati. Ternyata, Arka versi menyebalkan kambuh. Lihatlah, cowok itu hanya menjawab singkat.

Keduanya kembali terdiam. Suasana yang tadinya sedikit mencair kembali kebentuk semula, beku. Huff, ditambah lagi langit, hari ini gelap. Gelap, seperti masa depan Arsen.

Arka mendongak menatap langit. Sepertinya, sebentar lagi akan turun hujan lebat dan siap untuk membasahi permukaan permukiman warga. Arka mengalihkan pandangannya pada Arsen. Entah apa cowok itu pikiran sehingga membuat kerutan di dahinya, tak lama kemudian cowok berbaju seragam sekolah SMA dengan keadaan acak-acakan itu menghela napas.

"Sen! Lo suka banget sama kambing?"

Arsen yang tadinya anak kalem, berubah drastis, saat mendengar nama hewan favoritnya. "Suka banget. Lo mau bantuin gue bujuk Bunda sama Ayah, juga, ya?"

Arka terdiam.

"Kebetulan banget lo anak kesayangannya bunda."

"Lo serius suka sama Kambing?" tanya Arka sekali lagi. Kali ini suara cowok itu sedikit berbeda.

"Iyalah. Kenapa sih?" Arsen menggerutu. "Lo nanya nggak cukup satu kali, apa?"

Arka menggeleng. "Doyan sama Kambing 'kan lo? Jadi, posisi gue aman buat perjuangin Asya!"

"Astagfirullah, gue normal, Arka!"

ARKASYA Where stories live. Discover now