37.Rasa

4 3 3
                                    

37.

Mia tidak masuk sekolah hari ini karena diharuskan mengikuti sidang pembacaan keputusan Papanya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta. Pikirannya terpecah belah, kalau bisa dilihat transparan mungkin saraf di otaknya seolah seperti benang kusut. Bagaimana bisa Papanya melakukan ini semua, korupsi adalah hal yang pantrang sekali dilakukan olehnya, ini semua karena kasus penipuan yang membuatnya terpaksa korupsi dan menggelapkan dana-dana yang seharusnya untuk pembangunan proyek baru dengan para kolega-koleganya, dan serta merta ikut bekerja sama dengan salah satu mentri untuk menggelapkan uang negara. Sewaktu ruangan dibuka, dia segera masuk bersama pengunjung sidang lainnya, mengikuti panitera hukum, jaksa penuntut umum, serta penasihat hukum. "Majelis memasuki ruang sidang, hadirin dimohon untuk berdiri." Mia berdiri, tangannya sudah mulai terasa lemas, padahal persidangan belum dimulai.

Dalam hati merapalkan doa-doa semoga hukuman untuk Papanya diringankan.

Majelis hakim masuk ke dalam ruang sidang, setelah duduk sempurna di kursi, Mia beserta seluruh peserta yang hadir duduk kembali. Persidangan dibuka ditandai dengan diketuknya palu tiga kali oleh hakim. Seorang petugas membawa Papanya untuk bergabung dalam persidangan. Mia menelan ludah. Kondisi Papanya bahkan sangat buruk semenjak terakhir kali dia bertemu. "Silahkan para pihak duduk di tempatnya masing-masing, dalam kasus ini apakah saudara didampingi oleh kuasa hukum?"

"Iya, saya didamping oleh penasihat hukum."

Ruang persidangan berubah mulai terasa tegang saat Jaksa Penuntut Umum mulai membacakan surat dakwaan. Dakwaan mulai membacakan eksepsi pembelaan dan terus disanggah oleh Jaksa Penuntut Umum. Mia menelan ludah, keringat mulai mengaliri pelipisnya. Tuhan tolong beri keajaiban, hanya itu doa yang bisa dia rapalkan dalam hati. Bahkan seumur hidupnya, mungkin ini adalah peristiwa tertegang yang pernah dia rasakan untuk pertama kalinya.

Ruang sidang semakin gaduh saat Jaksa Penuntut Umum membacakan tuntutan serta beberapa barang bukti kuat. Satu jam. Dua jam. Tiga jam. Persidangan semakin menegangkan. Mia melihat kepala Papanya terus menunduk, seolah merasa bersalah. Ingin rasanya Mia berdiri disebelah Papanya, menggenggam tangan itu dan mengatakan kalau semua akan baik-baik saja.

Saksi diperbolehkan untuk bergabung. Mia kenal siapa orang itu, Siska, salah satu karyawan Papanya. "Apakah saudara kenal dengan terdakwa sebelumnya? Ada hubungan darah dengan tersangka?"

"Ya, saya mengenal, Yang Mulia, dan tidak memiliki hubungan darah dengan terdakwa."

Hakim anggota mulai menanyakan keterangan kepada saksi.

"Silahkan Jaksa Penuntut Umum, untuk mengajukan pertanyaan kepada terdakwa."

"Baik, Yang Mulia, Kepada saksi, jelaskan apa yang anda ketahui dalam kasus ini."

Saksi mulai angkat suara dan membuat beberapa orang di dalam ruang sidang menutup mulutnya dengan telapak tangan, terkejut dengan jawaban itu. Saksi kedua dipersilahkan untuk bergabung, hingga tiga saksi berturut-turut, dilanjutkan oleh rekan Jaksa Penuntut Umum menunjukan bukti berupa tabungan, cek,  emas, dan beberapa sertifikat tanah serta rumah. "Terdakwa terbukti menyalahgunakan wewenang untuk memperkaya diri sendiri." "Kedudukan Wijaya Diningrat selaku DPR dan Pengusaha di salah satu kota Jakarta yang saya tidak bisa sebutkan namanya, DPR seharusnya memiliki fungsi pengawasan, bukan ikut serta dalam kasus korupsi."

"Berdasarkan catatan sidang maka agenda sekarang yaitu dilanjutkan dengan pembacaan keputusan," lanjut hakim ketua.

"Menyatakan bahwa terdakwa Ir.Wijaya Diningrat terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah dari dakwaan, menjatuhkan hukuman selama 15 tahun penjara dengan denda lima miliar, serta membebankan dan membayarkan ganti rugi kerugian negara dengan cara menyita seluruh aset yang dimilik oleh tersangka, serta dicabut hak politiknya selama lima tahun." lanjut hakim di ikuti dengan ketukan palu sebanyak tiga kali. Sidang ditutup. Papanya kembali berdiri dan digiring oleh petugas untuk kembali ke dalam, dia sempat bertemu pandang dengan Mia, dan melemparkan raut wajah bersalah.

CERITA TENTANG MIAWhere stories live. Discover now