15. Arga dan Kantin

2.8K 198 12
                                    

happy reading ma pren!
jangan lupa, poho, hilap, forget untuk bote sebelum baca yaakkkk✨👍

Alfa dan Arga saling memberikan tatapan dingin sedangkan Zefa saat ini ketar ketir menahan takut yang masih dengan wajah kagetnya. Tentunya dia tidak lupa tentang peringatan yang Arga katakan kemarin, hanya saja dia terlalu asik hingga lupa bahwa Arga akan muncul kapan saja. Zefa menelan ludah kasar kala melihat kedua lelaki ini saling memberikan tatapan dingin seperti saling memberikan signal perang.

Well, terlalu lebay.

Arga mengalihkan tatapannya pada Zefa, membuat gadis itu menundukan kepalanya karena rasa takutnya.

"Pembangkang." Ucapan Arga mampu membuat Zefa sedikit demi sedikit mengangkat kepalanya, menatap Arga.

Tatapan Arga membuat Zefa cepat-cepat menjelaskan apa yang terjadi seberanya.

"Kak Arga e-engga itu ta- " ucapan Zefa terhenti lantara Arga menraiknya dengan tiba-tiba.

"Alasan." Arga membawa gadis itu pergi, Alfa yang melihat itu hanya bisa diam tidak bisa apa-apa begitupun juga dengan Sasa.

Arga terus menarik Zefa dengan langkah lebarnya yang dipercepat membuat Zefa sedikit berlari untuk menyimbangi langkah kekali itu, terkadang kakinya yang satu berbenturan dengan kaki lainnya hal itu sukses membuat Zefa hampir terjatuh. Semakin lama cengkraman Arga semakin erat menghasilkan rasa sakit di pergelangan tangannya. Zefa meringis tertahan.

"Kak Arga tunggu pelan-pelan, tangan aku sakit." Zefa mencoba melepaskan genggaman Arga tetapi itu malah membuatnya semakin mencengkram alhasil membuat Zefa berhenti memberontak lantaran rasa sakit.

"Kak Arga pelan-pelan."

"Engga, diem." Semakin menarik Zefa untuk terus mengikutinya.

Tiba-tiba Arga berhenti membuat tubuh Zefa bertubrukan dengan tubuh jangkung miliknya, Arga langsung berbalik menatap Zefa dengan tatapan yang sepertinya sudah menjadi makanan sehari-hari, tatapan menusuk. Lengan Zefa dihempas dengan kasar, Zefa mulai sibuk mengelus lengannya untuk menghilangkan rasa sakit.

"Lo gak bisa dengerin apa kata gue, ha?!" Nada bicara Arga sangat jelas terdengar jika dia sedang dalam mode marah.

"Lo ngerti gak gue bilang apa kemarin? Gue bilang jangan deket sama cowo lain"

"Denger gak lo?!" Suara Arga meninggi membuat Zefa terlonjak kaget dari keterdiamannya.

"Denger." Lirih Zefa ketakutan. Oke, sekarang jantungnya sudah mulai berpacu dengan cepat.

"Ya terus kenapa lo masih deket sama cowo itu, hah? Sengaja bikin gue marah lo?"

Zefa menunduk manahan takut, untung saja Arga membawanya ke tempat sepi jadi dia tidak akan menjadi pusat perhatian karena suara bentakan Arga yang menggelegar di telinganya.

"Ngomong Zefany!" Zefa semakin takut unutk membuka suara, matanya sudah berlinangan air mata yang menumpuk di pelopak mata, jika dia berkedip sekali saja maka air matanya aka terjun menuju pipinya.

Arga menarik rambut Zefa ke bawah agar gadis itu menatapnya. "Lo bisu ?"

Zefa hanya mampu menggeleng dengan air mata yang sudah jatuh, isakannya terdengar jelas di telinga Arga, matanya terpejam menahan rasa sakit. Namun Arga sama sekali tidak mempedulikannya.

Kepalanya terasa sakit karena Arga semakin menarin rambutnya, tiba-tiba rasa pusing melanda kepalanya. Lengannya menahan jambakan Arga agar tidak semakin menjadi.

"Sakit– hiks." Isakan tangis mulai keluar dari mulut Zefa tetapi Arga masih tidak mempedulikan hal itu. Rasa simpatinya kalah oleh rasa cembutu juga marah.

ARZEFANWhere stories live. Discover now