27. Melarikan diri

3.4K 501 12
                                    

HALOO!

Jangan lupa tinggalkan komentar. Aku kadang mikir ada yang nungguin cerita ini apa enggak, sih? 🤔

HAPPY READING!

•••

[Empat hari sebelum gerhana bulan putih]

Zay melihat setumpuk dokumen di depannya dengan malas. Kepalanya terasa pening dan terasa hendak pecah memikirkan urusan kerajaan. Banyak masalah timbul yang harus ia selesaikan sendiri. Mempunyai putra bodoh hanya menjadi beban untuknya.

Meski sifat santai dan ramah seringkala muncul di wajahnya, Zay tidak menampik masa kelamnya dulu. Kejam, licik dan egois. Demi cintanya pada Lilian--mendiang istrinya dulu--ia membunuh satu-satunya saudara lelakinya yang saat itu menjadi putra mahkota dan tunangan Lilian.

Mungkin juga sekarang sifatnya menurun pada Evan. Tetapi, dari laporan Donald, selama setahun di academy putranya itu sok acuh dan sempat menghina Glacia. Beruntung saja Duke Amor tidak mengetahuinya bisa-bisa kerajaan ini berperang. Ah, Zay tidak bisa membayangkannya.

Zay beranjak dari kursi kerjanya hendak menghirup udara segar di luar. Semalaman ia tidak tidur hanya karena pekerjaan yang menggunung.

Lilian aku merindukanmu!, Zay hanya bisa meratapi nasib ditinggal istri tercinta.

Baru saja membuka pintu sekelebat bayangan hitam bergerak cepat. Sontak Zay mengintip ke mana bayangan itu pergi. Ada penyusup? Bagaimana kerja para prajurit?!

Menggeram marah sebelum menyusul ke arah perginya penyusup. Tak lupa Zay mengantongi belati dan pedang di genggamannya. Langkahnya ikut mengendap saat penyusup itu juga mengendap. Ia bersembunyi di balik tembok, penyusup itu berdiri di depan ruang kerja putra mahkota.

"Untuk apa dia ke sana?"

Ruangan yang sudah lama ditinggalkan sebab Evan menempuh pendidikan di academy.

Zay terus mengamati gerak-gerik penyusup itu. Ia sudah berencana akan menangkapnya di dalam sana. Meski tanpa bantuan, Zay yakin berhasil meringkusnya.

Siap-siap saja, HAHA!, ia meringai keji.

Berjinjit mendekat ke ruangan kerja Evan dan sedikit melongok sosok itu sebelum ...

DAK!

Dipukulnya tengkuk penyusup itu dan Zay langsung menindihnya. "Ha, mau lari ke mana kau!"

"Ya-yang Mulia--"

"Ya? Kenapa denganku? Kau penyusup kurang ajar masuk ke istana tanpa izin!" seru Zay tanpa pikir panjang.

"J-jika saya izin, namanya bu-bukan penyusup, AW!"

"Ayo, bicara lagi akan aku cubit terus." Zay mencubit pinggang penyusup itu dengan posisi tetap di atas punggung penyusup. Setelah menghukum penyusup ini lihat saja nanti para prajurit akan ia beri hukuman penuh cinta.

"Ini saya Yang Mulia!"

Zay merasa familiar mendengar rengekan penyusup di bawahnya. Awalnya ia kira salah dengar, tapi gerutuan ini sudah tak asing di telinganya. Zay merunduk dan membelalak kaget melihat siapa yang ditindihnya.

"DONALD?! KENAPA KAU DI SINI?!"

"Anda b-bisa ber-rdiri dulu?" perintah Donald melupakan siapa tuannya. Kepalang tanggung pikirnya. Ia sudah sesak napas akibat tekanan dari punggungnya. Berat badan raja memang tak main-main kuantitasnya.

Menghirup napas rakus setelah berdiri. Lega rasanya seolah berhasil kabur dari siksaan.

"Untuk kau di sini?" tanya Zay lagi penuh intimidasi.

[1] Glacia The Villain's [END]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα