Chapter 37. Seleksi Alam (dan lagi)

558 97 114
                                    

oke ini versi terakhir dari seleksi alam~

















....

Sekolah kembali ramai karena liburan sudah usai. Sama seperti biasa, hari pertama masuk selalu menyediakan jam kosong. Baik tenaga pengajar maupun murid sama-sama menikmati kebebasan ini untuk saling bertanya kabar atau bercerita tentang kegiatan liburan. Sementara bagi murid baru, kesempatan ini digunakan untuk saling mengenal.

Tidak terkecuali, Jisung yang statusnya resmi menjadi murid kelas tiga, memanfaatkan waktu ini untuk mengisi hatinya dengan kebahagiaan sebelum berkutat dengan segala urusan yang menyangkut Ujian Nasional atau rencana masa depan.

Bersandar di bawah pohon dan menikmati angin sepoi-sepoi, dia tampak sangat damai. Jauh berbeda dengan seseorang yang duduk di sampingnya. Karena tidak tahan, akhirnya dia bertanya, "Kamu baik Rel?"

Hyunjin tersentak, "Farrel lagi kenapa-kenapa."

Biasanya, seseorang yang sedang dalam keadaan terpuruk akan menjadi lebih baik ketika dihadapkan dengan sesuatu hal yang membuat mereka senang. Dengan pemikiran seperti itu, Jisung membuka galeri dan memainkan salah satu video yang dia punya, tidak lupa menambah volume agar lebih terdengar.

"Aku ngevideoin Widya waktu nyanyi pas study tour kemarin, coba liat, mood kamu pasti naik lagi." Katanya dengan semangat.

Apa yang membuatnya terkejut adalah, Hyunjin hanya melirik video itu sebentar sebelum memalingkan muda. Dia bahkan lebih terkejut saat Hyunjin berkata, "Makasih Can, tapi gak usah."

"....O..key. Kamu lagi ada masalah sama Widya? Mau aku bantu?"

Tentu saja, Jisung memberi tawaran itu karena dia pernah menerima permintaan Hyunjin untuk bergabung dalam koalisi Farrel-Widya. Namun sekali lagi, si bungsu Hala itu terkejut terheran-heran dengan jawaban yang masuk melewati telinganya.

"Perjuangan Farrel udah selesai."

Hyunjin memberinya senyum namun Jisung merasa itu adalah bentuk dari ketidakberdayaan yang tidak mungkin palsu. Memberi tepukan ringan pada pundak Hyunjin yang tampak lesu, dia tidak membuka mulutnya lagi untuk memberi pemuda itu ketenangan.

Kemudian muncul pertanyaan di dalam kepalanya, 'Kalo Dami sama Farrel ditolak, Aris kemungkinan ditolak juga gak sih?'

Kemudian muncul pertanyaan di dalam kepalanya, 'Kalo Dami sama Farrel ditolak, Aris kemungkinan ditolak juga gak sih?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dami sama Farrel, kamu tolak mereka?"

"..Hn."

"Oh."

"..."

Seungmin mendongak. Memperhatikan bagaimana ekspresi Minho sama sekali tidak berubah, dia mulai bercerita, "Sepi, tenang, gak ada orang. Itu kondisi yang dipilih Dami sama Farrel supaya membangun suasana."

Dengan mudah menebak alur pembicaraan, Minho membalas, "Jangan geer. Aku gak akan nembak kamu sekarang."

Hening, detik jarum jam bahkan terdengar sangat nyaring. Selain penjaga yang tidak kelihatan batang hidungnya, perpustakaan sedang sepi karena tidak ada pengunjung lain selain mereka. Situasi yang seperti ini membuat Seungmin membangun sejenis kesadaran sehingga dia tidak tahan untuk bertanya seperti tadi.

LIBENA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang