14.

42 30 2
                                    

14.

Mia pun sadar. Mia mencoba menyeimbangkan tubuhnya karena kepalanya masih terasa pusing, dia melihat ada kedua sahabatnya yang sedang menunggu nya dalam ruangan. Mata mereka berdua nampak terlihat sedikit sembab. "Hai" sapa Mia lirih, dengan tenaga dan tubuhnya yang sudah sedikit membaik, tapi masih sedikit lemas kalau harus berdiri. Caca reflek  langsung memeluk Mia ketika melihat dia sudah sadar. "Aw, " rintih Mia kesakitan, saat jarum infus nya tertimpa tubuh Caca.

"Ca, omg gila lo main peluk-peluk aja!" bentak Jessy terkejut dengan ulah Caca. "Sorry Jes, gue seneng banget jadi lupa, deh." ucap Caca sambil mengerucutkan bibirnya ketika di bentak oleh Jessy.

"Udah-udah, gue ngga kenapa-napa kok." Mia tersenyum mencoba melerai kedua sahabatnya, dan membuka kedua tangannya lebar. Jessy dan Caca pun menyambutnya hangat, memeluk Mia.

"Oh iya, tunggu! Lo harus jelasin sama kita berdua, kenapa lo bisa sampe kayak gini" Caca melepaskan pelukannya sambil memasang wajah seperti Ibu yang sedang memarahi anaknya, karena dia tidak suka jika sahabatnya itu kenapa-napa.

"Banyak nanya deh lo Ca, udah tau Mia masih lemes. Udah prins, istirahat aja dulu ceritanya bisa nanti" ucap Jessy.

Caca yang mendengar itu melipat kedua tangan nya diatas dada, dan membuat ekspresi wajahnya seolah-olah sedang merajuk. "Tapi kan gue penasaran, Jes." rengek Caca lagi.

"Udah, jangan ribut terus pusing nih kepala gue."

"Tau tuh si caca."

"Ih, kok gue terus, sih."

"Udah-udah, sini duduk biar gue ceritain" ucapnya, setengah malas karena tubuhnya yang masih lemas, tapi tidak mungkin kalau dia tidak menceritakan semuanya pada kedua sahabatnya itu. "Nih ya, jadi kemaren itu gue lagi ke perpus niatnya sih, nunggu bel istirahat tapi gue ketiduran" Mia mulai menceritakan kepada kedua sahabatnya.

Mqendengar itu Jessy dan Caca mengangguk kan kepalanya serentak.
"Terus itu si Bima kenapa bisa babak belur gitu?" tanya jessy penasaran.

"Iya bener tuh prins, muka gantengnya jadi biru-biru gitu, ih. Ngeri." Caca mengerejap sambil memanyunkan bibirnya.

"Ya, dia nolongin gue dari Arka cowok brengsek itu. Sampai mereka ribut, gue juga ngga nyangka aja bakalan ada cowok itu yang nolongin gue, asli. Gue hutang budi banget sama cowok itu, tapi untung ada dia, kalau ngga gue ngga tau deh nasib gue gimana." lanjut Mia lagi, kali ini nadanya seperti sedang emosi. Tapi, kedua sahabatnya masih tidak mengerti dengan apa yang dimaksud olehnya.

"Arka? Kok bisa mereka berdua ribut sampe segitunya?" Jessy bertanya sangat antusias karena mulai penasaran.

"Nah bener tuh, kenapa bisa gitu yak kan si My bubu Arka, sahabtan banget sama My bubu Bima gue." sahut Caca, tidak percaya akan penjelasan Mia.

"Ya jadi gini, pas gue pingsan dia hampir mau berbuat yang ngga senonoh sama gue, gue juga sumpah sih, ngga nyangka tuh cowok bisa senekat itu, tapi gue bersyukur banget karena untung aja ada Bima yang langsung dateng nolongin gue, kalau ngga ada dia gue ngga tau sekarang guw masih suci apa ngga." jelas Mia lagi, kali ini penjelasannya membuat kedua sahabatnya terkejut dan saling melampar tatapan, merasa tidak percaya dengan apa yang Mia ceritakan pada mereka. "What? Lo serius, prins." Jessy menelan saliva nya.

CERITA TENTANG MIAWhere stories live. Discover now