17. Sang Antagonis

15.5K 957 148
                                    

Haii, kalo boleh tau kalian dari kota mana aja nih??

Me: Pontianak
You:

Happy reading

🦋

🦋

Hari Senin? Tidak ikut upacara?

Hal itu sudah biasa bagai Arka dan temannya. Dari sekian banyaknya anggota Argos Arka dan keempat temannya lah yang paling sering tidak ikut upacara. Sementara yang lainnya ikut.

Kebiasaan buruk, tapi tidak bisa ditinggalkan. Kalo boleh memilih semuanya murid juga tidak mau berdiri di lapangan, panas-panasan, ditambah lagi amanat pembina upacara yang sangat tak mengingat waktu.

"Ar, lo ngapain diam aja?"

Arka menghela nafas panjang dan menyandarkan kepalanya ditembok kantin. Lelaki tersebut hanya diam hingga membuat Satria berdecak kesel karena diabaikan.

"Putus cinta lo?" Tanya Irzan.

Satria bangkit dari duduknya kemudian mendekati Arka. Sebelum itu cowok playboy tersebut menyeruput es Liam yang masih belum disentuh oleh sang pemilik.

"Itu es milik gue bangsat," umpat Liam kesal pada sepupu laknatnya itu.

Satria hanya acuh. "Lagi ada masalah sama Asya ya," celetuk Satria membuat Arka menoleh. "Nebak aja sih," tambahnya.

"Emang tuh cewek buat masalah lagi?" Tanya Bara dengan dingin.

Bara? Cowok dingin yang memiliki sifat pendendam. Siapa pun yang yang berurusan dengan dirinya akan ia benci, termasuk Asya. Walaupun Bara tidak membully gadis itu tapi sikap bencinya membuat ia harus menahan diri untuk tidak melakukan hal yang aneh.

"Lo masih benci sama Asya?"

Arka diam kemudian mengangkat bahu acuh. Entahlah Arka juga tidak tahu. Perasaannya sekarang tidak enak dan merasa bersalah. Mungkin karena kejadian tadi malam tetapi ego mengalahkan perasaannya saat ini.

"Besok main ke rumah Tante Airin yuk?" Ajak Irzan membuat Arka menegang.

"Mau ngapain?"

Irzan berdecak. "Mau main lah!"

Liam mencibir lelaki itu. "Mau main atau mau numpang makan lo?"

Cowok berkulit putih bersih itu tersenyum lebar hingga membuat ketiga temannya berdecih. Apa gunanya rumah cowok tersebut kalo ujung-ujungnya masih numpang makan di rumah orang.

"Nanti sore aja gimana," usul Liam sambil memakan goreng pisang.

Satria melirik Arka, tidak ada raut khawatir ataupun gelisah di wajah cowok itu. Apakah Arka tidak takut ketiga temannya tahu?

"Gimana, Ar? " Tanya Liam masih menunggu jawab sang empu.

Arka menghela nafas. Cowok itu kembali menyadarkan tubuhnya ditembok, ia bingung harus memberikan alasan apa pada keempat temannya ralat hanya tiga karena Satria sudah mengetahui statusnya. Arka memijit keningnya pusing, tentu saja. Entah sampai kapan menyembunyikan pernikahannya ini.

ARKASYA Where stories live. Discover now