2. Abyakta

18.7K 2.3K 74
                                    

Mereka hanya sibuk mencari kekuranganku, hingga aku lelah untuk peduli.

•• Glacia The Villain's••

Hari pertama di Academy Adena tingkat menengah. Sistem pendidikan dibagi menjadi tiga tingkatan. Pertama, tingkat pemula selama satu tahun, tingkat menengah dua tahun dan terakhir, tingkat lanjut selama dua tahun.

Selama di tingkat pemula, Glacia sudah dikenal sebagai pribadi cerdas sayangnya tidak diikuti etika baik. Suka membully orang, menghina, merusak fasilitas sampai menendang guru. Ya, sekeji itu.

Kini terbukti di kantin ketika Glacia, Gretta dan Gilvi masuk banyak tatapan terkejut, panik hingga menunduk ketakutan. Sebagian orang seperti itu. Keributan canda tawa seketika berganti hening. Sakit rasanya melihat ini semua.

Apa yang sudah kamu lakukan Glacia?

Beruntung masih ada Gretta dan Gilvi di sisinya, dua gadis di ruang kesehatan waktu ia tersadar. Meski Glacia tidak menjelaskan apa pun, dan memaksa menjelaskan keadaan semasa kehidupan Glacia mereka tetap menceritakan.

Hanya satu hal tidak terungkap. Alasan di balik Glacia melakukan ini semua. Berbuat kekejian.

Brak!

Kuah panas seketika membuyarkan lamunan Glacia. Ia menunduk menyadari kuah bakso tercetak pada seragam sekolahnya. Pin emas di dada kanan terkena sedikit oleh kuah.

Glacia terdiam, ia tahu kini jadi pusat perhatian. Ia menunduk, atmosfer berubah tegang. Padahal tanpa diketahui oleh siapa pun, Glacia menatap sendu. Perjuangan Glacia ternodai oleh kuah bakso. Sebuah pin yang susah payah ia dapat. Di balik semua hal menjengkelkan hasil perbuatan Glacia dulu, satu-satunya patut diapresiasi adalah tekad kuat gadis itu.

"Berani-beraninya kau!"

Sebelum Gretta menampar tersangka, Glacia menangkap tangan itu diikuti tatapan-tatapan bingung.

Pria di depan Glacia bersibobrok dengan matanya. Ada kilatan terpana beberapa detik lalu menunduk lagi.

"Angkat wajahmu." Satu hal dipelajari Glacia, karena ia tidak tahu sifat aslinya di masa lalu maka sekarang sifatnya akan ia sembunyikan untuk memanipulasi. Nada bicaranya datar tanpa emosi. Poker face.

Dari badge nama tertulis Darric Neval. Rambut birunya berkilau, saat ia mendongak netra kuning keemasan membuat Glacia terpana.

Jejak ketakutan, kerinduan terpancar dalam matanya. Seperti Glacia bisa membaca emosi lawan lewat tatapannya. Entah hanya perasaan atau memang kenyataan.

"Darric Neval," jeda sebentar, bisa dipastikan sekelilingnya menahan napas. "Mulai sekarang kamu adalah kekasihku."

Mata melotot kaget, pekikan, bisik-bisik tidak Glacia hiraukan. Ia masih menatap Darric yang juga balas menatapnya.

"Bagaimana?"

Darric tergagap, ia mengalihkan tatapannya. Bisa Glacia lihat tatapannya terpaku pada satu objek, ah bukan objek-objek. Ada dua laki-laki dan dua perempuan di sana.

"Apa ada orang yang kamu suka?"

Netra kuning keemasan itu dialihkan padanya. Matanya mengerjap-ngerap lucu, Glacia dibuat gemas begitu saja.

"Ja-jangan bba-llas dendam pada saya."

Astaga bisa-bisanya pria imut ini berpikiran begitu. Sifat keji Glacia memang patut diacungi jempol.

Glacia mendekati Darric yang masih terdiam kaku.

"Aku tidak akan balas dendam padamu, jika kamu mau menjadi kekasihku. Tolong ajarkan aku berbuat baik," bisiknya.

[1] Glacia The Villain's [END]Where stories live. Discover now