Chapter 1. Pandangan Pertama

2.3K 233 119
                                    

Lets gidit ^^

.....

Pagi adalah waktu fajar menampakkan diri, menyebarkan cahaya hangatnya ke muka bumi, dan memiliki tugas tersendiri untuk memberi tahu manusia jika ini adalah saatnya untuk memulai hari. Di salah satu tempat di Bandung, hawa pagi ini dingin seperti biasanya. Tentu saja dingin karena tempat tinggal karakter utama ada di bawah kaki gunung. Sebenarnya tidak benar-benar di bawah kaki gunung, hanya saja dari jarak rumahnya, wujud gunung itu tampak cukup dekat.

"Wid, bangun."

Pintu kamar berwarna coklat terbuka, menampilkan seorang pria berusia 40-an yang masih memakai baju koko dan sarung motif kotak-kotak. Kesampingkan usia, wajahnya masih terlihat tampan sama persis ketika masa mudanya. Agar lebih mudah, panggil saja dia ayah Wonpil.

"..."

Dirasa manusia muda yang masih asyik bergelung di dalam selimut belum berpisah dari alam mimpi, sang kepala keluarga menekan saklar.

Tak!

Lampu menyala dan sinarnya menyinari seluruh kamar. Putih menjadi warna yang mendominasi, dindingnya bersih tanpa tempelan atau dekorasi selain sterofoam warna oranye yang ditempeli berbagai sticky note berisi kata motivasi, kalender kecil, dan jadwal pelajaran. Furniture lainnya juga biasa saja seperti meja belajar juga lemari pakaian berwarna coklat. Dalam sekali pandang, dapat disimpulkan jika pemilik kamar sepertinya menyukai sesuatu yang simpel.

Ngomong-ngomong tentang pemilik kamar, Seungmin masih belum menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Wonpil sendiri sudah hapal diluar kepala bagaimana kebiasaan anak ini, jadi dia menyingkap ujung selimut dan menarik salah satu kaki Seungmin dengan kekuatan yang lumayan.

Sret!

Kepala Seungmin yang semula ada di atas bantal seketika menghantam kasur, dan kedua mata yang terpejam tiba-tiba terbuka.

"Ih Ayah kaget~ Widya kira ditarik Sadako barusan."

Tidak ingin menguras emosi karena baru saja disamakan dengan sosok hantu, Wonpil menepuk kaki Seungmin berkali-kali, "Bangun ayo bangun."

"Iya~ Widya bangun~" Mengambil posisi duduk dan menyibakkan selimut, Seungmin tidak langsung turun dari kasur tapi mengumpulkan nyawa terlebih dulu sambil melakukan peregangan.

Memastikan putranya dalam keadaan sadar, Wonpil berjalan keluar kamar sambil berkata, "Ayo melek."

"Hmm~"

Ketika langkah kaki semakin menjauh dan tidak terdengar lagi, Seungmin kembali merebahkan diri. Menarik selimut sekali lagi, bahkan kedua matanya belum tertutup tapi suara Wonpil menggelegar dari arah dapur.

"JANGAN TIDUR LAGI!"

"Ck. Iya IYA!"

Kali ini, Seungmin benar-benar bangun. Selesai membersihkan diri, dia memakai seragam putih abu yang sudah disetrika kemarin malam. Memasang dasi sampai rapih, dia tersenyum kecil menatap pantulannya di kaca.

"Oke sip."

Mengecek kembali jadwal pelajaran dan buku yang ada di dalam tas, dia keluar kamar dan berjalan menuju dapur.

Masih memakai sarung, Wonpil memasak nasi goreng sambil bersenandung lagu dangdut. Seungmin pergi mengambil sepatu hanya untuk menemukan jika tali sepatunya belum dipasang. Dia kembali ke dapur untuk bertanya.

"Ayah."

"Apa?"

"Tali sepatu Widya dimana?"

"Di tempat bawang."

LIBENA ✔Where stories live. Discover now