10.

55 36 2
                                    

10.

Malam ini memang sedikit sunyi, rumah Mia yang terletak cukup jauh dari hiruk pikuk suara kendaraan jalan raya, menjadi satu ketenangan sendiri bagi rumah besar itu. Rembulan malam ini begitu terang, ikut menghiasi langit yang terlihat hitam pekat. Namun, dia berhasil membuat siapa pun akan selalu menatap ke arahnya kala itu juga. Gadis itu masih terpaku diatas balkon kamarnya. Masih sibuk menyetem gitarnya dan sesekali mengetes lagu-lagu pendek, ketika merasa sudah benar-benar sempurna dia pun perlahan mulai memetik senar gitarnya, dengan iringan suara nya yang bisa di bilang bagus. Membuat dia terlihat lebih anggun malam ini, wajahnya yang terkena cahaya rembulan membuat teduh bagi siapa pun yang menatap nya malam ini, tapi sayang hanya dia yang ada dalam ruangan itu.

Mia mulai mengatur napasnya, menyanyikan lagu Rockabye Clean Bandit terdengar.

Call itu love and devotion
•Call it the mom's adoraction (foundation)
•A special bond of creation, hah
•For all the single mums out there
•Going through frustration
•Clean Bandit, Sean-De-Paul, Anne-marie, sing, make them hear

•She works the night, by the water
•She's gonna stress, so far away from her father's  daughter
•She just wants a life for her baby
•All on her own, no one will come
•She's got to save him (daily struggle)

•She tells him "ooh love"
•No one' ever gonna hurt you, love
•I'm gonna give you all of my love
•Nobody matters like you (stay up there, stay up there)
•She tells him "your life ain't gonna be nothing like my life (straight)
•I'm gonna do what I've got to do" (stay up there, stay up there)

"Ekhem-ekhem," Mia terbatuk-batuk, belum selesai dia menyanyikan lagu, tenggorokannya sudah terasa sangat kering. "Duh, seret juga ternyata padahal cuma nyanyi begini-an doang." Mia memegangi tenggorokan nya yang terasa kering sekali, bak padang pasir yang kekurangan air. Dia pun turun dari atas balkon dan meletakkan gitarnya diatas ranjangnya, Nongkrong di cafe minum yang seger-seger enak kali, ya. Batin. Dia pun tersenyum, lalu langsung melangkah turun ke bawah untuk segera pergi ke Kafe sesuai keinginannya, dia lupa tidak membawa hoddie atau jaket, sedangkan dia mengenakan baju lengan pendek malam itu, satu persatu anak tangga dia turuni. "Bi ..., Bi Umnah" panggil Mia.

"Iya, Non ada apa?" tanya Bi Umnah sambil berjalan ke arahnya.

"Gue mau keluar, tolong ambilin kunci mobil yang mana aja."

"Oh iya, sebentar Non Bibi ambilkan."

"Hm." jawabnya singkat. Bi Umnah pun pergi mengambil kunci salah satu mobil di garasi. Mia menunggu sekitar dua menit, Bi Umnah pun sudah muncul di hadapannya.

"Ini Non, kuncinya." Bi Umnah menyodorkan sebuah kunci.

"Oke, gue pergi dulu."

"Maaf Non, Non Mia mau kemana malam-malam seperti ini?" tanya Bi Umnah hati-hati dan memberanikan diri.

"Ngga perlu tau, gue udah gede, mau gue kemana juga, suka-suka gue. Nanti kalau Papa atau Mama nelfon nanyain gue, bilang gue udah tidur, paham?"

"Ii-iya, Non."

Mia tersenyum sambil mengangkat satu alisnya. Dia melangkahkan kakinya pergi, masuk ke dalam mobil.

kendaraan melaju.

Di perjalanan, matanya tak henti-henti menatap kanan kirinya, mencari dimana tempat yang bagus untuk dia kunjungi malam ini. Setelah beberapa menit memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia pun sampai di salah satu Kafe favorite nya dan kedua sahabatnya.
Dia pun turun, tidak ada pilihan lain untuk Kafe yang lebih bagus selain ini, dia masuk ke dalam Kafe lalu  memilih kursi di sudut bagian Kafe diamana cukup jauh dari keramaian pengunjung Kafe malam itu.

CERITA TENTANG MIAWhere stories live. Discover now