Chapter 3. Merah

1.1K 176 170
                                    

Lets gidit ^^

















.....

Rabu, hari yang ditunggu-tunggu sekaligus hari yang bikin dag dig dug. Kenapa? Karena Seungmin yang mencalonkan diri sebagai pengurus osis akan menjalani tes wawancara hari ini.

Teras sekertariat diisi oleh para murid yang akan menjalani sesi wawancara. Dari lantai dua, Seungmin memperhatikan kerumunan orang itu dan merasakan jika jantungnya berdesir bahkan telapak tangannya terasa dingin.

Tiba-tiba, seseorang mengalungkan lengan ke lehernya. Seungmin tidak perlu melirik untuk mencari tahu siapa seseorang ini.

"Dami, Widya deg degan."

"Wahai bebebku, ternyata kamu masih sangat polos."

"Hah?"

Menurunkan tangannya dari leher Seungmin, Chan beralih menggenggam kedua tangannya. Dengan senyum lebar dan lesung pipi yang mempesona dia berkata dengan tidak tahu malu, "Enggak usah malu. Wajar kalau kamu deg degan karena pangeran Damiano ini memperlakukan kamu dengan sangat istimewa."

Maksudnya, Seungmin merasa gugup karena sesi wawancara akan segera dimulai tapi manusia yang satu ini malah salah menafsrikan. Sambil menahan gejolak ingin menampol playboy cap badak ini, dia hanya bisa bertanya, "Dami, kamu sehat?"

Masih dengan senyum dan lesung pipi yang bisa mengalihkan dunia, Chan menggeleng dan menjawab, "Enggak, aku gila."

"Oh, pantes---"

"Tergila-gila karena kamu."

Seungmin melepaskan diri dari genggaman tangan Chan. Dia tersenyum manis tapi kalimat yang meluncur membawa jejak rasa ngeri dan geli yang kentara, "Bodo amat Dami, bodo amat!"

 Dia tersenyum manis tapi kalimat yang meluncur membawa jejak rasa ngeri dan geli yang kentara, "Bodo amat Dami, bodo amat!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Damiano Chan Rizaldi!"

Chan menepuk pundak Seungmin dan mengedipkan sebelah matanya, "Jangan sedih, pangeran enggak akan lama."

Setelah mengatakan kalimat itu, Chan pergi dan masuk ke sekretariat osis untuk menjalani sesi wawancara.

Pintu kembali ditutup, Seungmin yang belum dipanggil merasa semakin gugup. Dia berdiri, menggendong tas dipunggung dan tas milik Chan dibagian depan tubuhnya. Terlihat cukup menyedihkan karena dia berdiri sendirian di tempat yang agak jauh dari teras sekretariat tanpa ada yang menemani.

Mencoba mengalihkan rasa gugup, Seungmin diam-diam memperhatikan para murid yang masih menunggu giliran. Beberapa dari mereka membentuk kelompok berjumlah dua sampai tiga orang, ada yang bercengkrama, ada yang bermain handphone mungkin sedang menjelajah Wajahbook, atau sekedar melamun.

Satu dari mereka menarik perhatian Seungmin, dia adalah remaja laki-laki yang unik. Wajahnya tampan bercampur lucu dan manis tapi suaranya berat. Dari caranya berbicara, dia terlihat seperti seseorang yang mudah bergaul dan menyenangkan. Seseorang ini sedang berbincang dengan dua orang.

LIBENA ✔Where stories live. Discover now