Bab 12 ~ Demi Tiga Keping

395 131 2
                                    

Orang bertubuh jangkung yang baru saja datang itu bicara sejenak dengan Tuan Horsling di meja bar dan memesan minuman. Dia lalu menoleh ke kiri dan ke kanan, seperti mencari-cari, dengan cara yang tak menarik perhatian. 

Hampir saja William memanggilnya, tapi Rogas menahan lengannya.

"Apa lagi?" kata William tidak sabar.

"Biar aku lihat dulu." Wajah Rogas berubah serius. Pasti karena ia baru saja mencium bau uang. "Aku tidak mau berurusan dengan orang miskin."

Memang rakus, dan juga sombong dia. William menggerutu.

Di seberang ruangan Mornitz duduk di belakang salah satu meja. Wajahnya kembali tanpa senyum, seperti yang dilihat William pertama kali dulu. Matanya melirik lagi ke setiap penjuru, tetapi ia belum bisa menemukan William yang masih berada di sudut ruangan paling gelap. 

William semakin tidak sabar. Ia benar-benar belum paham apa yang sebenarnya ditunggu oleh Rogas.

Ketika dua botol anggur besar sampai di meja Mornitz, barulah Rogas menyeringai senang. 

"Boleh juga seleranya. Oke, kau bisa memanggilnya, William. Ah, tidak, pergilah ke sana. Aku akan menyusulmu."

Sebenarnya William sebal disuruh-suruh seperti itu. Tetapi kalau dengan cara ini ia bisa menyelesaikan seluruh urusan ini dengan segera, ia tak ragu melakukannya. 

Ia beranjak dari tempat duduknya, lalu menyeberangi ruangan, menyusup di antara orang-orang yang masih asyik menonton di samping meja-meja judi. Begitu melihat kedatangannya, Mornitz mendongak dengan gaya angkuh, lalu menatapnya beberapa saat.

"Kau jadi membawa temanmu?" tanya laki-laki itu tanpa basa-basi.

"Iya. Dia ada di—"

Belum selesai William bicara, Rogas sudah datang di sampingnya dan menyalami Mornitz. 

Senyum lebar Rogas terbentang. "Kudengar kau butuh bantuan, Tuan?"

Mornitz tak langsung menjawab. Ia mengamati Rogas, seperti berusaha meyakinkan sesuatu, baru kemudian mengangguk, "Hanya dari orang yang memang tepat."

"Aku orang yang tepat, Tuan." 

Tanpa ragu Rogas duduk di depan laki-laki berjubah hitam itu dan segera bercerita panjang lebar tentang dirinya, tentang pengalamannya ikut pasukan kerajaan dan lain-lain. Intinya, mempromosikan diri.

Tuan Mornitz sepertinya cukup sabar mendengar ocehan itu. Laki-laki berjubah hitam itu diam saja, tetapi matanya menatap Rogas tanpa berkedip.

William yang justru bosan dan merasa terabaikan. Pemuda itu melirik pojok ruangan tempat ia tadi duduk. Muriel sudah berdiri sambil melambaikan tangan. Wajah gadis itu kembali merengut. William pun mengerti.

Ia berkata, "Tuan, aku pergi dulu."

Mornitz mengangguk singkat, tanpa senyum dan hanya melirik sebentar ke arahnya.

Sementara Rogas meringis. "Terima kasih, William. Kita bertemu lagi nanti."

William mengangguk. Baru saja ia berbalik, Rogas sudah melanjutkan ocehannya lagi. Kali ini tentang bagaimana ia pernah menghajar gerombolan penjahat di selatan seorang diri dan membunuh mereka tanpa ampun. 

William hanya bisa menggerutu. Semakin lama bualan Rogas semakin hebat.

William dan Muriel bergegas keluar dari Kedai Horsling yang penuh dengan tawa orang-orang kasar dan bau minuman keras. Keduanya lega, karena di luar ternyata suasananya benar-benar sepi jika dibandingkan dengan keriuhan di dalam sana. Rasanya lebih menyenangkan. 

Northmen SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang