38.

11 2 0
                                    

38.

Dear: Bubu

Aku udah siapin sarapan diatas meja, maap ya, nggak ada roti atau susu adanya cuman nasi goreng buatan aku. Kalau nanti kamu suka, makan ya sampai habis, kalau nggak suka, ya udah buang aja. Aku duluanx soalnya ada urusan di sekolah mendadak.

From: PacarKamu.

Cowok itu hanya cengengesan sambil menggeleng-geleng kepala setelah membaca isi dari selembar kertas yang ada di tangannya ketika bangun tadi. Sejak kapan gadis itu selembut itu padanya 'Aku kamu' haha. Bima bergegas pulang untuk bersiap-siap menyusul Mia yang sudah terlebih dahulu pergi ke sekolah.

****

Bima turun dari sepeda motornya, melepas helm, jaket hitamnya yang terdapat bacaan F*ck society di bagian punggung, dan berjalan sambil menggantungkan tas ransel bertumpu di bahu kanannya. Bertepatan sewaktu dia ingin masuk, matanya menangkap Laras juga baru datang. Tapi cewek itu terburu-buru menghindar begitu menemukan Bima di sebelahnya, Bima mengdesah jengkel. "Lo kenapa, gue ada salah sama lo?" teriaknya sampai jadi pusat perhatian.

Pandangan Bima tertuju pada papan pengumuman yang terlihat ramai. Seluruh murid berkumpul di sana, pemandangan terlangka, sejak kapan papan pengumuman dipadati oleh siswa? Karena biasanya yang ditempel disana hanya puisi tentang guru, terima kasih guru, atau cerpen cinta picisan. Dan yang mau meluangkan waktu melihat papan pengumuman hanya dari golongan anak kutu buku yang gemar membaca. "Eh ada apaan?" Bima bertanya pada salah satu siswa yang baru saja melihat.

Cowok itu tergagap, terlihat ketakutan. "Aaa__itu__ada, foto__"

"Apaan sih?"

"Itu ... Kak__" Bima melihat badge kelasnya. Kelas sepuluh. Pantas setakut itu.

"Nggak guna ya gue nanya sama lo, dah awas minggir," bentaknya kesal. Adik kelasnya itu segera lari.

Dengan tubuh tingginya, Bima bisa leluasa untuk bergerak maju dan akhirnya bisa melihat apa yang ada di papan pengumuman. Foto Mia, foto yang pernah Arka tunjukan waktu itu setelah Arka diam-diam menyelipkan kamera di kamarnya. Bima melihat Mia yang berdiri di kerumunan itu, cewek itu awalnya membeku, wajahnya memerah, lantas detik berikutnya dia berlari untuk merobek semua foto yang ada di papan pengumuman.

"Siapa yang nempel foto ini? Cepat ngaku!" teriaknya dengan suara bergetar.

Bukannya menjawab, orang-orang itu justru bersiul, bersuit, dan segala macam jenis pelecehan verbal. "Boleh juga bodinyaaaa, mulussss," terutama para siswa yang berkomentar melecehkan.

"Ini apaan sih berisik?" suara Bima membuat orang-orang menoleh ke belakang, sebagian memilih untuk tutup mulut. Keheningan mencuat, kini menyorot pada seseorang yang menjadi pusat perhatian dari seluruh pasang mata. Para siswa itu saling sikut-menyikut, dan berbisik, "Eloo sih," satu sama lain.

"Kok diem? Gue nanya, ini lagi pada ngapain?"

Melihat kemunculan Bima, entah mengapa air mata Mia tumpah. Satu-satunya orang yang dia harapkan untuk membela saat semua orang kini menghujamkan pedang bersiap menusuknya. Mia menatap sosok tinggi itu, seperti tatapan seorang anak kecil yang mengharapkan pembelaan pada ayahnya.

Bima membalas tatapan Mia. Tidak bisa dia pungkiri, dia mengerti arti tatapan itu meskipun dalam jarak jauh. Seolah ada redar otomatis menyala dan membisikan melalui isyarat tanpa bahasa. "Iya udah kalau nggak mau jawab, silahkan dilanjutkan aksi kalian, tapi jangan terlalu berisik ... Takut ketahuan sama guru." ucapnya dan sukses membuat Mia mati kutu. "Gue ke kelas ya," lantas cowok itu berbalik ke kelas diiringi senyuman yang puas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 27, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CERITA TENTANG MIAWhere stories live. Discover now