2. Confusing •

1.8K 269 381
                                    

"Hah?" Genda terkesiap.

Genda pun memiringkan kepalanya tanda bingung. Ia seperti tidak asing dengan suara di depannya itu.

"John?" Genda menutup mulutnya tanda kaget.

"Mengapa kau bergaya sepertiku? Haha, maksudku kau menyamar?"

"Diam, bodoh!"

"Kenapa kau lakukan ini, heumn?" tanyanya penasaran.

"Maaf, aku harus ke belakang." Genda.

"Genda," panggil John pelan, seraya mencekal lengan mungil itu.

"Aku tidak ingin melihatmu," tolak Genda. Gadis itu pun beralih membuang muka.

"Tolonglah, wajah cantikmu tidak akan hilang meski kau menyamar seperti ini haha," sindir John karena kesal.

"Apa-apaan ini, hah! Jangan berantem di sini! Pelanggan lain pada lihat!" geram Revan seraya menghampiri John dan Genda. Ya, Revan sebenarnya belum menyadari jika Genda sedang berdebat dengan John. Karena, pemuda bertopi itu membelakanginya dan tetap terpaku pada gadis menyamar itu.

Diam sejenak,

"Kau ini! pagi-pagi sudah ribut saja sama pelangg--" imbuh Revan kesal. Namun, ucapannya pun terpotong tatkala menyadari lawan dari percakapan Genda adalah John. Ia merasa heran, mengapa John berkunjung ke restorannya dengan penuh percaya diri?

"Oh, kau rupanya, aku tidak rugi jika satu orang sepertimu tidak membeli di restoran milikku, paham? Enyah lah dari sini!" usir Revan pada John.

"Baiklah, awas saja, ya!" sinis John, sambil menyeringai ke arah Genda dari pundak lebar milik Revan itu. Sungguh, kodrat seorang wanita dari Genda pun belum bisa beradaptasi secara maksimal. Detik selanjutnya, setelah John pergi, Genda masih dalam posisinya dengan bahu yang bergetar. Revan yang melihat Genda pun hanya berlalu saja. Lagian, ia melihat Genda kan sebagai pria. Masa lemah begitu?

"Kau punya masalah pada si John itu? Awas, hati-hati," bisik Revan pada Genda dan langsung berlalu darinya. Genda hanya merasa merinding, aroma daun mint dari mulut Revan membuatnya terpaku sejenak.

"Uhuk uhuk uhuk." Itu Genda yang tersedak sama ludahnya sendiri.

Malam harinya__

Genda lantas mengendarai sepeda miliknya ke sebuah gang-gang sempit yang cukup jauh dari tempat kerjanya. Kemana lagi jika bukan jalan menuju rumah miliknya. Tentunya, ia tak menyadari jika langkahnya kini sedang diawasi oleh seseorang.

Kriettt

"Melelahkan sekali," desahnya pelan sambil mencopot kaos kakinya.

"Ah, aku lapar," ia pun mengelus perutnya yang keroncongan.

"Ada mie instan tidak, ya?" Genda menggasak lemari di dapurnya. Namun, ia tidak menemukan apapun.

"Nggak ada, hufth." Genda hanya mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di atas meja tanda bingung.

"Bodoh, seharusnya aku makan saja di restoran milik si bos sensian itu," sesal Genda sambil menendang almari di depannya.

"Akh, sakit ternyata, dasar almari."

_

Karena bingung, Genda pun berniat untuk membeli bakso langganannya. Tidak mahal, hanya saja ia harus membelinya di area yang jauh dari lokasi rumahnya yang kelewat tidak bisa dijamah manusia itu.

"Bang, beli baksonya satu."

"Iya, Neng," respon tukang bakso itu sambil tersenyum.

20 menit kemudian

Fall on Deaf Ears [COMPLETED]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon