Chapter 5. Serba Perdana

905 157 53
                                    

Lets gidit :3



















......

"Pulang jam 5 lagi?"

"Iya soalnya rapat." Seungmin mengecup punggung tangan Wonpil, "Ayah jangan lupa jemput, Widya abis pulsa buat ngabarin."

"Iya siap."

Wonpil menjalankan motornya lagi untuk pulang sementara Seungmin memasuki gerbang dengan langkah santai. Tidak lupa memberi sapaan pada pak satpam dengan senyuman sebelum melenggang pergi.

Tidak seperti ketika awal masuk, Seungmin berangkat sedikit lebih siang. Tangga yang biasa dia lewati sendirian sekarang terdapat cukup banyak siswa. Dia juga mencoba untuk menjadi pribadi yang lebih santai, sama seperti saat dia menyapa pak satpam tadi. Meskipun tergolong perubahan kecil tapi itu merupakan titik perkembangan yang patut dibanggakan.

"Widya!"

Seungmin tersentak kaget dan hampir terpeleset tapi seseorang yang mengagetkannya langsung menangkapnya, "Eeehh sorry gak sengaja."

"Bikin jantungan Lix." Kata Seungmin sambil menenangkan jantungnya yang melompat-lompat.

Felix sendiri sebagai pelaku hanya cengegesan, "Maaf maaf hehe. Sendirian aja nih?"

"Heem, kamu enggak sama Abin?"

"Emang harus ya aku nempel sama dia terus? Serumah juga enggak." Balas Felix malas.

Seungmin mengangkat bahu, "Soalnya kalo setiap ketemu, kalian pasti nempel. Kaya prangko sama surat."

Felix merasakan tubuhnya merinding, "Enggak enggak, makasih. Capek ngurusin temen kaya dia."

Untuk beberapa alasan, Seungmin bisa memahami bagaimana perasannya. Ah ngomong-ngomong mereka cukup dekat setelah pelantikan. Dengan kemampuan bersosial yang tinggi, Felix sedikit demi sedikit bisa mendekati Seungmin sampai mereka bisa mengobrol dengan santai seperti ini.

Seungmin juga berusaha yang terbaik untuk mengimbangi dan bergaul. Meskipun sejauh ini dia hanya mampu dekat dengan Felix, Changbin, Hyunjin, dan Bomin. Sementara untuk pengurus osis kelas 10 yang lain, dia masih dalam tahap mencoba. Bukan karena tidak ingin tapi kelompok mereka berisikan manusia-manusia yang lebih aktif sehingga sulit baginya untuk masuk ke dalam celah.

"Wid, aku kesini."

Perkataan Felix menyadarkan Seungmin. Dia mengangguk, "Oke, dadah~"

"Yuuu~"

Felix menaiki tangga yang ada di dekat uks karena lebih dekat dengan kelasnya, sementara Seungmin memilih tangga dekat perpustakaan karena dekat juga dengan kelasnya. Itulah yang membuat mereka berpisah disini, di meja piket.

Meneruskan perjalanan tanpa hambatan berarti dan sampai di kelas dengan selamat sentosa, Seungmin duduk di kursi. Beberapa teman sekelasnya yang sudah datang adalah mereka yang tidak akrab atau dalam kamus hidupnya disebut sebagai orang yang sulit digapai. Perbedaan hobi, jenis musik kesukaan, cara berbicara atau sekedar standar penampilan menjadi kriteria yang Seungmin amati dan yakini sebagai poin seseorang untuk memilih teman sepergaulan. Catatan penting yang harus diingat kalau dia adalah spesies manusia yang berbeda di sini. Hobi? Membaca komik. Jenis musik kesukaan? Kpop. Cara berbicara? Cenderung kaku dan monoton. Penampilan? Biasa saja.

Walaupun dia mencoba untuk mengikuti tren yang sedang berjalan dan mencoba masuk ke dalam lingkaran mereka, tenyata itu tidak cukup berhasil. Mungkin sejak awal, dia sudah masuk ke dalam list orang yang tidak menarik. Prinsip Seungmin sendiri adalah: dia sudah mencoba dan berusaha. Syukur-syukur hasil kerja kerasnya tercapai. Kalaupun tidak, ya sudah. Tidak jadi beban pikiran.

LIBENA ✔Where stories live. Discover now