Chapter 22. Love Talk (2)

593 113 49
                                    

Aku lupa buat nambahin ini kemaren:
1.) Widya dan kawan-kawan baru mulai penjurusan pas kelas dua.
2.) Pembagian kelas yang sekarang:
- xi ips 2: Seungmin, Jisung
- xi ips 3: Hyunjin, Felix
- xi ipa 4: Minho, Chan
- xi ipa 5: Changbin, Bomin
3.) Buat Jeongin yang baru masuk jadi murid baru, dia ada di kelas x-3.

Hehe, malem banget ya Milea datangnya :3





























.......

Dua minggu berlalu dengan damai, Seungmin menjalani masa-masa adaptasi sebagai murid kelas dua dengan cukup baik. Namun seperti kata pepatah, keadaan yang terlalu tenang ini biasanya merupakan tanda sebelum badai datang.

Saat itu, bel sekolah berbunyi tanda kegiatan belajar mengajar sudah usai. Jisung pamit untuk pulang lebih dulu selagi Seungmin membereskan peralatan tulis ke dalam tas.

Namun baru beberapa detik melangkah keluar kelas, kepala Jisung menyembul dari pintu. Dia memanggil, "Widyaaa."

"Hm?" Tanggap yang dipanggil tanpa menoleh. Dia hampir selesai mengepak barang.

"Farrel nyariin kamu."

Seungmin terdiam sesaat sebelum mengangguk, menjawab dengan sedikit muram, "Oke."

Menarik napas dalam-dalam, Seungmin menggendong tas dibahu dan melangkah keluar kelas. Dia disambut oleh kehadiran Hyunjin dengan senyum khas miliknya.

"Hai Wid, lagi sibuk enggak?"

Memo berisi ajakan untuk membahas sesuatu hal yang dikirim Felix tidak pernah dia balas. Mungkin karena itulah, si penulis memo datang secara pribadi untuk membawanya pergi.

"Mau apa?" Balas Seungmin pendek.

Ini adalah percakapan dua arah setelah yang terakhir kali di taman. Walaupun respon yang didapat tidak terlalu baik, Hyunjin masih bersyukur.

"Ada yang pengen Farrel obrolin sebentar, di kafe deket sekolah, ...bisa?"

Kafe cukup sepi, tidak tahu kalau nanti, karena awan kelabu bergerak perlahan namun pasti di atas sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kafe cukup sepi, tidak tahu kalau nanti, karena awan kelabu bergerak perlahan namun pasti di atas sana.

"Wid, ...apa kabar?"

Kalau Seungmin memiliki suporter, mereka mungkin akan membawa pengeras suara dan berteriak: "Udah bikin dia nangis dan masih berani nanya kabar?! Otak dimana otak?!"

Menghembuskan napas lelah, Seungmin menjawab dengan tidak minat, "Baik."

Seolah tidak mendengar intonasi tidak menyenangkan yang masuk ke telinga, Hyunjin mengangguk kecil, "Syukurlah. Kalau Farrel, enggak terlalu baik."

"Hmm."

Jeda untuk beberapa saat. Satu orang menatap, sementara yang lain mengalihkan pandangan ke arah jendela.

LIBENA ✔Where stories live. Discover now