6. Lelaki gila!

12.5K 1.8K 25
                                    

Kamu tahu perbedaan cinta dan obsesi? Cinta ada kata merelakan,  obsesi hanya ada pemaksaan. Jadi, kamu pilih obsesi atau cinta?

Ada konsekuensi di antara keduanya.

•••

HAPPY READING TEMAN-TEMAN!

•• Glacia The Villain's••

Hari penyambutan pertukaran pelajar akhirnya tiba. Sedari tadi Glacia berusaha tenang, bukan karena gugup melainkan menahan amarah. Bagaimana tidak posisi ketujuh dewan berjajar rapi di depan pintu aula. Entah ini dosa Glacia terlalu besar atau memang ada yang begitu membencinya ia berdiri di tengah-tengah antara Evan dan Clarissa.

Tebak saja siapa tukang menyulut emosi. Clarissa Radn, gadis berambut hitam sepunggung itu terus meluncurkan protes pada Glacia. Melihat responnya diam saja, makin berani Clarissa. Oh, andai memukul orang tidak diberi poin di academy ini tentu saja Clarissa sudah babak-belur tadi.

Di kejauhan sudah berdiri ketujuh murid dari Academy Sirena. Glacia terkadang dibuat heran pada manusia di sini. Kenapa mereka selalu memiliki wajah rupawan meski berbeda strata? Apa di kehidupan sebelumnya juga semua memiliki wajah bak model ini?

Untung saja Glacia bukan orang berhati lemah, jangan sampai tujuan utamanya rusak hanya karena perkara hati.

Mr. Hilbret tengah berbincang dengan seorang pria yang Glacia tebak itu guru pembinanya. Ketujuh dewan saling bertatap muka bersama ketujuh pertukaran pelajar. Glacia juga memperhatikan satu-persatu. Ada lelaki berambut merah muda dan wajah serupa. Bersuarai abu-abu sepertinya, bersuarai merah yang mengedipkan mata menggoda sedari tadi, gadis manis bersurai emas, gadis bersurai hitam dan lelaki bersurai emas yang menatap padanya lekat. Eh, apa?!

Glacia tidak salah, kan? Atau haluninasinya saja bahwa lelaki tanpa identitas itu memandang ke arahnya? Untuk pertama kali dalam hidup barunya ini ia merasa gelisah. Ada apa padanya?

"Glacia." Ia langsung tersadar begitu saja. Semua tatapan mengarah padanya. Glacia berusaha tidak ling-lung sekarang ini.

"Iya, Pak?"

Mr. Hilbret mengode dengan gerakan anggukan kepala yang langsung dipahaminya. Glacia maju selangkah dan menundukkan kepala sedikit. "Selamat datang di Academy Adena. Saya Glacia Amor, perwakilan dari dewan sekolah menyambut teman-teman semua. Semoga ke depannya kita semua bisa bekerja sama dengan baik."

"Terima kasih Lady Glacia, perkenalkan saya Leon Xian," serobot Leon sambil mengusap rambut merahnya penuh gaya. Glacia mengangguk saja bersama raut datarnya.

"Nah, ini ketua pertukaran dari Sirena. Beliau Pangeran Armand De Stuart," ujar Demon--pria yang bercengkerama bersama Mr. Hilbret tadi.

Tetap di posisinya, Glacia mengalihkan pandangan pada sosok yang ditunjuk Mr. Demon. Tepat manik ungunya bersibobrok dengan manik emas. Lagi-lagi efek merinding didapatnya. Buru-buru ia mengalihkan pandangan.

"Mari kita ke ruang rapat. Di sana akan dijelaskan pembagian mentor serta asrama."

Mereka semua asik berkenalan satu sama lain atau lebih tepatnya berkenalan versi masing-masing. Bertatapan penuh sinis, saling mencaci, atau lebih sedikit normalnya saling diam. Glacia memilih berjalan di belakang rombongan. Mengamati ketujuh murid Sirena itu. Semoga mereka bukan penganggu untuk tujuannya. Jika tidak, Glacia akan memakai segala cara untuk mengusirnya dari Academy Adena.

•• Glacia The Villain's••

Pembagian asrama dan kelas sudah selesai beberapa menit lalu. Mereka semua berjalan di lorong menuju asrama untuk mengantar murid Sirena istirahat.

[1] Glacia The Villain's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang