06. Sifat Tersembunyi Arga

7.5K 363 8
                                    

happi reading!
jangan lupa vote dulu sebelum baca yezzz


"Kak Arga."

Arga terdiam, masih dengan posisinya tidak berniat menjawab, dia kenal siapa pemilik suara itu. Dia tidak akan luluh begitu saja dengan bujukan Zefany.

Suara langkah kaki semakin mendekat. "Kak Arga." 

Arga tetap bergeming masih tidak berniat menjawab, hingga saat ini Zefany berada tepat disampingnya. Tanganya memegang ujung seragam Arga.

"Kak Arga masih marah?"

Bodoh, tentu saja dia marah.

"Kak Arga, Zefa udah save nonor Kakak di HP Zefa. Udah dong marahnya."

"Kak Arga ngomong dong, serem tau. Liat nih Zefa udah save."

"Hm."

"Kan udah di simpen sama aku loh, ish." Rengakan kesel dari Zefany malah membuat Arga menahan gemas.

"Yaudah deh Kak Arga mau apa biar ga marah."

Merasa tergiur dengan tawarannya Arga langsung menatap Zefany dengan antusias namun dia mampu menyembunyikannya dengan bersikap cool.

Kalo kayak gini kan enak Arga jadi bisa minta apa aja. 

"Mau gue?"

Arga mengetuk-ngetuk telunjuknya tepat di pipinya, hal itu membuat mata Zefa terbelalak.

Apa maksudnya?

"A-apa?" Sial kenapa Zefany gugup.

Sekali lagi Arga menunjuk pipinya sendiri. "Cium."

Singkat padat jelas, tapi mampu membuat jantung Zefany tidak karuan. Gila aja bagaimana jika ada orang yang melihatnya.

"N-ggak mau."

"Cium."

"Yang lain deh."

"Nggak. Cium"

"Kak." Mohonnya.

"Oke, kalo gak mau. Gue pergi"

Zefany menjadi khawatir melihat arga pergi, apa yang harus dilakukan sekarang. Dia tidak mau Arga marah, tapi dia juga tidak mau menuruti perintahnya.

Zefany mengejar Arga memegang lengan lelaki itu. Arga berbalik diam menatap Zefany dengan kedua alis yang terangkat. Sedikit mendekatkan pipinya sambil tersenyum manis pada Zefany karena dia tau apa yang akan Zefany lakukan.

Sementara itu Zefanu mengatur nafasnya mempersiapkan diri, hanya mencium pipi kan. Tenang, cuma cium pipi.

Dengan cepat Zefa mencium pipi Arga kemudian pergi meninggalkan Arga. Arga hanya mematung memgang pipinya sendiri sembari menahan senyuman saltingnya, kontras dengan Zefany yang menahan malu.

***

Zefany berhenti berlari, melihat kebelakang memastikan bahwa Arga tidak mengikutinya. Demi apapun kenapa dia tadi rela menerima kemauan Arga yang tidak tahu malu.

Ah, bodoh dia jadi malu sendiri. Sekarang wajahnya terasa panas.

Zefany berjalan menuju halte, setelah sampai dia sempat membersihkan kacamatanya yang sedikit kotor. Jam menunjukan pukul empat sore, sebenarnya Zefany merasa takut menunggu angkot sendiri di sini. Dia bukanlah orang yang berani kemana-mana sendiri. Tapi mau bagaimana lagi.

ARZEFANWhere stories live. Discover now