20. Cinta atau rencana?

5K 660 13
                                    

Part ini lumayan panjang.

Kalau ada typo, tinggalkan komentar. Terima kasih ❣

HAPPY READING!

•••
Kita manusia bukan Tuhan yang tahu segalanya. Kamu boleh berencana, tapi bukan berarti memaksa untuk berhasil pada hasilnya. Ada waktu kegagalan datang tanpa diduga.

•• Glacia The Villain's••

Malam ini tidak ada bintang yang menyinari langit. Keheningan seharusnya terendam oleh kebisingan para murid, tapi tetap ada hawa mencekam membuat bulu kuduk merinding.

Mereka berkumpul tepat pukul delapan malam sesuai dengan arahan tadi pagi. Terkantuk-kantuk akibat waktu tidur terganggu. Hanya saja mereka tidak punya hak untuk protes sebab ini demi kebaikan diri mereka sendiri. Siapa juga yang tidak mau mendapatkan mate, jika berhasil siapapun orang itu akan diakui sebagai sosok yang hebat.

Di sekumpulan orang itu, Glacia berdiri bersedekap dada memandang sekitar datar. Di sisinya ada Evan yang tak henti-hentinya terus menempel meski Glacia sudah memberikan raut tidak nyaman. Entah kata-kata dan tindakannya kurang jelas atau memang dungu, Evan tetap kekeuh berada di sisi Glacia.

Semakin dekat dengan Evan mimpi yang terus menghantuinya itu membuat dadanya sesak. Kebencian, amarah, kesedihan bercampur menjadi satu. Kini saja tangannya terkepal erat di samping tubuhnya, menahan agar tidak mendorong Evan agar menjauh. Bisa disangka ia tidak menghormati dan berakhir mendapatkan celaan. Sudah cukup masalah hidupnya, ia enggan menambah beban lagi.

Evan berulangkali melirik Glacia, sejak perbincangan dengan Zay, ia bertekad akan melindungi tunangannya yang belum diresmikan itu. Evan juga berjanji akan segera mengatur tanggal pertunangan sesegera mungkin dan melupakan fakta akan ketidaksetujuan Glacia beberapa hari lalu.

Ingin sekali Evan merangkul dan mendekap erat Glacia saat ini, melihat sekitar yang melirik pada mereka berdua atau lebih tepatnya pada Glacia membuat Evan mengurungkan niatnya. Menjaga sikap untuk kali ini saja, tidak jika waktu lainnya.

"Selamat malam semua. Bagaimana sudah siap berangkat?" Mrs. Animaly naik di podium dengan wajah semangatnya membuat yang tadi banyak siswa mengantuk seketika membuka mata lebar.

"Malam, Bu. Siap!" jawab mereka serempak.

Mrs. Animaly yang kini sendirian tanpa ada guru lain mengangguk-angguk. Jari telunjuknya berputar di atas kepala dan mulutnya merampalkan mantra.

"The great Gods allow us to use the magic portal!"

Bersamaan dengan itu muncul belasan lubang berbentuk oval dengan cahaya putih menyelimutinya. Para murid mundur perlahan dan memandang kagum pada Mrs. Animaly.

Portal sihir hanya dapat dipanggil oleh penyihir berbakat. Berbeda dengan teleportasi bisa dipelajari dan digunakan oleh beberapa kalangan bangsawan. Meskipun begitu jangkauan teleportasi tak sebanding dengan portal sihir.

"Dengan ini kalian resmi akan mulai memasuki ujian pertama bakat penyihir dengan pemanggilan mate. Selamat berjuang dan semoga berhasil."

Gemuruh tepuk tangan membahana di dalam aula. Wajah ketakutan, cemas tidak bisa memendam semangat mereka. Ada yang saling menggenggam, berpelukan dan mengucapkan kata semangat satu sama lain. Entah ke depannya apa yang akan mereka alami.

Telapak tangan Glacia yang sedari tadi terbebas kini terasa hangat oleh genggaman Evan. Ia menoleh dan memandang Evan terkejut dibalas tatapan lembut lelaki itu.

"Semoga aku tidak perlu jauh darimu lagi."

Glacia bergidik ngeri mendengarnya. Jika orang lain akan memerah malu berbeda dengan Glacia yang merasa jengah sekaligus risih.

[1] Glacia The Villain's [END]Where stories live. Discover now