9. Bangunlah, Sayang ...

11.3K 1.6K 23
                                    

Terima kasih telah hadir untuk terus menciptakan luka. Setidaknya aku belajar bersabar setiap detik saat menerima tatapan benci darimu.

•••

Gimana kabarnya, guys?
Semoga diberi kesehatan selalu. Aamiin ...

HAPPY READING!

•• Glacia The Villain's••

"Fokuskan pikiran, hiraukan apapun yang ada di sekitar kamu," intruksi Armand pada Glacia. Kini ia duduk bersila dengan memejamkan mata.

"Di sekitar kita kali ini kosong, tenang. Rasakan embusan angin, gesekan daun di atas tanah. Damai dan tenang. Rilekskan tubuh serta pikiran. Alirkan oksigen ke seluruh tubuh. Darah mengalir lancar ikut terasa.

Dalam pikiran kosong, muncul sebuah titik. Perlahan titik semula kecil kian dekat terlihat membesar. Lihatlah di sana nampak warna apa?"

"Putih."

Glacia terpukau akan sinar di depannya. Putih berkilau lalu berganti warna seperti pelangi. Namun, itu tak lama karena warnanya kembali ke semula.

Tidak ada suara lagi terdengar. Armand terpaku akan pengakuan Glacia.

Tak mungkin, kan?, batin Armand meragu.

Dia mendekat hingga di belakang Glacia. Lalu membisikkan, "Coba kamu deskripsikan."

"Warna putih. Perlahan berubah warna. Merah, biru tua, cokelat dan masih banyak lainnya. Setelah warna terakhir, kembali lagi bewarna putih."

Posisi menempel disengaja Armand karena dia ingin memastikan sesuatu. Baru mulutnya akan terbuka, embusan angin kencang terhampas di sisi tubuhnya. Dan--

BLAR!

Sebuah sihir api menyerang Glacia  yang sejak tadi tetap dalam meditasinya. Bergetar tubuhnya, kabut asap datang membutakan pandangan.

Mata Armand terbelalak kala Glacia tersungkur di sekeliling aliran darah yang muncul menyebar semakin banyak. Dengan cepat Armand memangku Glacia. Tidak menghiraukan sekitar, ia menggendong Glacia. Betapa paniknya dia.

Glacia dibawanya teleportasi agar mendapatkan penangan cepat. Bahkan Gavin ditinggalkan begitu saja.

•• Glacia The Villain's••

Kediaman Keluarga Amor panik saat sang nyonya dalam kondisi menghawatirkan. Kalla berbaring disertai wajah pucat pasi, tangannya terjuntai di sisi tubuh. Duke Amor setia mengusap peluh di dahi istrinya.

"Cepat panggil Tabib Lim segera!" Wajah paniknya semakin kentara saat Kalla mulai perlahan terpejam.

"Sayang, buka matamu. Jangan tidur dulu, ya. Apa kamu tidak rindu sama Joan dan Cia?" bisiknya sendu.

Kalla tak menjawab. Dia berusaha agar terjaga terbukti kernyitan di dahinya. Dadanya sesak ditambah paksaan matanya untuk terpejam.

Duke Amor sampai keluar dan berteriak panik, meninggalkan Kalla yang kini terpejam sempurna. Usahanya sedari tadi membuat Kalla agar tidak terpejam sia-sia.

Dalam kepanikan manik ungunya melihat langkah tabib kerajaan menuju ke arahnya. "Tolong Tabib, selamatkan istri saya."

Tabib Lim menganggukkan kepala. Dia mendekat dan memeriksa saluran pernapasan, denyut nadi hingga mata. Dipejamkan mata sambil terus menggumamkan sihir, telapak tangannya menyentuh denyut nadi Kalla.

[1] Glacia The Villain's [END]Where stories live. Discover now