Bab 61 ~ Hardingir

244 89 5
                                    

Vilnar memperhatikan kakaknya yang kedua dan ketiga.

Tarnar berambut cokelat pendek dengan tatapan mata tajam menusuk. Dia berumur tujuh tahun lebih tua dari Vilnar, dan sejak dulu mulutnya terkenal hampir tak pernah berhenti mengeluarkan omongan-omongan besar. Dialah yang dulu mengajak Vilnar pergi menjarah ke selatan, yang akhirnya membuat Vilnar membangkang dan harus diusir dari Vallanir.

Sementara itu Erenar berambut coklat cerah, yang panjangnya seleher dan diikat ke belakang. Wajah polos tanpa ekspresi. Umurnya tiga tahun lebih tua dari Vilnar. Ia seorang yang pendiam. Hanya sedikit orang yang tahu apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya, dan Ia pun jarang dibicarakan oleh orang lain.

Pada kedua kakaknya itu, Vilnar tak pernah mempunyai rasa sayang sebesar rasa sayangnya terhadap Kronar, kakak sulungnya.

Berdiri di depan mereka semua, Vilnar mengucapkan salam.

"Ayah, Kakak-kakakku," ucapnya. "Aku senang bisa bertemu kalian lagi."

Radnar berdiri dengan susah payah dari kursinya, lalu membentangkan kedua tangannya. Mata tuanya berbinar-binar. "Selamat datang, anakku."

Vilnar dan ayahnya saling berpelukan. Masih terasa kaku, tapi sekaligus juga Vilnar bisa merasakan kehangatan yang sudah lama ia rindukan.

Sang ayah kemudian menghadap ke semua orang, dan berseru lantang, "Vilnar, anakku yang perkasa, sudah kembali. Demi Odaran, aku bersumpah, ini adalah hari yang paling membahagiakan sepanjang umur hidupku!"

Semua orang membalas, "Kami semua berbahagia bersamamu, Hardingir!"

Hardingir adalah sebutan orang-orang Hualeg untuk Kepala Suku.

Vilnar tersenyum melihat sambutan mereka semua, lalu mengangguk memberi mereka penghormatan. Ia kemudian menyalami ketiga kakaknya.

Kronar, yang pertama, berkata dengan riang sambil menepuk kedua bahu Vilnar, "Aku tahu kau pasti akan datang. Aku selalu percaya padamu."

Erenar hanya berkata singkat. "Selamat datang, Vilnar."

Sementara Tarnar berkata, "Hei, Vilnar, kau membawa squirg kemari?"

Yang langsung membuat Vilnar menatapnya dengan sorot mata garang.

Squirg. Mungkin maksudnya hanya bercanda, tetapi bagi Vilnar tetap tidak seharusnya Tarnar berkata semacam itu.

Walaupun Vilnar dulu selalu dikenal sopan dan jarang sekali marah, semua orang juga tahu bahwa dia adalah orang yang paling berbahaya di Hualeg. Keganasannya dalam bertempur diakui kawan maupun lawan. Tidak ada orang yang pernah berani membuatnya marah. Jadi apakah Tarnar memang bodoh dan tidak menyadari hal tersebut? Atau jangan-jangan, dia memang hanya ingin mencari gara-gara?

Vilnar punya alasan untuk marah. Squirg adalah istilah untuk menyebut wanita asing dari selatan, yang hanya pantas dibunuh atau dijadikan budak. Mendengar hal itu ditujukan buat Ailene, itu sudah cukup membuat Vilnar marah.

Yang lebih menyakitkan, ucapan itu keluar dari mulut Tarnar, yang dulu telah menjerumuskan Vilnar dan tak membelanya sama sekali di pengadilan tetua suku, sehingga membuat ia diasingkan selama tiga tahun. Kalau Tarnar bukan kakaknya sendiri, Vilnar pasti sudah menghajarnya.

Namun Vilnar segera teringat situasi yang sedang ia hadapi sekarang dan mencoba tenang. Ia baru saja pulang, ia tak boleh bertindak ceroboh. Kalau Tarnar sengaja ingin memancing amarahnya, siasat itu tidak boleh berhasil.

Dengan lembut Vilnar membuka penutup kepala Ailene sehingga wajah cantik kecokelatannya terlihat oleh semua orang.

Ia memeluk bahu istrinya dari samping dan berkata lantang hingga terdengar ke seluruh penjuru ruangan, "Dia adalah perempuan terhormat. Namanya Ailene, dan dia adalah istriku."

Suara napas tertahan semua orang langsung terdengar.

Vilnar membelai kepala putranya. "Dan ini ... putraku. Vahnar."

Kehebohan melanda seisi ruangan. Semua orang ribut.

Ucapan Vilnar mengundang berbagai tanggapan berbeda. Ada yang tampak ikut gembira, tetapi umumnya lebih banyak yang terkejut dan seperti hampir tak percaya mendengarnya. Ada yang memilih tetap diam atau tampak ragu-ragu, tapi lebih banyak yang saling berbisik satu sama lain.

Vilnar memahaminya. Ia mengerti, sudah lama tidak pernah ada orang Hualeg yang mengambil istri seorang perempuan dari selatan. Kebanyakan orang dari selatan yang dirampas biasanya dijadikan budak. Sekarang bagaimana mungkin seorang anak kepala suku yang justru melakukannya?

Vilnar tetap berdiri tegak tanpa ragu. Ia sudah memperkirakan ucapannya akan menimbulkan kegemparan. Ia tidak takut, dan malah memandangi semua orang satu per satu, untuk menunjukkan bahwa ia tengah mempelajari siapa yang tetap menjadi kawan, dan siapa yang akan berubah menjadi musuhnya.

Radnar mengangkat tangannya, meminta semua orang untuk diam.

Saat orang-orang tak kunjung diam, serta-merta Kronar membantunya dengan suaranya yang menggelegar, "Diamlah, kalian semua! Ayahku hendak berbicara!"

Semua orang langsung diam.

Radnar berjalan mendekati Ailene, yang berdiri gemetar di depan Vilnar.

Sang kepala suku tua tersenyum dan memegang hangat kedua bahu wanita itu. "Kalau begitu, selamat datang. Istri dari anakku berarti anakku juga."

Vilnar tersenyum lega. "Terima kasih, Ayah. Istriku tidak mengerti kata-katamu, tetapi dia pasti sangat berterima kasih juga."

"Bolehkah aku memeluk cucuku?" tanya Radnar.

"Tentu saja."

Dengan hati-hati Vilnar mengambil putranya dari pelukan Ailene lalu menyerahkannya pada ayahnya. Tangan kecil Vahnar memukul-mukul wajah kakeknya sambil tertawa, dan kakinya bahkan menendang-nendangnya pula.

Radnar tersenyum lebar ketika matanya beradu dengan mata biru Vahnar yang menyorot tajam. "Cucuku, kau benar-benar anak yang tampan dengan ... tubuh yang sangat kuat."

Namun ia lalu terdiam.

Ia menoleh dan memandangi Ailene seperti memperhatikan sesuatu, sebelum menoleh dan berbisik perlahan di telinga Vilnar, "Siapa dia?"

"Maksudmu?' tanya Vilnar tak mengerti.

"Ibu dari anakmu." Radnar masih tetap berbisik. "Siapa dia sebenarnya?"

"Aku tak tahu," tukas Vilnar, sedikit tidak suka dengan pertanyaan tersebut. "Dan aku tak peduli. Dia istriku. Hanya itu yang penting."

Radnar mengangguk-angguk, lalu berbisik lagi, "Saat dewasa nanti anakmu akan menjadi laki-laki yang istimewa, Vilnar. Maka, berhati-hatilah, anakku. Jaga dia baik-baik."

Vilnar tertegun mendengarnya. Berhati-hati? Apa maksudnya?

Jantungnya berdegup kencang. Ia melirik ke semua orang di sekitarnya, memastikan bahwa tidak ada yang mendengar perkataan ayahnya tadi.

Kronar, Tarnar, Erenar, yang lainnya; apakah mereka mendengarnya?

Mungkin tidak. Lebih baik tidak.

Masih ragu-ragu, sekaligus juga berusaha untuk tidak terlihat kaget, Vilnar menoleh lagi dan menatap ayahnya, menuntut penjelasan.

Radnar, sang kepala suku tua diberkati kemampuan untuk menilai potensi atau bakat tersembunyi yang mungkin dimiliki seorang anak, dan kemampuannya itu sudah dipahami oleh banyak orang di Hualeg.

Vilnar tak tahu apa yang dirasakan ayahnya saat memegang tubuh putranya. Pastilah sesuatu yang sangat berbeda, karena selama hidupnya Radnar tak pernah menyebutkan kata 'istimewa' jika sedang menilai seorang bocah.

Vilnar justru menjadi takut dan berharap orang lain tidak ada yang tahu mengenai ucapan Radnar ini. Karena hal itu bisa mengundang bencana. Begitu orang-orang tahu bahwa Vahnar akan menjadi seorang yang istimewa, musuh-musuhnya mungkin akan berusaha melenyapkan putranya itu.

Northmen SagaWhere stories live. Discover now