3. Aku kehilangannya

15.6K 2.1K 23
                                    

Balik lagi sama Glacia! Semoga suka, ya. Ambil yang baik-baiknya aja, lupakan hal buruknya. Oke? Sip!

Happy reading~~~

•••

Kamu pergi meski sosokmu berdiri di depanku, keadaan berbeda tanpa ada pamit. Kenapa rasanya sakit?

-- Unknown--

•• Glacia The Villain's••

S

eorang diri ternyata bisa merilekskan tubuh. Ditemani embusan angin Glacia memandang jauh tanpa arah. Setelah diberi peringatan tanpa hukuman di ruang guru tadi, ia tidak masuk ke kelas melainkan melarikan diri ke taman belakang sekolah.

Biarlah, semua orang juga tidak akan peduli bila ia menghilang.

Meski ia sudah berbuat keonaran, semua guru tetap diam tanpa membocorkan reputasi buruk Glacia. Itu karena permintaan Duke Amora agar kenakalan putrinya diredam demi melindungi Duchess Amora--lebih tepatnya ibu Glacia sendiri.

Kalla--nama ibu Glacia menderita sakit tanpa tahu jenis penyakitnya. Sudah beberapa tabib di seluruh kerajaan dipanggil, hasilnya sama mereka tidak bisa mengidentifikasi penyakit ibunya.

Glacia mendengar itu semua dari cerita Gretta dan Gilvi. Sekelebat pertanyaan hinggap di kepala. Jika Glacia dulu tahu bahwa ibunya sakit-sakitan kenapa saat liburan semester tidak pernah mengunjunginya? Padahal bagi siapa pun yang mempunyai pin emas diperbolehkan liburan ke luar academy. Apa ada alasan khusus? Ah, entahlah biar ia selidiki nanti.

"Cia!!" seru Gretta dan Gilvi sambil berlari mendekat. Sangat tidak mencerminkan sikap anggun bangsawan. Glacia menggelengkan kepala malas menegur tindakan tanpa sopan santun itu.

"Ya?"

Gretta dan Gilvi meredakan napasnya yang memburu, lalu duduk begitu saja di sebelah Glacia.

"Kenapa kamu menjadikan pengecut itu kekasihmu?" tanya Gilvi sambil menyipitkan mata.

"Pengecut mana maksudmu?"

"Kamu tidak tahu?"

Glacia menggeleng polos.

"Padahal kamu sendiri yang memberi julukan padanya," gumam Gretta masih bisa didengar Glacia. "Derric dulu pernah bermasalah pada kita lalu melarikan diri begitu saja, karena itu kamu memberikan julukan padanya pengecut."

"Aku melakukan itu?" Glacia menunjuk dirinya tidak percaya. Si kembar mengangguk sebagai jawaban.

"Apa aku saja yang merasa kamu berubah? Kamu menjadi aneh."

"Benar. Glacia suka sekali mengumpat jika marah, tidak suka disuruh-suruh. Tapi, tadi di kantin kamu bersikap tenang lalu di kelas mau saja diperintah Mrs. Dona," jelas Gilvi menyetujui ucapan Gretta sebelumnya.

"Aku hanya lelah."

"Lelah?"

"Hmm."

Glacia memejamkan mata enggan melanjutkan perbincangan. Ia saja bingung bersikap pada dua orang ini. Meski label sahabat disematkan, tapi apa iya mereka itu tulus?

Masih ragu mempercayai untuk menjelaskan keadaan sesungguhnya. Begini saja lebih baik, diam seolah tak terjadi apapun.

"Kembalilah ke kelas," usirnya halus pada mereka.

"Kamu mau kembali?"

"Bukan kalian saja. Aku mau di sini."

Gilvi menghela napas, di antara mereka bertiga Gilvi lebih bisa bersikap dewasa. Ia tahu keadaan Glacia yang sedang ada masalah meski diam saja. Hanya ini kebiasaan yang tak berubah padanya.

[1] Glacia The Villain's [END]Where stories live. Discover now