"Kak lepasin setelah itu aku bakal ikutin kemauan kakak!"

"PUTUSIN ARKA!"

"Tapi kak Arka pacar Nai!"

Asya menatap tajam gadis itu. Tidak bisakah Naira mengeluarkan tanduknya untuk saat ini.

"Lo pilih Arka atau mati sama gue?"

Jihan yang melihat Asya semangkin ganas pun mencoba menghentikan kegilaan gadis tersebut. "Kar, Del, kok lo berdua diam aja sih? pisahkan woi! Nanti ketauan sama pak Jamal bisa gawat!"

"Lo mau cari mati, hah? Lo punya mata kan, Asya itu gak bakal berhenti yang ada lo kena imbasnya nanti!" sahut Dela sambil memainkan handphonenya.

Karin menatap malas Jihan yang heboh sendiri. Dari awal gadis sedikit pirang tersebut memang alay.

"Lo berdua mau liat Asya masuk BK lagi? Udah cukup dulu ya sekarang jangan lagi, ahh!"

"Berisik Ajg!" bentak Karin, "Mending lo diam aja disitu, duduk manis kek."

Arka datang dari arah belakang bersama keempat temannya. Pria itu mengerutkan dahinya karena melihat koridor sekolah penuh. Satria dan Irzan yang tahu tatapan dari Arka pun mengangguk.

Satria mengambil napas kemudian--, "Air hangat, air hangat minggir woi!" teriak cowok berkulit sawo matang itu.

Suasana semakin heboh saat Irzan berteriak kencang, "Awas woi, Air gasnya mau meledak!"

Liam menatap tajam kedua temannya itu, sementara Arka dan Bara hanya acuh. Arka berjalan cepat saat melihat Asya menarik rambut seseorang.

"ASYA!" teriak Cowok itu kaget tak lama kemudian Arka bertambah kaget saat melihat gadis yang Asya bully adalah kekasihnya sendiri. "Jauhin tangan kotor lo itu sialan!"

Tarikan Asya terlepas saat Asya mendorong tubuh ke samping. Arka menatap tajam Asya yang ditatap tak kalah tajam dari gadis itu. "Lo kenapa, hah?"

"Lo itu yang kenapa? Lo gak sadar kalo tuh cewek cuma pura-pura,"

"Asya, minta maaf sekarang!"

Asya menatap Arka tak percaya. Apa katanya minta maaf? Asya menggeleng kuat. "Gak akan. Itu pantas buat cewek kayak dia."

Arka mengeram marah karena gadis didepannya itu keras kepala, entah terbuat dari apa kepala Asya hingga kerasnya melebihi batu. "Sya, minta.maaf.sekarang!"

"Lo gak berhak buat maksa gue untuk minta maaf sama cewek lo itu! Belain aja terus tuh cewek,"

Setelah itu Asya pergi meninggalkan kerumunan, ia tidak menyangka bakal seramai ini untuk menyaksikan kejadian tadi, gadis itu tersentak kaget kala sebuah tangan menariknya ke tempat sepi.

Asya meringis saat tubuhnya terbentur pada tembok. "Lo apa apaan sih?"

"Lo bisa gak sih sehari aja gak buat gue semakin benci sama sifat lo itu, kasar!"

"Lo gak sadar ya Ka, sifat gue itu tergantung sama sifat lo. Lo aja gak pernah percaya sama ucapan gue waktu itu,"

Arka terdiam.

"Gue gak salah, yang salah itu pacar lo. Kalau saja dia gak mancing emosi gue gak bakal kayak gini!"

Asya merasakan matanya mulai berkaca-kaca. Tidak, ia tidak boleh menangis lagi depan Arka. Cukup sekali.

"Sadar Ka, Naira itu punya dendam sama lo!"

Arka menatap gadis didepannya dengan tajam. "Dendam? yang ada lo kali yang punya dendam sama gue?" balas Arka.

ARKASYA Where stories live. Discover now