Chapter 27. Make A Wish

523 99 96
                                    

Hae :)
Susuripris~
Banyak loncatan waktu disini jadi jangan aneh kalo alurnya kerasa cevat :3



























.....

"Bu, saya ijin ke atas."

"Oh?" Seulgi menutup pintu kamar nyonya Rizaldi, "Iya, boleh."

Mengangguk, tungkai membawanya menapaki anak tangga. Baru setengah jalan, Seungmin dan Chan terlihat menuruni tangga membuat langkahnya terhenti.

"Tuh beb, tukang ojeg." Kata Chan menatap Minho.

Sambil membawa nampan dan piring kotor, Seungmin rasanya mengerti kenapa Minho mencarinya sampai ke lantai dua, "Hayu yuk, pulang."

Kebetulan, anak-anak osis juga akan pulang. Tadinya akan berpamitan melalui Seulgi karena Chan tidak terlihat selama pembacaan yasin.

Tapi ketika melihat teman mereka menampakkan diri, mereka mengubah haluan.

Di teras rumah, anak-anak ini berkerumun sambil memberi ucapan bela sungkawa yang terakhir. Meski matanya sedikit sembab, Chan membalas dengan senyum tipis.

Hyunjin menepuk pundak Chan pelan dan memberi dukungan lewat tatapan mata. Di saat seperti ini, pertarungan mereka terhadap Seungmin dilupakan sejenak.

"Allah bersama orang yang sabar kan? Heeh apal (tau)." Chan terkekeh, "Thanks."

Aura diantara mereka sedikit mengendur. Namun saat giliran Minho, Chan agak tidak yakin. Secara mereka memang tidak akur untuk waktu yang lebih lama.

"Badai pasti berlalu."

"..."

Tiga kata dan tinju samar di dadanya membuat Chan bengong.

"Kaget ya? Aris jago soal emotional support." Bisik Seungmin.

"Ih." Menggosok lengan dan tengkuknya berulang kali, Chan menunjuk Minho tepat didepan muka, "Tong kitu deui! Gararetek nepi aing merinding anjir! (Jangan kaya gitu lagi! Geli sampe gue merinding anjir!)"

"Masih ngapain lagi? Ayo." Kata Minho kepada Seungmin lalu berjalan menuju motor yang diparkir.

"Jadi bijak, gararetek (geli). Jadi kaya biasanya, pengen nampol. Kudu kumaha aing nyanghareupan maneh, jidar?? (Harus gimana gue ngehadapin lu, penggaris??)" Chan gereget sendiri.

"Dami."

"Hm?"

"Besok langsung sekolah?"

Chan menggeleng, "Liat aja besok."

"Oke, Widya pulang ya. Dadah." Melambai dengan senyum teduh, Seungmin pamit pergi.

Menatap kepergian teman-temannya yang hadir malam ini, Chan seperti mendapat suntikan kehangatan dan semangat baru. Menatap bulan penuh yang menggantung dil angit malam, dia membisikkan harapan pada angin yang berlalu.

 Menatap bulan penuh yang menggantung dil angit malam, dia membisikkan harapan pada angin yang berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LIBENA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang