16.

42 29 3
                                    

16.

Yippie!

****

Pagi yang cerah. Kali ini Mia tidak ingin terlambat lagi untuk masuk sekolah. Karena pencerahan rohani dari Bi Umnah membuatnya sedikit sadar untuk lebih giat lagi, dan membuatnya semangat sekali untuk pergi bersekolah pagi ini. Dia mulai menuruni anak tangga satu persatu, lalu berdiri di ruang tamu,"Bi ..." panggilnya. "Gue mau jalan, kunci mobil dimana." teriaknya lagi.

Tentu membuat seisi rumah bisa mendengar teriakannya. Tidak ada satu pun pekerja di rumahnya yang berani mendekatinya, kecuali Bi Umnah. Tak lama datang seorang Art dirumahnya menghampirinya sambil membungkuk memberikan kunci mobil padanya.

"Kenapa lo yg ngasih? Kan gue manggilnya Bi Umnah bukan lo."

"Bi Umnah sedang ke pasar Non, tadi saya yang di suruh Bi Umnah untuk bantu-bantu, Non." jawabnya hati-hati agar tidak membuat anak majikannya itu kesal.

"Oh yaudah, sana pergi." tukasnya, sambil mengambil kunci yang ada di tangan Art itu, dia menyemprotinya menggunakan Antis miliknya, lalu pergi keluar. Dia melihat Mang Diman sedang menyerupit kopinya di dalam Pos satpam, lalu menghampiri supir yang sudah siap akan mengantarkannya. "Hari ini lo ngga usah nganter gue, gue mau bawa mobil sendiri." tukasnya, langsung masuk ke dalam mobil.

"Baik, Non."

Mia langsung meninggalkan pekarangan rumah, dia sengaja akan datang lebih awal ke sekolahan. Dia menyalakan tape-nya menghidupkan lagu, suara Brian McKnight menyanyikan lagu Marry Your Daughter terdengar. 'Can marry your daughter ... And make her my wife ... I want to be the only girl that I love for the rest of my life ..., Mia terus bersenandung mengikuti lagu Brian McKnight itu selama di perjalanan.

****

"Bima," teriak Mira dari atas tangga. "Lo ngga mau pergi sekolah? Udah jam berapa ini? Si Echa aja udah berangkat dari tadi"teriak Ka Rima dengan nada suara melengking, suara khas miliknya. "Heh." Mira menepuk bahu Bima, "Sarapan dulu, baru berangkat sekolah jangan kebiasaan nunggu disuruh dulu." tukasnya.

Bima menghela napas. "Tadi kan gue udah sarapan bareng ada lo juga disitu, lupa?"

"Oh iya, yaudah sana berangkat jangan sampai kesiangan, apa lagi bolos. Abis lo sama gue."

"Iya, baru juga jam berapa." katanya sambil memakai sepatunya.

"Ya allah Bima, lo  pake sepatu di depan sana jangan disini kotor. Lo di sekolahan kok ngga pinter-pinter, sih."

"Ya sorry, tadi di suruh buru-buru."

"Ngejawab terus lo ya, udah sana pergi pusing gue kalau ngeliat lo, bisa darah tinggi gue lama-lama."

"Iya, galak amat." tukasnya, lalu bangkit dan menyalami tangan Kakaknya, "gue berangkat dulu."

"Iya, sana-sana." Mira mengusirnya sambil memanyunkan bibirnya, jengkel sekali melihat tingkah adiknya itu. Bima malas, tapi mau tidak mau dia harus ikut pelajaran hari ini, karena kemarin buku nya tidak ada satu pun yang terkena tinta pulpen.

--

Mia sampai di area parkiran sekolah, berpasang-pasang mata menatap ke arahnya. Bukan karena menjadi pusat keributan, tapi dia sendiri sudah tidak heran lagi di jadikan pusat perhatian karena parasnya yang cantik, membuat siapa pun candu melihatnya, dan hanya Siswi yang tidak menyukainya sedikit pun, karena tingkahnya yang suka semena-mena pada kalangan seperti mereka, kadang mereka merasa jijik padanya karena bisa-bisanya Siswa disana masih bisa menyukai cewek kayak dia.

Mia menaiki anak tangga menuju gedung di hadapannya. Saat dia sedang berjalan tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya dari belakang, hampir saja membuatnya terjatuh. Itu bisa sedikit menggores harga dirinya kalau mereka semua menertawainya nanti, kesal sekali dibuatnya, Mia langsung membalikkan badannya sambil mengepalkan tangannya. "Heh! Lo punya mata ngga sih, heran gue sama cowok-cowok kayak lo yang hobinya nabrak-nabrak, padahal spik-spik buat modus biar gue tolongin, kan? Lagian kalau lo mau nabrak, lo tabrak tuh tembok di depan." ocehnya sedikit emosi, bisa-bisanya pagi ini dia sedang senang tapi ada saja yang ingin membuatnya kesal.

CERITA TENTANG MIAWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu