Epilog 6 ~ Pulang (1)

Start from the beginning
                                    

Yang membuat Root resah, semenjak itu pula, Root aneh jadi tak bisa berhenti membanding-bandingkan Tuck dengan Boot, mendiang anaknya sendiri.

Ajaib. Pemuda itu memang sopan. Tapi siapa sangka dia sehebat itu.

Kabar dari utara—dari desa paling ujung bernama Thaluk—dibenarkan oleh semakin banyak orang. Bukan hanya Tuck mengalahkan orang Hualeg. Dia membantu mengalahkan orang-orang Hualeg yang tahun ini datang lebih banyak dari biasanya. Bahkan ada cerita-cerita lebih gila soal bagaimana Tuck berhasil membuat sebagian orang Hualeg menjadi teman. Atau balas mengambil salah satu sebagai istrinya. Bahkan ada yang bilang kalau Tuck sebenarnya keturunan Hualeg sendiri.

Agak sulit mengetahui kebenarannya, berhubung kabar terakhir mengatakan Tuck telah menghilang dari Thaluk.

"Itu hal biasa." Jorg, si pemilik kedai, berkomentar. "Kan katanya dia memang prajurit bayaran."

Tidak. Tidak biasa juga. Root membatin. Kalau sampai disebut pahlawan, masa dia menghilang segampang itu? Memang itu wajar? Bukannya dia jadi mirip Kesatria dari zaman perang waktu itu ya? Lalu, apa pula yang terjadi pada kakaknya, Dall? Apa dia sempat jadi pahlawan juga? Apa Tuck menghilang bersamanya? Kenapa tidak ada yang pernah cerita tentang Dall? Pasti Dall sakit sekali perasaannya.

Pasukan Taupin—yang sempat agak dipandang sebelah mata karena dipimpin seorang lintah darat—sekarang menjadi berjaya. Orang-orang Hualeg biadab—yang dari waktu ke waktu, datang dari negeri beku mereka di utara—telah berhasil dikalahkan. Padahal belum pernah ada yang berhasil menghentikan kebiasaan merampok dan menjarah mereka sebelumnya.

Root pernah mendengar kalau ancaman orang bangsa Hualeg terjadi semenjak Kerajaan Alton kehilangan pengaruh di Ordelahr. Tapi, Root juga pernah dengar cerita lain yang menyebut kalau kebiasaan itu sebenarnya berakar jauh sebelum itu ....

Aaaah! Mana aku tahu soal hal-hal beginiii! Aku ini cuma pencari ikan biasa. Bukan orang penting yang berilmu seperti dulu pernah datang dari Kerajaan ...

Root dulu sempat berpikir, lama-lama orang-orang Hualeg itu akan sampai juga ke Orulion. Dia sempat pasrah dengan itu. Root bahkan berharap kalau dia akan meninggal dunia sebelum saat itu tiba. Tapi, berkat kepahlawanan Tuck, ketakutannya itu agaknya terbantahkan.

Sayangnya, semenjak itu, Root sekarang jadi tak bisa berhenti memikirkan kira-kira seperti apa nasib anaknya—Boot yang hilang. Padahal sebelumnya Boot merasa bisa melupakan sesudah menerima kehilangannya.

Ah, anakku. Di mana kau berada sekarang? Apa iya kau sudah muncul ibumu di alam sana? Apa kau tetap jadi orang baik semasa kau hidup? Apa yang membuatmu berhenti mengirim kabar, Nak?

Tunggulah. Aku yakin tak lama sampai waktu aku juga pulang menyusul kalian di sana.

Lebih dari sepuluh tahun telah berlalu semenjak Boot pergi. Delapan tahun lebih semenjak dia berhenti mengirim kabar. Delapan tahun semenjak hanya ada Moor saja yang hidup menemaninya.

Tiba-tiba saja, terdengar langkah kaki dari belakangnya.

Langkah kaki itu berhenti di dekatnya.

Karena sedang ingin sendirian, Root merasa sewot dan agak terganggu. Pria tua jadi bertanya-tanya, urusan apa yang si pendatang ini punyai dengan dirinya?

"Bapak?"

Pria muda yang baru tiba itu, di luar dugaan, justru menyapa.

Root terkesiap. Digerakkan kepalanya secara perlahan.

Kemudian, dia melihat sesosok pria tegap yang mengenakan pakaian seragam prajurit dari suatu kerajaan. Di punggungnya, dia membawa sebuah ransel kulit yang penuh barang bawaan. Wajahnya tampak tidak asing, meski keadaannya tirus dan penuh bekas luka. Root dengan gugup memperhatikan kalau tangan kiri pria itu telah kehilangan separuh jari telunjuk.

"A-Apa? Siapa yang kau sebut bapak, Nak?"

"Ba ... Bapak ..." Pria tersebut—meski berstatus prajurit—tampaknya tak kalah gugup. "Bapak, ini aku! Anakmu! Bo—"

"A-AKU MANA PUNYA ANAK!" bentak Root sebelum tersadar. "Anakku sudah lama meninggaaal!"

Pria tersebut tampak kaget dengan reaksi pria tua itu. Rahangnya membuka naik-turun. Matanya mengerjap beberapa kali.

Root sendiri dalam hati heran kenapa kata-kata itu yang dia keluarkan, sebelum dia kemudian sadar bahwa inilah akibat dari bagaimana dia selalu memendam perasaannya.

"A-A-Anakku sudah meninggal! Dia meninggal sebagai prajurit Alton! D-d-delapan tahun lalu! Siapa kau? Mau apa kau dengan aku? Kau ini pasti salah orang!"

"Ini Boot! Aku benar anakmu!" Pria itu bersikeras.

"Bohong!" Root juga bersikeras. "A-Anakku bukan pria yang akan melupakan orangtuanya sendiri dan pergi menghilang sampai bertahun-tahun!"

"I-Itu ... Ada alasan untuk itu! Bapak, tolong dengarkan aku!" Pria yang mengaku sebagai Boot itu menjadi agak terbata. "Justru karena itu, aku kembali! Mumpung aku bisa, aku ... aku masih ingin jadi anak yang berbakti, Bapak! Buat Bapak dan juga buat Paman Moor!"

Mata Boot terlihat membasah.

Root membuang muka. Apa yang masih diingatnya akan muka Tuck kembali terbersit di balik pelupuk matanya.

"M-Memang apa buktinya kau anakku? Sudah bagus-bagus aku mengingat a-anakku sendiri jadi o-orang yang gugur sebagai pahlawan!" Root menantang, walaupun air matanya sendiri sebenarnya hampir meleleh dan dia sudah hampir mau bangkit untuk merangkul pria yang sebenarnya dikenalinya ini.

Pria itu, yang mengaku sebagai Boot, untuk beberapa saat, hanya terdiam.

"I ... Ini ..."

Boot menyerahkan sebotol anggur mahal yang diambil dari kantong yang dibawanya.

Mata Root langsung membelalak.

"I-Itu!"

Lalu, di sela air matanya yang berderai, Root pun langsung tertawa. Dia tertawa sangat keras dan lantang. Sampai-sampai, dia mengira mungkin itu adalah tawa paling keras seumur hidupnya.

Anehnya, tawa itu pun sampai seperti mengubah dirinya. Seolah membuat Root menjadi menjadi sepuluh atau bahkan dua puluh tahun lebih muda!

"Hahahahaha! Demi dewa-dewa, Nak! Demi dewa-dewa! Kau masih ingat! Kau benar-benar melakukannya! Terakhir kita bertemu, kita berpisah dengan bertengkar—lalu kau omong kosong bakal bawakan sazet cukup banyak agar aku bisa minum anggur sepuasnya! Jadi benar, sekarang kau punya uang eh?"

Boot menggeleng sedih.

"Bukan, Bapak. Ini ... Ini sebenarnya pemberian. Ada perempuan pemilik kedai di Ortleg yang entah kenapa memaksa aku membawa ini. Aku langsung teringat Bapak karenanya. Hanya satu botol ini yang sekarang aku punya. A-Aku heran. Kebetulan sangat aneh. T-Tapi benar aku sekarang punya sedikit uang. Maunya aku simpan, tapi bisa kupakai untuk beli botol-botol anggur lain kalau Bapak mau."

Root tersenyum tipis. Kemudian, barulah air matanya secara tak tertahankan meleleh. Bapak dan anak yang telah lama terpisah itu kembali berpelukan. Mereka berpelukan lama pada waktu menjelang senja.

Northmen SagaWhere stories live. Discover now