22. Kunjungan tidak terduga

3.6K 571 8
                                    

Hai, ketemu lagi sama Glacia and the geng!

Kalau ada kritik dan saran boleh kalian tulis di kolom komentar atau caci-maki juga boleh 🙄

HAPPY READING!
•••

Kecewa itu ada, besar-kecil tak pantas kamu menghakimi seenaknya.

•• Glacia The Villain's••

"Kau tak apa?" tanyanya sambil melirik pada gadis yang memegang lengannya sebagai tumpuan.

"Tidak apa-apa Pangeran, saya hanya kelelahan akibat meditasi tadi." Evan membantu Clarissa bersandar di pintu gua.

Sementara Ella menatap sahabatnya itu khawatir. "Jangan memaksa dirimu Cla, masih ada waktu yang lama untuk pemanggilan mate."

Clarissa menggeleng lemah. "Aku harus melakukan yang terbaik. Kamu tahu sendiri bagaimana ayahku."

"Biar nanti aku yang akan meminta bantuan ayahku. Ayahmu pasti mengerti."

Sementara dua gadis itu berbincang, perhatian Evan tidak ada di situ. Pikirannya ada pada gadis bersurai abu-abu yang sejak beberapa jam lalu pergi entah ke mana.

Evan berniat menyusulnya tadi sampai melihat kondisi Clarissa ia membawanya kemari. Tujuannya tertunda begitu saja.

Ia berdiri dan beranjak dari sana untuk mencari Glacia sebelum Ella menghentikannya. "Anda hendak ke mana?"

"Mencari Nona Glacia."

"Anda meninggalkan kami berdua? Padahal keadaan Clarissa masih lemah."

Matanya melirik pada Clarissa. Memang benar gadis itu memejamkan mata, tapi tak hal menghawatirkan sampai Evan harus menemani.

Menghiraukan perkataan Ella, Evan melanjutkan langkahnya.

"Pangeran, siapa yang nanti menjaga kami jika Anda pergi?"

Sontak langkah Evan terhenti lagi. Ia merasa amat kesal karena Ella ternyata mengikutinya.
Ia berbalik dan memandang tajam gadis itu.

"Saya harus mencari tunangan saya," tekannya. "Anda sebaiknya kembali pada Nona Radn untuk menjaganya. Jangan membuntuti langkah saya."

Setelah mengatakan itu Evan benar-benar pergi. Semoga saja tidak ada gangguan lagi.

Semakin memasuki hutan bagian dalam, rimbunan daun semakin lebat. Cahaya matahari hanya sedikit mampu menembus penjagaan menghasilkan remang-remang bagi indera penglihatan.

Ia seharusnya bisa membuat cahaya dari sihir apinya, tapi karena sebuah alasan Evan tak mau menggunakannya lagi. Masih ingat ledakan yang mengakibatkan Glacia koma? Alasan itulah Evan enggan mengeluarkan sihirnya lagi.

Matanya mengintai sekelilingnya. Tidak ada tanda-tanda keberadaan gadisnya itu.
Haruskah ia berteriak memanggilnya?

Baiklah, ini pertama kalinya seorang pangeran harus berteriak mencari orang.

"Glacia, kamu mendengarku?!

"Kamu di mana?!"

Terus berulang kali meneriakannya dan langkah kakinya menulusuri hutan semakin dalam.

Srk ... Srk ...

Mendengar bunyi gesekan itu, Evan menghentikan langkahnya. Manik merahnya melirik ke sana kemari. Menebak di mana asal bunyi.

Bayangan ilalang bergoyang dari arah kanannya membuat ia waspada. Mendekat perlahan sambil bersiap mengeluarkan pedang bila ada bahaya mengancam.

Evan sudah bersiap mengeluarkan pedangnya saat seseorang maniknya menatap sosok gadis. Ia mengerahkannya di leher sosok itu. "Siapa kau?!"

[1] Glacia The Villain's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang