12. Kamu milikku

10.7K 1.4K 11
                                    

Kamu milikku, sesederhana itu arti bahagia.
•••

Hello, kembali lagi sama Okta. Udah dari tadi sebenarnya mau update, tapi chapternya kehapus. Jadi, nulis ulang, deh :v

Ini part terpanjang yang pernah aku tulis dari part lainnya. Semoga suka, ya ...

HAPPY READING!

•• Glacia The Villain's••

Sosok bermanik ungu itu mengerjap perlahan lalu membuka mata. Badannya masih terasa kaku untuk digerakkan alhasil hanya kepalanya yang dapat memutar. Dilihatnya ke sekeliling teradapat sosok-sosok familiar.
Begitu terasa kaku kembali, ia menutup mata lagi.

"Tabib itu Cia kenapa?"

Suara menyiratkan kepanikan itu sudah ia hafal di luar kepala. Ingin sekali Glacia berbicara dan memanggil namanya, tapi mulutnya juga susah untuk membuka.

Tabib memeriksa denyut nadi serta membuka kedua bola mata Glacia bergantian. "Lady Amor hanya perlu beristirahat kembali saja. Ini normal untuk pasien yang mengalami koma selama satu bulan."

Bagai petir menyambar, Glacia sedikit tersentak. Satu bulan katanya?

Helaan napas bergantian terdengar. Usapan lembut di telapak tangannya dan ucapan setelahnya membuat hati Glacia bergetar tanpa sadar. Glacia hanya bisa merasakan tanpa membuka mata.

"Kami menunggu kamu selalu."

•• Glacia The Villain's••

"Bagaimana keadaan Anda, Yang Mulia?" Donald--tangan kanan Zay berdiri di samping ranjang Evan.

"Hanya lemas saja," ujarnya tanpa nada.

Donald yang melihatnya meringis prihatin, di pikirannya tuan muda ini mengalami putus cinta.

"Tidak apa Tuan, meski bukan orang pertama yang dilihat Nona. Saya yakin Anda hanya satu-satunya orang di hati beliau."

Alis Evan menukik. "Maksudmu?"

"Anda sedang putus cinta, bukan? Saya pernah merasakannya. Jadi, tenang saja Anda tidak sendirian." Donald mengangguk-angguk seolah paham akan penderitaan Evan.

Evan memijat pelipisnya. Tingkah konyol Donald persis dengan ayahnya--Zay.

"Untuk apa kau kemari?"

Donald merubah posisinya menjadi tegap, ini sesuai prosedur ketika ingin menyampaikan sebuah laporan. "Saya ditugaskan Baginda Raja untuk menemui Lady Amor."

Begitu mendengar nama gadisnya, Evan menatap Donald. "Tidak perlu."

"Tapi, Tuan ini tugas penting dari Baginda Raja."

Tatapan tajam Evan tidak menyurutkan niat Donald. Semua kstaria raja memang sangat setia. "Jika kau berani sampai bertatap muka dengan Cia, katakan pada tuan besarmu itu kalau anaknya akan mati."

Seperti sudah kebal akan ancaman sejenis itu, Donald mengangguk tenang. "Baiklah, kalau begitu saya sampaikan sekarang." Dalam sekejap Donald menghilang.

Evan menghela napas, mengingat akan Glacia. Jika Donald berhasil bertemu gadis itu Evan tak mau sampai membuatnya semakin tidak nyaman. Ia tahu apa maksud utusan ayahnya datang kemari, yaitu masalah pertunangan. Evan sampai lupa akan hal itu.

Fokusnya kini sepenuhnya mengenai kesembuhan Glacia. Ia tadi mendengar bahwa Glacia sudah membuka mata. Disebabkan tubuhnya terasa lemas setelah membuka mata, diurungkan niat menjenguk Glacia.

[1] Glacia The Villain's [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant