17.

44 29 2
                                    

17.

Happy reading!

--

Mia masuk ke dalam ruangan Bu Rosa. Tentu saja dia sudah duduk dengan menunggu kehadiranya, dia akan berusaha bersikap sopan sebisa mungkin agar dapat meringankan hukumannya nanti, dia tak mau kalau Papa dan Mamanya nanti akan memarahinya lagi dan lagi, kesekian kalinya dia harus kembali tak bisa menggunakan kartu ATM yang di berikan kedua orang tuanya sebagai hukuman. "Permisi, Bu." ucapnya sopan saat sudah berada di samping Bu Rosa.

"Duduk!" tukasnya.

Mia pun duduk di kursi yang ada di ruangan itu, kursi kayu tua yang selalu menjadi tempat ketika dia di panggil ke ruangannya, mungkin jika kursi itu dapat bicara, kita bisa mendapatkan sebuah jawaban 'sudah berapa kali mia duduk di kursi' itu.

"Kamu Mia."

"Saya, Bu." jawabnya santai.

"Saya belum selesai bicara!"

Mia menghela napas, tenang Mia. Ini baru awal, harus tetap sabar dan bersikap sopan sebisa mungkin.

"Saya kan sudah bilang sama kamu berkali-kali, jangan bikin ulah. Tapi kamu keras kepala, masih saja membuat onar di sekolahan ini apa kamu senang dengan semua ulah kamu itu? Kamu ngga capek dapet surat teguran terus?" dia melipat kedua tangannya diatas dada, sambil berjalan kesana kemari, kembali lagi ke posisi semua, selalu seperti itu.

"Iya Bu, suka." Mia tidak sadar ketika sedang mengigit kuku-kukunya, kalau mulutnya menjawab seperti itu

"Mia!!"

Mia sontak terkejut karena suara Bu Rosa yang semakin meninggi."Maaf, Bu."

"Saya ngga nyuruh kamu jawab!"

"Iya tau, kan saya juga udah minta maaf." katanya tak mau disalahkan.

Bu Rosa mendengus. "Jangan hanya karena orang tua kamu banyak uang, dan bisa menutup mulut para guru di sekolahan ini, bukan berarti kamu boleh berulah sesuka hati kamu. Dimana letak otak kamu? Kamu ngga kasihan sama orang tua kamu yang banting tulang di luar sana buat nyekolahin kamu?"

Mia diam. Tidak menjawab apa yang di tanyakan Bu Rosa padanya, dia masih memainkan kukunya tidak sedikitpun mendengar ocehan yang keluar dari dalam mulut Bu Rosa.

"Miaaaaaaa!" bantak Bu Rosa sampai membuat telinga Mia berdenging.

Bruk

Mia dan Bu Rosa terkejut, dan sermpak memalingkan wajah ke arah pintu.

"Bima!"

Bima dengan reflek bangkit dari teras, langsung mengambil ancang-ancang lari untuk meninggalkan ruangan Bu Rosa. Belum sempat melangkah, Bu Rosa sudah meliahtnya.

"Sini kamu!" tukasnya.

Bima menghembuskan napasnya, dia pasti akan kena masalah juga, kalau kabur pasti masalahnya akan lebih besar lagi, tak segan menghukumnya. Dengan terpaksa Bima menghampiri Bu Rosa. Sedangkan Mia hanya cengar-cengir saja melihat musuhnya kikuk, pasti sedang bingung dengan apa yang akan Bu Rosa lakukan pada musuhnya itu.

"Kamu ngapain disitu? Nguping kamu?"

"Ngga, Bu."jawabnya singkat.

"Terus, ngapain kamu di balik pintu? Nungguin pintu biar supaya ngga kabur kemana-mana?"

Mia yang mendengar ucapan Bu Rosa  reflek membuatnya ketawa ngakak, di hadapan Bu Rosa dan Bima yang langsung menatapnya sinis. "H-haduh perut gue sakit, mana bisa pinut kabur." dia memegangi perutnya, geli ketika mengingat ucapan Bu Rosa sampai terngiang-ngiang di otaknya.

CERITA TENTANG MIAWhere stories live. Discover now