21. Jatah Pagi

2.6K 116 6
                                    

happy reading!! jangan lupa vote sama comment yyyy


"Ingat jangan deket sama cowo lain, termasuk Alfa. Gue akan selalu ngawasin lo meski gue gak ada di sana."

"hm." Jawab Zefany malas. Bagaimana tidak malas, hampir sepanjang jalan yang lelaki bicarakan selalu sama.

Kali ini Arga terlihat berbeda dengan kemeja hitamnya, tidak seperti biasanya. Rambut yang biasanya selalu jauh dari kata rapi kini terlihat lebih baik meski tidak begitu rapi, dipadukan dengan kemeja hitamnya yang digulung sampai sikut menghasilkan kesan maskulin serta terlihat dewasa. Jika orang lain yang melihatnya dipastikan akan berteriak histeris memuja penampilan Arga saat ini.

Mobil Arga berhenti tepat di depan gerbang sekolah. 

"Jawab yang bener, gue serius." kare permintaan Ayahnya yang meminta dirinya untuk pergi ke perusahaannya, Arga jadi tidak bisa mengawasi Zefany seara langsung.

"Iya, Kak Arga udah berapa kali ngomong kayak gitu."

"Gue Cuma mastiin aja, soalnya lo suka bandel, ingat ya-"

"Iya-iya inget, gak boleh deket sama cowo termasuk Alfa kan? Udah ya Zefa mau turun makasih udah nganter, Kak Arga hati-hati di jalan."

Bersamaan dengan Zefany yang akan membukakan pintu mobil dengan itu Arga menguncinya membuat Zefany melirik Arga dengan tatapan tanya.

"Terimakasih lo mana?"

"Kan tadi udah bilang makasih."

Arga menggeleng keras, bukan itu yang Arga inginkan. "Harus ada timbal baliknya langsung, gue anter lo aja pake bensin."

Zefany berdecih ernyata Arga sangat perhitungan. "Yaudah berapa? Lima puluh ribu cukup kan buat ganti bensin Kaka?" Zefany menyodorkan uang yang di sebutkan.

Arga menepis lengan Zefany sambil berdecak kesal. "Uang gue banyak kalo lo lupa."

"Terus apa?"

"Tenaga gue, bukan mobil."

"Hah?"

"Bayar sama cium pipi gue." Sembari menunjuk-nunjuk pipinya.

"H-hah?"

"hah heh hoh mulu. Cium pipi gue cepet." Arga kemudian mendekatkan pipinya.

"Maksudnya aku harus cium pipi Kak Arga?"

"Bego banget padahal udah jelas. Kenpa? Gak mau? Yaudah kita di sini aja sampai bel pulang sekolah."

"Sinting." Gumam Zefany menggelengkan kepala.

"Ciumnya jadi dua kali, di pipi kanan sama kiri."

"KOK GITU?"

"Jadi tiga kali."

"Kok?

"Yang pertama lo buat bayar tenaga gue, kedua karena lo ngatain gue sinting, dan yang ketiga lo teriakin gue."

Mendengar itu Zefany langsung memandang tidak percaya Arga. "Zefa gak mau, enak aja."

 "Pilihan yang bagus." Arga memundundurkan posisi kursi kemudi hingga membuat tubuhnya berbaring kemudian memejamkan matanya.

"Ih kok malah tidur, sih." Zefany melirik arloji di tanannya. "Kak Arga please buka pintunya, bentar lagi masuk. Kak, tolong banget."

Arga mengidikan bahunya dengan mata terpejam. "Bukan urusan gue."

"Kak.. please.."

Arga tersenyum puas melirik Zefany dari sudut matanya.

"Kak gak ada yang lain? Peluk aja gimana? atau cium tangan juga gak papa." Tawar Zefany yang dijawab dengan gelengan oleh Arga.

"Gue kasih keringan. Lo boleh cium gue satu kali tapi nanti sisanya bakal gue tagih." Arga menatap Zefany dengan senyuman smirknya, sangat terlihat menyebakan di mata Zefany.

Tidak ada pilihan lain, waktu terus berjalan jika Zefany terus menolak maka dia akan benar-benar terlambat. Pokoknya setelah pulang sekolah Zefany akan menghindari Arga untuk tidak bertemu.

"Gimana?"

Zefany menghela nafas pasrah. "Ta-tapi ada syaratnya."

Arga kembali duduk tegak menghadap Zefany. "Apa?"

"Emm, pintu mobilya jangan di kunci."

Arga hampir terbahak, Zefany pikir dia bodoh dengan menuruti keinginan gadis itu kemudian Zefany akan dengan mudahnya kabur. "Gue gak bodoh sayang, lo mau kabur kan?"

Ah iya, sangat mudah ditebak. Jadi bagaimana caranya agar Zefany bisa terhindar.

"Enggaa. Serius, itu cuma– biar nanti aku gak nunggu dibukain." Tidak sepenuhnya bohong, Zefany akan merasa sangat malu setelahnya jika masih bersama Arga jadi dia bisa langsung berlari. Tapi itu kemungknan buruknya jika nantinya Zefany sulit kabur lebih dulu.

Arga menggelengkan kepalanya. "E N G G A K."

"Zefa bakal cium tiga kali sekaligus."

Arga masih menggeleng, tidak tertarik dengan ucapan Zefany.

"Di bibir." Spontan Zefany membuat Arga menyeringai.

"Okey."

Kesempatan! Teriak senang Zefany dalam hati.

Clik. Suara kunci terbuka.

"Liat aja kalau lo bohongin gue."

"Engga berani aku bohongin Kakak, sekarang Kak Arga tutup mata, Zefa malu kalo Kak Arga sambil liatin Zefa."

Arga memicing curiga namun ucapan Zefany telah membuatnya menjadi bodoh karena Zefany tentu tidak akan membiarkan bibirnya ternodai lagi, apa lagi ini sampai tiga kali. Tapi memang ucapan Zefany sangat mempengaruhi Arga, dia jadi seperti anak kecil yang mudah ditipu, lihat saja sekarang lelaki itu tengah memejamkan matanya dengan bibir manyun membuat Zefany geli sendiri melihatnya.

Zefany tidak menyangka Arga sebodoh ini jika berurusan dengan hal seperti ini.

"Lama banget sih yang." Ucap Arga masih mempertahankan posisinya.

"Sabar Kak." Zefany keluar dari mobil Arga, tertawa melihat Arga yang masih manyun.

"Dadah Kak Arga, makasih ya tumpangannya nanti gak usah dijemput. Bye."

Arga membuka matanya bersamaan dengan suara pintu tertutup. Dengan buru-buru Aga keluar dari mobil namun ternyata Zefany berhasil lari memasuki sekolah.

"Sialan Zefany! Liat aja gue gak bakal lepasin lo nanti." Ucapnya penuh dengan rasa marah.

Arga merutuki dirinya sendiri karena dengan mudahnya masuk ke dalam akal-akalan Zefany.

"Lo juga mikirnya cipokan mulu jadi gaada kan jatah gue pagi ini." Tangannya meremas rambutnya sendiri dengan geram.

.

.

.

.

.

haloo lama ga ketemu yaa, maaf ya di gantung terus makin kesini tugas makin main keroyokan apalagi semester empat ini gak pernah gak ada tugas pokonya. oh iya gak bakal bosen aku ngucapin makasi sama kalian yang masih baca cerita ini hihihi meski ini cerita jamet bgt wkwkwkw, makasi yaaa dadah doain semoga bisa up lagi 

ARZEFANWhere stories live. Discover now