24. Nyawa yang terenggut

3.9K 549 31
                                    

Jangan sungkan memberi kritik dan saran di kolom komentar. Terima kasih 💐❤

HAPPY READING!

•••

Ketika aku ingin membuka hati, kamu menutup pintu itu sendiri.

•• Glacia The Villain's••

Gretta memundurkan langkah, matanya mengedar ke sana-kemari berharap ada yang bisa menolongnya. Meski ia tahu itu hanya harapan bodoh, sebab mustahil ada murid ke mari. Haruskah ia pasrah?

"Ada tikus kecil ternyata," ujar Enzo menyeringai kecil. Langkahnya semakin dekat dengan Gretta.

Bulu kuduk gadis itu merinding. Mulutnya terkatup rapat. Hanya netranya sesekali memejam.

"Kemari, kita bermain dulu."

Bermain katanya? Ingin sekali Gretta menyumpal mulut Enzo. Ia juga begitu bodoh tidak membawa pedang atau belati sama sekali.

Enzo seolah abai akan ketakutan gadis di depannya. Meski emosi tengah memuncak, pengganggu kecil ini harus dilenyapkan dulu.

"Pilih disiksa atau mati cepat?" gumam Enzo sengaja memandang Gretta dengan polos. Jarinya mengetuk dagu. "Kalau kau mau mana dulu?"

Gretta menggigit bibirnya. SIAPAPUN TOLONG!, jeritnya dalam batin. Gretta otomatis meloncat saat tangan Enzo mau menggapainya, wajahnya semakin memucat. Sudah lelah dengan ketakutannya sendiri, Gretta memutar badan hendak berlari kabur. Sayangnya Enzo lebih tanggap mencegah.

"Eh, jangan pergi dulu. Kau belum memilih permainan." Enzo mencengkeram lengan Gretta hingga kulit putih gadis itu memerah.

"Lepaskan!" bentak Gretta di sela ringisannya.

Enzo tersenyum miring. "Ternyata kau tidak bisu," sindirnya.

Mengabaikan protesan Gretta, Enzo menyeret Gretta menuju pintu gudang. Sekuat tenaga pula, Gretta mempertahankan posisinya menolak.

"Ikut aku!" bentak Enzo ketika Gretta ternyata sulit menurut. Emosinya yang sedari tadi terpendam akhirnya keluar juga.

Gretta memggeleng keras. Entah apa yang akan dilakukan Enzo nantinya. Membayangkannya saja membuat keringat dingin bergulir di keningnya. "Aku tidak salah apa-apa. Jadi, lepas!"

Mendengar pernyataan itu membuat tarikan Enzo berhenti meski cengkeramannya masih kuat. "Tidak salah katamu? Menguntit orang tidak salah?"

"Kau yang mencuri BRENGSEK!"

Mulut Enzo terbuka seolah dibuat takjub akan sesuatu. "Wah, kau berani juga tikus." Senyumannya berganti dengan tatapan bengis. "Kau harus dilenyapkan sebelum rencana kami berantakan!"

Tanpa membuang waktu lama, Enzo terpaksa memanggul Gretta layaknya karung.

"TOLONG!"

Jika tahu Enzo bisa berbuat nekat, tadi Gretta seharusnya tidak usah menyahut omongan lelaki iblis ini.

"SIAPAPUN TOLONG!"

"Berteriak saja, tidak ada yang akan bisa mendengar."

"Kau pasti melakukan sesuatu."

"HAHAHA, kau pintar juga."

"Sialan! Lepaskan aku!"

Harapannya semakin pupus saat langkah Enzo semakin mendekati pintu gudang. Gretta semakin memberontak dan terus berteriak mengabaikan rasa sakit di tenggorokan.

[1] Glacia The Villain's [END]Where stories live. Discover now