18. Mencintai luka

6.4K 828 6
                                    

Haloo, Glacia update cepetttt. Semoga suka, ya. Siapkan hati dan raga.

HAPPY READING!

•••
"Sakit saat aku tidak bisa berbuat apa-apa."

•• Glacia The Villain's••

"Terima kasih, Kak sudah mau ikut kemari." Clare tersenyum hingga matanya menyipit membentuk bulan sabit. Glacia berdehem menjawabnya.

Mereka berdua ada di taman pada malam hari. Ini akibat desakan Clare yang terus merengek pada Glacia untuk mengikutinya keluar. Tibalah mereka di sini.

Dingin disertai angin berhembus lirih berada di antara keheningan. Clare melirik kakak tingkatnya itu. Dalam benaknya ia tengah menyusun kata-kata.

"Aku ingin sekali ikut pemanggilan mate, sayang Academy Sirena belum mengadakannya," curhatnya dipenuhi rasa kecewa.

Glacia tidak memotong pembicaraan. Ia serius mendengarkan.

"Satu-satunya Academy yang sudah ada pemanggilan mate hanya ada di Academy Adena saja."

"Kenapa kamu tidak bersekolah di sini saja?" timpal Glacia.

Sudut-sudut bibir Clare tertarik. Senang rasanya kakak di sampingnya ini akhirnya membuka mulut.

"Kami sebagai keluarga kerajaan diharuskan bersekolah di kerajaan lain sebagai bentuk hubungan kerja sama."

"Kita adalah simbol."

"Maksud, Kakak?"

"Simbol sebagai pertukaran hubungan," jawabnya kalem tanpa memfilter ucapannya.

Clare membatu. Pernyataan baru pertama kali ini ada yang mengatakan dirinya hanya sebagai simbol. Apa ia bisa disamakan sebagai pajangan?

"Apa Kakak pernah sakit hati?" Clare mengalihkan topik.

Pandangan Glacia tertuju lurus ke satu titik, entah pikiran apa yang sedang ada di otak cerdas itu.

"Tentu. Aku manusia."

Lagi-lagi Clare tergelak. Jawaban-jawaban Glacia mampu mengocak perutnya apalagi wajah datar itu. Tidak ada gurat lelah karena sudah beraktifitas seharian. Hidup seolah tanpa beban, begitulah Clare memandang Glacia.

"Ehem, aku seharusnya tidak mengatakan ini, Kak. Tapi, karena menurutku Kakak harus tahu maka aku sampaikan."

"Silakan."

"Sebelumnya aku minta maaf sebagai perwakilan dari Kak Shopia." Clare mengembuskan napas. Melirik sekali lagi pada ekspresi Glacia. "Dia hanya marah karena tanpa sengaja tahu rencana Kak Armand."

Mengenai Armand, Glacia sampai melupakan tujuan lelaki itu menemuinya tadi. Meski penasaran mulutnya tetap bungkam, lebih memilih penjelasan dari mulut Clare.

"Sebenarnya ... Kak Armand ingin melamar Kak Glacia tadi."

Tanpa dikomando dan lupa mengontrol ekspresinya, mulut Glacia terbuka sedikit dan matanya membelalak.

Melihat perubahan pertama kali dari wajah Glacia membuat Clare meringis. Pasti kakaknya dianggap gila.

"Aku tahu tindakan Kak Armand tadi memang tak wajar. Tetapi, Kak Glacia harus tahu alasan kenapa kakak melakukan hal itu. Kak Armand sejak berada di academy ini menjadi orang yang berbeda. Kak Glacia tahu? Kak Armand selalu bercerita tentang Kak Glacia setiap kami ada perkumpulan. Sepertinya dia memang jatuh cinta pada Kakak."

Penjelasan Clare masuk ke telinga kanan keluar telinga kiri. Otaknya sibuk mencerna hal tak masuk akal ini. Beruntung tadi ia mencegah hal itu terjadi jika benar Armand ingin melamar.

[1] Glacia The Villain's [END]Where stories live. Discover now