CERITA TENTANG MIA

295 59 12
                                    

Happy reading!


"Bi ... bi ... Umnah," panggil seorang gadis dengan nada tinggi sampai suaranya memekakan seisi rumah. Bahkan seisi rumah dapat mendengar teriakan yang berasal dari mulutnya itu. "Ini pembokat pada kemana sih, heran gue kerjanya pada keluyuran mulu, ngga pernah  becus kalau kerja." grutu gadis itu lagi, dengan memgang segelas jus orange di tangannya. Karena tidak kunjung ada yang datang, dia pun duduk di salah satu sofa di ruang tamu, mata gadis itu meneliti setiap sudut rumah itu dengan seksama, ternyata rumah sebesar ini masih kokoh dan tidak terlihat sedikit pun debu di sudut mana-mana sepanjang kedua matanya memandang, rumah bernuansa prancis itu benar-benar berhasil membuat orang-orang sekitar yang melihatnya merasa candu untuk terus menerus ingin melihatnya. Tapi, banyak sekali ketika orang melintas dan mengamati rumahnya, di sangka maling. Karena kejadian kemarin yang marak sekali pembobolan rumah saat dalam keadaan kosong tidak berpenghuni. Saat sedang santai mengamati, datang seorang paruh baya yang berjalan ke arahnya dengan tergesa-gesa.

"Maap non, tadi Bi Umnah lagi nyuci piring." jelas wanita paruh baya itu dengan sedikit hati-hati sambil menundukan kepalanya.

"Yang lain kmna?" tanya cewek itu, "apa mereka udah bosen kerja disini?" cewek itu mengangkat satu alisnya sambil melipat kedua tangannya diatas dada.

"Bibi ngga tau non, kayaknya ada sebagian yang ikut sma nyonya"

"Ikut kmna?"

"Bibi kurang tau nyonya mau kemana, nyonya ga bilang apa-apa sama bibi non"

"Yaudah sana pergi!"

"Baik non. Kalau non butuh sesuatu panggil aja bibi ya, bibi mau ke dapur mau lanjut beres-beres lagi, mau seklian masak buat makan malaam."

"Sebentar bi..." Mia menghentikan langkahnya.

"Iya ada apa, non? Non, mau makan?"

Cewek itu bangkit dari tempat duduknya tak menggubris pertanyaan dari wanita paruh baya itu. Dia menghampiri Bi Umnah, dia meneliti wanita paruh baya itu, menyorot matanya dengan tajam, membuat Bi Umnah keheranan sekaligus gugup dan ada rasa takut yang tak bisa di sembunyikan nya ketika di perlakukan seperti itu, pasti ada kesalahan di mata anak majikannnya itu sampai dia menegurnya karena biasanya gadis itu akan siap melengkingkan suaranya ketika melihat sedikit saja kesalahan yang mereka lakukan atau bahkan tidak sesuai dengan peraturan darinya, tubuhnya sudah mulai merasa merinding ketakutan, keringat dingin bercucuran di keningnya dan mulai sedikit gemetaran. Tanpa pikir panjang dia pun langsung membungkukan kepalanya dan memegang tangan gadis itu. "Maap non, maap ... maap, kalau bibi ada salah, tapi tolong jangan pecat Bibi." wanita paruh baya itu memohon-mohon agar tidak di pecat nantinya kalau memang dia ada sebuah kesalahan.

Cewek itu mengerutkan dahinya. Tak mengerti, lalu mengulurkan kedua tangan nya mengangkat tubuh Bi Umnah. "Apa sih, siapa yg mau mecat bibi?"

"Jadi non ngga mau mecat bibi?"

"Ngga lah, gue cuma mau bilang, itu serebetnya udah kotor banget di ganti dong jorok banget, sih.

"Oh iya non, maap tadi bibi pake buat lap meja bawah kompor"jelas bi umnah dengan terbata-bata.

Mia menghela napasnya, "Yaudah sana di ganti, jangan jorok."

"Baik, Non."

"Eh tunggu, besok bangunin gue pagi-pagi tau kan besok hari senin? Gue ngga mau telat lagi, pokonya kalau gue bangun, jadwal buku yang harus gue bawa udah siap, seragam gue juga, dan lain-lain."

"Siap non pasti"

"Oke bagus, sana pergi"

Bi Umnah langsung melangkah kan kakinya pergi dengan terburu-buru, sedari tadi dia ingin sekali meninggalkan tempat itu. Karena jika berlama-lama, apa pun kesalahan nya pasti akan di buat heboh olehnya, Maklum anak sematawayang. Cewek itu terkadang merasa heran dengan tingkah salah satu ART nya yang satu itu, lebih tepatnya adalah Baby Sister. Ya, Bi Umnah adalah ART sekaligus Baby Sister yang sudah merawatnya sejak dia masih kecil, dan sudah di tinggal oleh papah dan mamahnya untuk bekerja diluar kota, atau bahkan luar ngeri. Dan jauh dari hati kecil gadis itu, dia sudah tak menganggap lagi, wanita paruh baya itu sebagai Baby Sister nya, dia lebih menganggap Bi Umnah sebagai saudara, atau bahkan seorang Ibu. Karena dia yang selama ini merawatnya sampai dia sudah sebesar ini, bahkan ASI nya pun sudah mengalir dalam tubuhnya. Jalan-jalan sore, pake sepeda kayaknya seru juga, sekalian olahraga, batinnya. Karena akhir pekan ini akan terasa sangat membosankan jika dia hanya bisa berdiam diri saja di dalam rumah.

Cewek itu pun pergi keatas menuju kamarnya untuk mengganti pakaian.
Selang lima belas menit, dia sudah rapih dengan baju santai untuk olahraga berwarna hitam. Dia mengambil sepedanya yang berada di Bagasasi rumahnya, setelah memilih sepeda mana yang akan dia gunakan, dia langsung menaiki sepeda itu,  mulai mengayuh keluar dari halaman rumahnya yang besar itu.

"Non, non Mia mau kemana?" teriak  Bi Umnah, saat melihat cewek itu sudah mengayuh sepedanya sampai ke ujung jalan sana.

"Terserah gue, suka-suka gue juga mau kemana, lagian gue udah gede juga ngga perlu ditanya-tanya mau kemana." teriak cewek itu karna jarak antara Mia dan Bi Umnah sudah lumayan jauh. "Dan satu lagi, lo itu cuma pembantu jadi nggak usah terlalu ngurusin hidup gue." lanjutnya lagi.

"Astagfirullah, non-non. " Bi Umnah menggelengkan kepalanya dan mengelus-elus dadanya.

Baru setengah perjalanan cewek itu meminggirkan sepedanya dari jalan, merogoh saku belakang mengambil sesuatu, headset. Dia melepaskan helm dan memasang headset ke telinganya, seteleah selesai dia kembali memakai helm nya, dan kembali melanjutkan mengayuh sepedanya dan melanjutkan perjalanan.

Mia Alexa Wijayakusuma. Ya, dia adalah putri tunggal pengusaha kaya raya di salah satu kota Jakarta, siapa yang tidak tahu dengan gadis itu? Gadis yang sudah terkenal karena nama orang tua nya, Wijaya Diningrat. Ya, Pak Wijaya. Pengusaha ternama yang sudah melambung namanya, tatakala jika melihat televisi dia tidak akan pernah merasa keheranan atau pun berjingkat kesenangan, ketika wajah Papahnya selalu muncul di televisi dengan info-info yang dia tidak terlalu suka, karena tentang politik, atau tentang bisnis yang dia tidak ingin tahu sedikit pun. Yang dia tahu adalah, dia bisa hidup enak tanpa harus bekerja susah payah. Rumah mewah, mobil mewah milik keluarganya yang tak terhitung jumlahnya, koleksi-koleksi tas-tas mahal milik mamanya, para ART yang tak tahu berapa banyak jumlahnya yang di tugaskan di berbagai tempat, kekayaan ini benar-benar membuat dirinya seperti Queen di kehidupannya.

                             
****

Sungguh ramai sekali taman sore itu. Ada yang sedang duduk di taman, ada juga anak-anak muda yang sedang berfoto-foto di halte, banyak yang bermain sepak bola, sampai ada yang sedang latihan sepeda untuk, bisa di tebak, itu latihan untuk mengikuti sebuah perlombaan. Ya, mereka semua sibuk dengan kehidupan mereka masing-masing. Tentu Mia tidak akan membiarkan kesempatan ini berakhir begitu saja tanpa ada seulas kenang-kenangan untuk dia bawa pulang, ia mengeluarkan ponselnya dan bersiap-siap mencari   background yang bagus untuk mengambil beberapa foto sampai terdengar 'cekrek' berkali-kali, tanpa dia sadar sudah banyak yang memerhatikan Mia. Ya, tentu saja gadis itu akan menjadi sorotan sekaligus pusat perhatian para cowok di sekelilingnya, karena paras nya yang bagus dan wajahnya yang cantik, sungguh mencuri perhatian pengunjung taman sore itu. Karena ini baru pertama kali Mia keluar dari rumah istana nya itu tanpa pengawalan dari bodygart yang sengaja papahnya pekerjakan khusus untuk mengawalnya. Atau biasanya dia tidak akan di kawal oleh siapapun, ketika dia pergi di hari pekan yang akan dia habiskan untuk berkumpul dengan kedua sahabatnya. Atau mengunjungi beberapa tempat-tempat wisata yang ada di ibu kota Jakarta, menggunakan mobil pribadi yang sudah berjejer di halaman rumahnya. Ini alasan mengapa Bi Umnah menanyakan akan kemana dia pergi, jarang sekali pemandangan Mia mengayuh sepeda untuk pergi tanpa pengawalan beberapa bodygart di rumahnya. Lantas siapa yang tidak kenal dengan gadis anak sematawayang dari ketua DPR sekaligus Pengusaha konglomerat di kota Jakarta ini. Namanya sudah cukup mengembang sejak kecil, wajah keluarnya sudah sering sekali di ekspos ke dalam majalah bahkan Televisi.

____

Comeback too me..

Jangan lupa tinggalin kesan kalian di part pertama ini gays,like and comment juga(づ ̄ ³ ̄)づ

See you next part :3

CERITA TENTANG MIAWhere stories live. Discover now