29. Penyesalan Clarissa

4.2K 492 5
                                    

Jangan sungkan memberi kritik dan saran di kolom komentar. Terima kasih 💐❤
•••

[Dua hari sebelum gerhana bulan putih]

Ruang singgasana kini hening, tak ada orang yang sedikit pun bergerak. Mereka takut bila melakukan kesalahan sedikit pun, pasalnya raut kaku dan datar dari pimpinannya membuat ketar-ketir.

"Bisa kau ulangi lagi?" tanya Zay ramah, mereka tahu itu hanyalah tipuan sebelum bom meledak.

Lelaki utusan dari kerajaan Yanel menunduk, badannya gemetar. Keringat dingin muncul di kening dan lehernya. "Ehm, saya membawa peminangan dari salah satu bangsawan di kerajaan kami untuk Pangeran Evan."

Kenapa tiba-tiba? Mungkin itu pikiran mereka, tidak untuk Zay yang justru sudah menduga hal serupa terjadi.

"Ada alasan aku harus menerimanya?"

Memberanikan diri mendongak menatap Zay. "Rumor menyangkut kedua kerajaan sudah menyebar ke berbagai daerah di Benua Sheen, untuk itu kami telah merundingkan hal ini."

Raja itu hanya bersandar santai, matanya saja seolah menunjukkan betapa malasnya akan masalah ini.

"Lalu menurutmu bagaimana tanggapan putraku nantinya?"

"Saya yakin Pangeran Evan tidak akan menolak. Lady seorang gadis cerdas, cantik dan berbakat di kerajaan Yanel. Beliau adalah panutan bagi gadis-gadis bangsawan di kerajaan kami," balasnya dengan mata berbinar dan semangat.

"Termasuk kau tidak akan menolaknya?"

"Iy-Eh?" gelagapnya. Lelaki itu meruntuki ucapan cerobohnya.

"Aku tidak bisa menjawabnya, ini di luar jangkauanku." Zay mengibas-ngibas tangannya.

"Tapi, Yang Mulia Anda bisa secara langsung menjodohkan mereka. Bukankah itu hal lumrah bila terjadi pertunangan pilihan orang tua tanpa meminta persetujuan pihak muda?" Dia mencoba terus menghasut Zay.

Mendengar hal itu, tatapan Zay memincing. "Di kerajaanku tidak ada hal semacam itu. Ketahuilah, putraku sudah akan bertunangan dengan seorang Lady cerdas, sangat cantik, berbakat dan tentu saja cocok sebagai seorang ratu nantinya."

"Masih ada posisi selir bukan? Calon dari Anda bisa menempatinya, sementara Lady kami bisa menjadi ratu."

Kurang ajar sekali!, batin Zay emosi. Membayangkan hal itu terjadi pada Cia membuat hatinya nyeri. Ia sudah menganggap gadis itu putrinya sendiri apalagi fakta keterikatan Evan dan Glacia. Bila ada orang lain di hubungan mereka apa yang akan terjadi nantinya?

"Anda memerintah saya?" tanya Zay tenang. Sementara keheningan semakin mencekam.

Pemuda itu menunduk takut, ia bersimpuh. "B-bukan begitu ma-aksud saya Yang Mulia."

"Lalu apa maksudmu?"

"Bil-la Yang Mulia belum bisa menjawabnya biarlah Lady dari Kerajaan Yanel tinggal beberapa waktu di sini."

Mata Zay menggelap. Ia sangat marah saat ini. Meski dirinya bukan orang yang baik untuk urusan kehidupan Evan, Zay tak pernah mau terlalu ikut campur. Perihal pilihan dirinya, Zay serahkan pada putranya itu, kecuali bila menyangkut Cia maka Zay tak akan tinggal diam jika putri sahabatnya itu sampai terluka batin maupun fisik.

Zay sudah pasti akan menolak sampai Donald maju dan membisikkan sesuatu, "Jangan gegabah Yang Mulia, bisa saja keputusan Anda saat ini membawa mala petaka di masa depan nanti. Saya yakin Pangeran Evan hanya mencintai Lady Glacia, saya bisa melihat dari kedua matanya. Jadi, Anda hanya perlu menjadi pemantau saja."

[1] Glacia The Villain's [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz