17. Ancaman

6.5K 904 6
                                    

Doakan idenya lancar jaya, ges biar cepet update :)

HAPPY READING!

•••
Ketakutanku adalah kehilanganmu.

•• Glacia The Villain's••

Derric begitu melihat keadaan Glacia yang tengah memejamkan mata di kursi taman dengan wajah pucat, segera mendekat. Mulutnya merapal mantra berulang-ulang dan menempelkannya pada lengan Glacia.

Wajah pucat Glacia perlahan mulai terlihat rona merah. Ringisan di bibirnya juga telah berhenti.

"Terima kasih," ucapnya tanpa membuka mata.

Derric tidak menjawab, wajahnya menatap lekat pada Glacia yang sedang mengatur napasnya.

"Apa ini pertama kalinya tubuhmu lemas mendadak?" tanya Derric.

Glacia membuka mata, ia mengangguk sekadarnya.

Tak ada pembicaraan lagi di antara keduanya. Mereka larut dalam pikiran masing-masing.

"Bagaimana nantinya saat pemanggilan mate? Padahal aku sudah bertemu denganmu?" Glacia mengeluarkan hal yang terus mengganggunya. Pikirannya sudah penuh akan rencana sampai menjadi benang kusut.

Derric terkekeh mendapati wajah frustasi Glacia. "Itu nanti urusanku. Kamu cukup bermain drama saja. Bukan hal sulit untukmu, kan?"

Glacia mendesis kesal, ia berdiri dari bangkunya.

"Mau ke mana?"

"Kantin."

Mereka berdua berjalan beriringan dalam diam. Akan sangat aneh bila keduanya terlihat akrab mendadak mengingat sifatnya selama ini di depan murid lainnya. Apalagi status Derric masih menjadi kekasihnya, Glacia tidak akan lupa hal itu.

Bisik-bisik murid terdengar di sepanjang koridor.

"Dia tidak tahu malu menggoda Pangeran Evan. Padahal masih menjadi kekasih Tuan Neval."

"Masih cocok Pangeran Evan dengan Lady Clarissa."

"Tidak tahu malu sekaligus menjijikkan."

"Mereka sepertinya sangat membencimu," bisik Derric melihat tatapan tak suka mengarah pada Glacia.

"Bukan lagi sepertinya, tapi memang kenyataan," jawab Glacia kalem.

"Dan kamu diam saja?"

"Mau aku diam atau tidak sama saja, bukan? Sekali aku buruk di mata mereka selamanya akan tetap sama."

Jawaban bernada tenang itu membungkam Derric hingga mereka sampai di pintu kantin. Suasana ramai menjadi sunyi ketika dua manusia itu melangkah masuk. Seperti biasa atensi mereka terpusat pada Glacia. Menunggu hal apa lagi yang akan dilakukan gadis itu. Meski sudah lama Glacia hidup tenang tanpa melakukan penindasan lagi, sebagian dari para murid tidak percaya akan perubahan mendadak Glacia.

Terdapat bangku kosong di tengah kantin seperti sengaja disediakan. Tanpa berpikir aneh-aneh Glacia mendudukinya diikuti Derric.

"Kamu mau pesan apa biar aku pesankan?"

"Aku mau--"

"Lady Glacia kita bertemu lagi."

Glacia dan Derric menoleh ke arah datangnya suara. Armand diikuti teman-temannya berjalan mendekat pada Glacia. Seulas senyum muncul di wajah lelaki itu.

Sementara Glacia saling berpandangan dengan Derric. Isi pikiran mereka sama saat melihat Enzo di antara rombongan itu.

"Seorang bangsawan yang beretika harusnya menjawab sapaan orang lain," celetuk Shopia penuh sindiran.

[1] Glacia The Villain's [END]Where stories live. Discover now