12. Harus Bagaimana

3.4K 203 3
                                    

happy reading guys!!
jangan lupa vote yaa<3


Tatapan Arga sudah tidak setajam tadi namun wajah nya masih tetap datar. "Lo mau selingkuh kan?" Tidak ada gubrisan dari Zefa.

Arga mencengkram pipi  Zefa agar dia menatap nya, dia sudah muak dengan Zefa yang terus diam menundukan kepala.

"Mungkin gue terlalu bersikap baik sama lo makanya lo berani main di belakang gue kan?" Melepaskan cengkraman pada pipi Zefa.

Bersikap baik? Zefa bahkan sampai berfikir kapan Arga bersikap baik padanya, mungkin maksud nya Arga sudah cukup sabar bertahan untuk tidak berbuat kasar.

"Jawab Zefa gue udah sabar buat gak kasar sama lo sekarang." Ucap nya dengan menahan rasa geram nya.

Hey, dia lupa ya, kalau tangan nya yang memerah itu di sebabkan oleh tarikan siapa, kepala nya yang sempat pusing karena sakit oleh siapa, dan penyebab Zefa yang terus menundukan kepala nya takut juga karena siapa.

"Maafin aku tapi aku sama Alfa gak ada apa-apa." Ucap nya dengan menahan air mata untuk tidak jatuh, dia tetap tidak ingin terlihat lemah walau Arga bisa merasakan saat ini Zefa sedang ketakutan.

"Bohong. Lo makan ramen berdua dterus pulangnya lo memakai jaket siapa, hah?! padalah lo udah gue kasih hoodie punya gue dengan suka rela kenapa lo masih nerima jaket cowo lain?"

Zefa sedikit kaget bagaimana Arga tau dia makan ramen dengan Alfa, maksud nya dia sangat yakin saat di perpustakaan Sasa berpamitan untuk pulang lebih dulu, juga tidak ada yang dia kenal pada saat memakan ramen tadi yang akan mengadukan pada Arga. Lagi pula hubungan Arga dengan Zefa belum yang banyak mengetahuinya kecuali teman dekat mereka saja.

"Lo sengaja gak bales chat atapun pangilan dari gue biar bisa berduaan, ya kan?" Zefa menggeleng sebagai jawaban.

"Ngomong, gue gak butuh bahasa isyarat lo!" Teriak arga yang sudah kesal membuat Zefa memalingkan wajahnya dengan mata yang terpejam erat.

Zefa sudah tidak bisa manahan tangisan nya, pertahanan nya sudah runtuh karena Arga meneriaki nya.

"Kenapa sih kak Arga selalu berfikir buruk tentang Zefa? Kak Arga selalu kasar sama Zefa, Zefa t-takut." Ucapan nya ditemani dengan isak tangis. Arga bukan malah iba tetapi malah puas melihat Zefa ketakutan. Biar saja, biarkan Zef selalu takut pada nya, artinya dia tidak akan berani pergi dari nya bukan.

"Gue gak butuh drama lo. Lo suka kan sama Alfa?" Zefa kembali diam dengan tangisan nya.

"E-enggak, hiks." Sejujur nya Zefa sangat benci jika terlihat lemah seperti ini di hadapan Arga, tapi tangisan sialan nya itu tidak bisa di tahan lagi.

Jika Arga tidak sedang disalut emosi maka sudah pasti dia akan tertawa memeluk gadis di depan nya karena Zefa terlihat lucu saat ini, tangisan Zefa malah terlihat seperti rengekan oleh Arga. Pipi gembul nyayang mulai basah oleh air mata bahkan hidung nya mulai memerah. Tapi sayang sekali saat ini Arga tidak s edang dalam mode tenang, dia malah terlihat puas melihat Zefa menangis karena nya seperti ini.

"Aku emang gak tau soal chat atau pun panggilan dari Kakak. Soal jaket Alfa, hoodie Kakak basah saat aku terobos hujan, jadi Alfa ngasih jaket dia sama aku karena tubuh aku yang gak kuat sama dingin. Kak Arga selalu mengklaim sendiri tanpa nunggu penjelasan dari aku." Ucap Zefa masih dengan tangisan nya.

Oh God, kenapa dia selalu terlihat cengen di depan Arga.

Arga masih merasa belum puas dengan jawaban Zefa. Dia masih ingin Zefa menangis menyesali perbuatan nya saat ini, menyesali karena telah membuat Arga cemburu.

"Terus kenapa lo gak pulang pas sbelum hujan? Nyari buku emang sampe berjam-jam? Makan ramen sampe sejam?" Zefa langsung terlihat kaku mendengar pertanyaan Arga, hal itu membuat Arga memincingkan mata nya curiga.

"Jawab." Ucap nya datar begitu pun dengan wajah nya.

Jika Zefa menjawab dengan jujur dia yakini Arga malah semakin marah pada nya, jika Zefa berbohong Arga juga pasti akan marah saat mengetahui kebenaran nya. Selalu seperti ini, selalu membuat Zefa tidak bisa berbuat apa-apa.

***

Di lain tempat memiliki keadaan terbalik dari yang Zefa alami, ketika keadaan dimana lelaki nya– Arga,  yang sedang diselimuti amarah kini di sini justru perempuan itu yang malah menunjukan rasa marah nya. Sasa, saat ini Deva tengah melakukan aksi modus nya dengan membawa martabak asin juga matrabak manis berisi keju coklat–makanan kesukaan nya agar mendapat maaf dari Sasa karena rasa bersalah nya setelah kejadian siang tadi.

Mereka tengah berada di teras rumah milik Sasa denga Deva yang di biarkan berdiri di dekat motor milik nya dengan tangan yang setian memegang kresep berisi makanan kesukaan gadis itu. Sasa tidak akan membiarkan Deva masuk ke dalam karena masih merasa kesal, biarkan saja siapa suruh malah meninggalkan nya sendirian siang tadi.

Iya, tadi setelah Sasa mendapatkan buku yang menurut nya sesuai dengan tugas sekolah tiba-tiba Deva mendapatkan telepon kemudian meninggalkan dia sendirian tanpa mengatakan sepatah kata pun. Maksudnya Deva sendiri yang memaksa ingin ikut pergi ke perpustakaan dengan alasan agar Sasa dapat pulang dengan selamat, tetapi lelaki itu malah meninggalkan nya pulang sendirian. 

Setidaknya beri tahu sebuah alasan.

"Sa, biarin gue masuk, seenggaknya biarin gue duduk di kursi." Tunjuk Deva menggunakan isyarat mata yang mengarah pada kursi di teras rumah milik gadis itu.

"Duduk aja di motor sama aja." Ucap Sasa dengan tangan yang di lipat.

Deva berjalan mendekati Sasa. "Diem gue bilang, diem di situ. Pulang sana gue gak nerima tamu." Senggah Sasa dengan cepat seraya melangkah mundur.

"Sa-"

"Lo ganggu, gue mau tidur." Sasa tidak sepenuh nya berbeohong dia memang tidak ingin di ganggu oleh Deva, jika urusan tidur mana mungkin dia tidur di jam seperti ini, bergadang adalah kebiasaan nya yang akhir-akhir sudah seperti taman di malam hari nya.

Deva menghela nafas kemudian memberikan martabak pada Sasa."Oke gue pulang, maafin gue. Jangan begadang gue tau lo belum mau tidur" Kata nya seraya mengelus pucuk kepala Sasa dengan lembut sambil tersenyum manis, setelah itu pergi dengan motor milik nya.

Sasa di buat tidak percaya, lihat Deva malah benar-benar pergi tanpa menjelaskan apapun. Hey, yang benar saja dasar laki-laki kenapa selalu tidak peka? Yang diingin kan Sasa, Deva harus memaksanya agar memberi kesempatan untuk menjelaskan apa yang telah terjadi sambil meminta maaf, tapi lihat dia malah tidak terlihat datang untuk meminta maaf.

Setelah melihat kepergian Deva Sasa masuk dengan menghentak-hentakan kaki nya tidak lupa denganmartabak pemberian Deva di gengaman nya.

.
.
.
.
.

sesuai janji aku update dua chap sekaligus minggu ini semoga suka ya cerita nya jangan lupa vote hehe <3

kalo kalian lagi butuh hiburan bosen buat baca cerita kyk gini bisa tuh mampir di cerita aku satu lagi judul nya MY BOYFRIEND itu cuma isi chat doang tapi di jamin bikin baperrr to the bone wkwk

ARZEFANOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz