11. Ketakutan Zefany

3.8K 212 2
                                    

haloo happy reading guys!!
jangan lupa vote komen juga wkwk

Suasana rumah terlihat begitu gelap juga sunyi, hawa dingin membuat Zefa mengeratkan jaket kebesaran milik Alfa yang terbalut di tubuh kecil nya. Jam sudah menunjukan pukul setengah delapan malam, dia tidak langsung pulang karena harus menunggu hujan reda terlebih dahulu. Pikran nya tertuju pada Arga yang pasti akan memberi omelan tidak jelas, meski begitu tidak dapat dipungkiri juga ada rasa khawatir jika Arga sampai marah. Mengingat lekaki itu selalu lepas kontrol jika dalam tersulut amarah.

Zefa mulai menyalakan lampu satu persatu di setiap ruangan kemudian kaki nya berjalan menaiki tangga menuju kamar milik nya. Tangan Zefa menekan saklar lampu yang berada di dekat pintu. Bertepatan dengan cahaya yang mulai mendominasi kamarnya suara seseorang membuat Zefa kaget hingga tubuh nya berbalik kemudian mematung dengan mata yang terbuka lebar kala melihat sosok yang tengah berada di pikiran nya saat ini.

"Kenapa gak sekalian nginep aja berdua di perpustakaan?" Arga, duduk bersandar pada sandaran kasur dengan tangan yang di lipat depan dada memandang diri nya dengan tatapan datar namun menusuk khas milik nya. Seperti biasa tatapan nya selalu membuat nyali Zefa menciut seketika. Cukup lama mereka diam saling menatap hingga membuat Zefa merasa tidak nyaman.

Pasokan udara terasa semakin menipis kala Arga berjalan mendekati nya. Dengan begitu Zefa bergerak menjauh karena merasa takut akan terjadi sesuatu pada dirinya.

"K-kak A-Arga gak pulang? Udah malem." Suara nya melemah saat kalimat akhir terucap. Tangan nya mengerat pada sling bag yang dia gunakan. Arga tetap diam menatap Zefa dengan tatapan yang belum berubah.

Niat Zefa kabur ke dalam kamar mandi batal karena dengan reflek Arga lebih dulu menarik rambut milik nya yang membuat gadis itu berteriak kesakitan sekaligus kaget, Arga menarik tubuh kecil Zefa menuju ranjang kemudian membanting nya dengan sedikit keras.

"K-kak Arga." Lirih Zefa dengan mata berlinang air mata. Menatap Arga yang yang masih terlihat tenang dengan ekspresi datar nya.

Arga masih saja bungkam, pandangan tajam nya beralih pada jaket yang dikenakan Zefa. Dengan paksa tangan nya melepaskan jaket dari tubuh Zefa yang membuat gadis itu membeorntak dan berteriak melontarkan kata lepas. Pikiran Zefa jadi tak menentu, dia takut Arga akan melakukan hal yang tidak diinginkan, menurut nya tidak ada yang tidak mungkin ketika keadaan Arga trsulut emosi seperti ini. Zefa tidak bisa menahan tangisan nya karena perlakuan kasar Arga. Arga membawa jaket milik Alfa kemudian berjalan keluar untuk memberikan waktu Zefa membersihkan tubuh nya terlebih dahulu.

Sebelum itu langgkah Arga terhenti di mulut pintu. "Mandi, terus temuin gue di bawah."

***

Arga masih menunggu Zefa selesai, sudah 15 menit dia menunggu Zefa tapi gadis itu masih belum turun menemui nya. Arga memainkan ponsel miliknya melihat kembali foto yang sebelum nya sudah di kirimkan ke ponsel milik nya dari ponsel Deva, foto saat Alfa mempost Zefa yang sedang menikmati ramen milik nya. Hati nya kembali panas kala ingatan nya kembali pada jaket dikenakan Zefa, yang Arga yakini itu adalah jaket milik Alfa. Tangannya meremas ponsel milik nya, kemudian remasan nya mengendur kala mendengar suara langkah kaki menuruni tangga.

"Duduk." Titah Arga agar Zefa duduk di samping nya, namun Zefa mengabaikan perintah nya dengan duduk di sebrang meja yang berada di hadapan Arga. Lagi-lagi Zefa selalu bisa memicu kemarahan nya.

Zefa duduk berjauhan dengan Arga bukan tanpa alasan, dia sedang merasa bahwa dirinya jangan terlalu dekat denga lelaki itu apalagi setelah kejadian tadi di kamar membuat Zefa semakin ketakutan jika berada di dekat nya.

Arga masih menatap Zefa tajam dengan kening yang berkerut memberi isyarat mengguanakan tangan nya dengan menepuk-nepuk tempat kososng di samping nya memberi maksud untuk Zefa duduk di sebelah nya. 

Perintah Arga masih saja tidak diindahkan oleh Zefa hingga Arga sudah benar-benar geram kemudian menghampiri gadis itu menarik lengan nya agar ikut duduk bersama nya di tempat tadi, cengkraman pada lengan Zefa sangat kuat hingga menimbulkan warna memerah pada pergelangan tangan nya.

"Gue gak akan kasar kalo lo nurut sama gue." Ucap nya saat melihat kemerahan pada pergelangan tangan Zefa. Zefa menunduk enggan menatap Arga.

Arga mengabaikan Zefa yang tengah menunduk, namun dia juga tidak suka jika Zefa tak menatap nya saat sedang berbicara seperti ini. "Lo gue kasih izin buat cari bahan tugas kan? Kenapa malah jadi kencan, Zefa?" Suara Arga mulai meninggi membuat Zefa semakin enggan untuk mengangkat kepala nya.

Zefa pikir jika dia berada di dekat Arga terus rasa takut terhadap lelaki itu akan berkurang, tetapi dugaan dia salah semakin dia sering bersama Arga semakin mersa kecil diri nya.

Jika saat dulu dia selalu melawan– ya meski dia harus tetap mengumpulkan lebih keberanian nya terlebih dahulu, karena mungkin sebelumnya tidak terlibat hubungan dengan Arga dia masih memiliki tempat untuk menenangkan diri atau juga untuk mengumpulkan kebrenaian nya agar tidak diam saja saat lelaki itu menindas nya, tapi sekarang rumah nya, kamar nya juga bahkan sudah bisa Arga kunjungi yang artinya lelaki itu bisa kapan pun menemui diri nya. Arti lainya dia tidak punya tempat untuk benar-benar sendiri menenangkan diri atau bahkan menjauh dari lelaki itu.

.
.
.
.
.

halo guys!! maaf ya chap skrg pendek semoga kalian suka juga, oh iya maaf aku baru bisa update karena baru sembuh huhuu

oh iya makaziiiii buat klian yang masih nunggu dan yang udah baca semoga ga bosen yaa jangan lupa vote ayo tingkatin vote nya

ARZEFANWhere stories live. Discover now