8.

56 39 2
                                    

8.

Jam sudah menunjukan pukul tiga dini hari. Acara selesai, wajah lusuh dan mata sayu nampak terlihat jelas sekali pada raut wajah anak muda yang sedang berpesta itu, termasuk Mia dan kedua sahabatnya. Yang sudah terbius oleh efek minuman haram yang mereka konsumsi, karena tadi mereka membeli begitu banyak minuman dan sayang sekali jika harus dibuang, atau kapan lagi kesempatan ini bisa datang kepada mereka.

"Mi, gue sama Caca mau pulang. Tapi kayaknya jam segini Taxi belum ada lagi yang lewat, deh." rengek Jessy pada Mia dengan nada berat sekali, karena dia meneguk alkohol tak sedikit dan kepalanya terasa berat.

"Yaudah, nanti gue anterin aja." jawab Mia sambil mengerejapkan matanya, berusaha menyeimbangkan dengan alam sadarnya, tubuhnya terasa panas dingin efek minuman itu bukan kepalanya saja yang terasa pusing. Namun, mual ikut menyertainya seperti Cacing menolak kehadiran itu dalam perutnya.

"Lo yakin Mi, mau nganterin gue sama Jessy." tanya Caca berusaha meyakinkan Mia karena dia merasa takut jika nanti terjadi sesuatu, karena Mia masih terpengaruh efek minuman haram itu.

"Yakin. Coba aja lo bisa bawa mobil Ca, lo berdua pulang bawa mobil gue aja."

"Bener, tuh."

"Ya, sorry." jawabnya kecewa, karena hanya Caca yang tidak sama sekali meneguk minuman itu, bahkan menyentuhnya saja tidak. Caca lah, harapan satu-satunya, tapi sangat di sayangkan, Caca tidak bisa mengendarai mobil.

"Udah jangan di bahas, ayok berangkat sekarang."

"Yaudah, ayok." jawab Jessy dan Caca bersamaan. Mia menepuk-nepuk pipinya agar penglihatannya tidak kabur, ayo Mia, lo mau bawa mobil, ngga mungkin lo nyentir lagi kayak gini, dosa lo udah banyak. Ngga usah di tambah-tambahin, karena lo ngilangin nyawa temen lo sendiri, Batinnya. Mereka pun melangkah pergi menuju pekarangan depan menuju mobil yang sudah siap sedia di depan gerbang, Mia terus mencubit-cubit pipinya mencoba menyeimbangkan alam sadarnya agar tidak mencelakai siapa pun.

"Non." teriak Bi Umnah di ambang pintu.

Mia membalikkan badannya dengan kesal,"Kenapa?" tanyanya ketus.

"Non, mau kemana?"

"Gue mau nganter jessy sma caca"

"Non yakin mau bawa mobil? Apa ngga sebaiknya di antar oleh Mang Diman saja, Non Caca dan Non Jessy pulang ke rumahnya?" tanya Bi Umnah mencoba meyakinkannya karena dia merasa khawatir dengan keadaan Mia yang sedang mabuk, dia takut jika akan terjadi sesuatu kepadanya.

"Ngga usah  gue masih bisa kok."

"Baik Non, hati-hati di jalan Bibi takut non Mia kenapa-kenapa."

"Hm," katanya setengah sadar. Dan langsung masuk ke dalam mobil melihat kedua sahabatnya sudah menunggunya, karena kasihan dengan keadaan kedua sahabatnya yang sudah kelihatan sangat capek. Kendaraan melaju meninggalkan pekarangan rumahnya. Di perjalanan  Mia menyalakan musik di tape-nya dengan suara keras, berharap jika kantuknya akan kalah dengan suara musik yang keras, dan terus menerus Mia berusaha sadar agar tidak terjadi sesuatu padanya dan kedua sahabatnya. Mia kembali mencubit-cubit pipinya, sesekali bibirnya mengikuti lagu Olivia Rodrigo dan menyanyikan Hapier terdengar. "We break up a month ago ... Your friends aren't mine, you know, I know ... You've moved on, found someone new ... One morge girl who brings out the better in you ... And I thought my heart was attached ... For all the sunlight of our past." Mia terus bersenangdung sampai suara Caca membuatnya menginjak Rem secara tiba-tiba. "Astaga Caca, lo apa-apaan, sih. Tukasnya, Jessy pun ikut terkejut ketika mobil berhenti secara tiba-tiba. Caca mengerenyitkan dahinya.

"Udah sampai Baby, lo ngga bakalan berhenti kalau ngga gue tabok dulu." jawabnya. Mia yang mendengar hanya cengengesan sambil mematikan tape- nya.

CERITA TENTANG MIAWhere stories live. Discover now