29.

19 14 2
                                    

29.

_

Mia hari ini harus pulang lebih awal. Karena Papah dan Mamahnya akan pulang ke rumah.

"Bi... Bi Umnah!" teriak Mia dari ambang pintu.

"Iya non, sudah pulang?" Bi Umnah menghampiri Mia dengan terbirit-birit.

"Udah. Papah sama Mamah udah pulang?"

"Belum non, kan sekarang masih siang. Mungkin sore paling telat malam non" jawab Bi Umnah, "Non mau dimasakin apa?"

"Apa aja. Masak yang banyak ya, buat Papah sama Mamah."

"Oke siap non, Bibi langsung ke dapur,ya?"

"Iya. Tapi ambil dulu tas gue di mobil, terus isi pelajaran buat besok."

Bi Umnah mengangguk. Lalu pergi meninggalkan Mia yang berjalan menuju kamar nya, sebenarnya kepulangan Papah dan Mamah nya ke rumah itu hal yang langka. Jarang mereka pulang, kecuali ada masalah dan harus berurusan dengan banyak media, baru mereka pulang. Dan ini salah satunya. Di gosip kan akan bangkrut mereka akan kembali ke rumah untuk menutup rapat-rapat semua informasi untuk wartawan mengorehnya lebih dalam. Tapi kepulangan mereka juga selalu Mia sambut dengan hangat, walaupun harus di marahi dulu karena ulahnya yang kemarin belum selesai dengan rasa kesalnya.

Dikamr Mia hanya memainkan leptop,sesekali melirik ke arah TV untuk mengetahui bagaimana perkembangan dari masalah gosip hari ini, apakah publik akan terus menyiarkan gosip penipuan beberapa pengusaha termasuk Papah nya? Itu pasti. Karena ini adalah gosip hangat yang baru saja keluar dari zona nyamannya. Dan tidak lupa dengan cemilan disana-sini untuk menghilangkan stres nya, dan harus menyiapkan mentalnya jika Papah atau Mamahnya membahas masalah kemarin dia di skors. Walaupun tidak jadi tetap saja itu membuat mereka kesal, yang membuat hati Mia hancur adalah. Ketika mereka mengetahui titik permasalahannya,yang di lontarkan mereka adalah' Kurang ajar anak itu! Apa orang tuanya kekurangan uang untuk mendidik anak nya sampai kurang ajar seperti itu ' kurang lebih hanya seperti itu. Sebenarnya, bukan karena uang seseorang akan menjadi dewasa atau bahkan bahagia secara lahir dan batin. Terkadang anak yang nakal itu hanya lepas kontrol dari pengawasan orang tuanya, karena sekarang banyak sekali orang tua yang tidak peduli dengan pergaulan anaknya. Atau bahkan menganggap anaknya adalah sumber masalah. Jadi biarkan saja mau melakukan apapun itu nanti dia yang menanggung resikonya. Kadang kala Mia berfikir, Apakah pernah mamah nya tulus mencintainya? Atau papah nya tulus membanting tulang untuknya? Atau ini hanya sekedar formalita? Agar di pandang sebagai ibu yang masih bisa mengurus anaknya dari kejauhan? Atau papah yang banting tulang untuk kemewahan putri tunggalnya? Ahhh! Sudahlah pertanyaan ini tidak pernah ada jawaban nya.

Gue emang hidup enak dengan kemewahan yang ada di hidup gue, tapi asal lo tau! Dibalik ini semua ada benteng yang rasanya perlahan mau pecah, udah ah! Mending gue tidur ngapain mikirin mereka yang belum tentu mikirin gue, batin Mia.

Mia tidak lagi memikirkan apapun lagi kali ini,biarkan berjalan dengan semestinya. Terlelap sudah dia diatas ranjangnya. Sedangkan dibawah Bi Umnah dan ART lainnya sedang sibuk memasak berbagai menu untuk menyambut kepulangan Papah dan Mamah Mia.

"Eh, mbo terakhir kali tuan sama nyonya pulang. Kapan yo? Ko aku lali." tanya salah satu Art,kepada Bi Umanh.

"Wong kamu aja yang muda lupa, apa lagi saya yang sudah tua begini."

"Oh iya bener juga," Art itu cengengesan." Mbo non Mia ngga turun makan siang?"

"Wes biarin aja, turu dia."

CERITA TENTANG MIAWhere stories live. Discover now