4. Percaya atau mati

14.1K 1.8K 3
                                    

Halo, Glacia balik lagi. Semoga betah bacanya sampai ending!

Terima kasih buat kamu yang udah baca, vote bahkan masukin reading list. Aku terhura bangetttt 😚

Dah, ah. Segitu dulu cuap-cuap.
Happy reading, teman-teman!

•••

Putihnya kertas akan ternoda begitu mudahnya. Apalagi ketika kepercayaan di rusak sekecil apapun tak akan mudah mengembalikannya. Suatu yang rusak tetap akan abadi.

•• Glacia The Villain's••

Kamu pernah merasakan cinta?

Glacia menggeleng membacanya.

Cinta bukan soal pada lawan jenis yang aku bahas kini yaitu cinta pada orang tua. Kedua orang tuaku adalah kebanggaan serta panutan dalam hidupku.

Selain orang tua, aku mempunyai seorang kakak tampan! Joan namanya. Meski kakak seringkali hanya diam dan menjadi pendengar ocehanku, aku tahu Kak Jo sangat menyayangiku. Hidupku sempurna bukan?

Sayangnya, sempurna itu hilang. Satu persatu muncul hal tak terduga. Aku merasa mereka semua sengaja menyembunyikan ini semua. Salahkah aku membenci mereka?
-Cia

Kalimat itu terhenti di sana. Glacia menyernyitkan kening. Masalah apa yang disebutkan diary ini?

Ia menemukan sebuah buku tanpa corak apapun di bawah tempat tidurnya. Awalnya Glacia ingin membuangnya, tapi ketika ia mengecek halaman pertama niat itu ia urungkan. Ternyata isinya diary Glacia dulu.

Di jam istirahat ini, Glacia datang ke taman belakang sekolah untuk membaca diary. Ia harap setidaknya bisa membantu kehidupan keduanya di sini. Harapan memang tak pasti, bukannya meringankan beban malah menambah pekerjaan.

Diremasnya rambut abu-abu, otaknya sudah penuh dengan masalah lain. Masihkah bisa menampung lagi.

Arghhhh! Dasar Cia bikin kesel aja. Paling enggak bisalah nulis diary to the point. Nah, ini malah puitis segala.

Dengan pikiran berkecamuk terus saja batinnya mengumpat tanpa menyadari ada langkah mendekat. Baru saja selesai akan runtukannya, baru ia tersadar akan sosok yang duduk di sampingnya. Ia menoleh mendapati Derric sedang tersenyum canggung.

Glacia terdiam menatap datar, enggan berperilaku munafik. Biarlah Derric tahu bahwa sikapnya tak akan berubah.

"Glacia, aku di sini ingin membahas kejadian dj kantin waktu itu," ujarnya disertai wajah memerah. Derric merasa canggung karena baru pertama kali berbicara informal pada Glacia.

Glacia menggangguk sekadarnya.

"Ehem, begini. Apa kamu serius menjadi pacarku?"

"Maksudmu, aku waktu itu bercanda?"

"Bu-bukan seperti itu--"

"Tenang saja, aku tahu kamu menyukai gadis lain," ujar Glacia tanpa beban. Bagaimana ia mengetahuinya? Jelas bukan dari novel atau apa pun. Mimpi awal arwah Cia saja tidak pernah muncul. Hanya menebak pandangan mata Derric pada satu sosok di kantin saat itu ia sudah mengetahuinya.

Memang aneh, Glacia selalu bisa menerka sifat, perasaan seseorang lewat kedua matanya. Derric sosok setia dan pendiam. Bukan dingin tentu saja. Terbukti cintanya setia untuk satu orang walau sosok yang dituju tidak juga tersadar.

"Maaf."

"Kenapa minta maaf?" tanyanya heran.

"Melukai hatimu karena mencintai gadis lain."

[1] Glacia The Villain's [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora