17. Ice Cream

2.8K 174 6
                                    

gais aku disini sebut nama karakter Zefany yang sebelumnya selalu Zefa sekrg jadi Zefany ya, sebenernya ga penting si cuma mau bilang aja ahahahah xixixi

jangan lupa vote

happy reading gais !!

Bel sekolah berdering dengan nyaring pertanda bahwa jam sekolah sudah berakhir. Zefany buru-buru membereskan barang-barangnya, segera keluar kelas untuk pulang. Saat ini dia sedang tidak ingin bertemu dengan Arga, sejak peristiwa taman belakang tadi dia jadi merasa benci terhadap Arga. Zefany sama sekali tidak menikmati ciuman mereka– ah ralat, maksudnya hanya Arga karena Zefany diam tidak membalas ciumannya, ciuman Arga begitu kasar sampai menimbulkan luka pada bibirnya. Zefany dibuat ketakutan saat itu tubuhnya ikut bergetar,air matanya kembali lolos dengan lancar. Rasa kesal, sakit, benci menjadi satu.

Tanganya serasa di tahan oleh seserorang setelah dia berhasil keluar kelas, penasaran siapa yang menahan lengannya Zefany melihat sang pelaku. Entah bagaimana bisa leleki itu saat ini berada di depan kelasnya. Padahal dia yakin akan berhasil kabur karena kelas Arga tentu berbeda dengannya yang pastinya memiliki jarak yang cukup jauh, bagaimana bisa dia sekarang berada di sini.

"Mau kabur, hm?" Arga terenyum smirk dengan sebelah halisnya terangkat.

Zefany memandang malas Arga. "Lepas." Pintanya.

Wajah Arga langsung berubah datar, bukannya mengabulkan permintaan Zefany lelaki itu malah membawanya pergi bersama.

Sekarang Zefany merasa gugup. Ingatan tentang ciumannya di taman masih tercetak jelas dalam memorinya, bahkan dia menjadi tidak fokus selama pembelajaran tadi. Dia merasa marah juga malu. Dengan seenaknya Arga menodai bibirnya yang sudah dia jaga bertahu-tahun.

Setelah dia merendahkan harga dirinya kemudian dengan seenaknya dia mencium bibirnya. Hah, lihat saja dia tidak akan memaafkan Arga, memangnya hanya dia saja yang bisa marah.

Zefany melepaskan lengannya dengan sedikit kasar. "Kak Arga ngapain sih?" Tanya Zefany jutek.

"Jemput pacar lah."

Zefany memberikan tatapan sinis lalu pergi tanpa mempedulikan Arga.

Arga tidak ingin kalah dia menyusul Zefany mengandeng kembali lengan mungilnya yang terasa sangat pas digenggamannya. Zefany meminta Arga untuk melepaskan tangannya melalui tatapan, namun tentu Arga menolak dengan semakin mempererat. Zefany menyerah, sekarang dia tidak bisa menghindar dengan posisinya yang masih berada di sekolah. Dia tidak mau semakin menjadi pusat perhatian jika harus memberontak.

Tentang hubunganya dengan Arga,Zefany sudah menduga beritanya akan tersebar dengan cepat mengingat Arga adalah siswa yang paling digemari sekaligus disegani oleh orang-orang. Banyak yang tidak menduga tentang hubungannya. Tentu saja, siapa yang menduga sang target akan memiliki hubungan spesial denga sang pelaku.

Menundukan kepalanya karena merasa tidak nyaman menjadi pusat perhatian. Arga yang melihat itu sekilas menekan jemari Zefany.

"Angkat kepala lo, gue gak mau orang lain berpikir lo sengsara sama gue karena lo nunduk terus." Bisik Arga.

Ya emang udah sengsara. Zefany mebatin.

Zefany mengangguk mengiyakan, menuruti apa kata Arga. Tiba-tiba lengannya tertahan menggantung saat melangkahkan kakinya. Langkahnya jadi ikut tertahan karena lengannya yang masih berpegangan dengan Arga, Zefany berbalik memandang tanya Arga yang tengan terdiam menatapnya datar. Jika kalian ingin tau tatapan datar Arga lebih membuatnya risih dari pada tatapan tajamnya. Seperti lebih mengintimidasi. Zefany tidak suka.

"Lo gak jawab gue. Gue mau lo ngomong bukan nganggukin kepala." Lihat sangat sepele.

Zefany mencibir kesal sampai akhirnya melakukan apa yang dimaksud Arga. "Iyaaaaa Kak Argaaaa." Sengaja dipanjang-panjangkan.

ARZEFANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang