19. Mengobati Luka.

237 40 2
                                    

segeralah menunjukkan muka, aku benci dianiaya pekat malam dengan beban rindu sialan

~From WithoutAName For you~


~💔~


Happy Reading ><

Sudah seharin penuh Asteri berdiam diri dalam kamar. Bahkan dia tidak melakukan apapun sedari tadi, hanya merenung dan melamun itu saja!. Dia masih bingung harus menyikapi masalah ini seperti apa? Disini Asteri juga tidak boleh egois. Zoferus tak sepenuhnya salah, tapi meski begitu itu tetap kesalahan Zoferus!.

Asteri benar-benar pusing memikirkannya. Dan lagi, Asteri belum memakan apapun sejak tadi! Asteri pun berulang kali mendengar Early dan Maria mengetuk pintu. Tapi Asteri tak Menghiraukannya dan tetap berdiam diri di dalam kamar.

Dan saat ini Asteri benar-benar lapar. Perutnya sudah berbunyi sedari tadi, tapi selalu dia hiraukan. Dan dengan terpaksa Asteri harus keluar kamar, Meski Asteri sedang marah dengan Maria Dan Early tapi perutnya juga butuh asupan. Menurunkan Ego demi kesehatan tak ada salahnya bukan.

Asteri segera turun dari ranjangnya. Dan saat dia menapakkan kakinya di lantai tubuhnya seakan ingin runtuh! Sungguh badannya sangat sakit. Jika saja Asteri tidak bertumpu pada tembok mungkin Asteri akan terjatuh. Asteri segera melangkah keluar dengan tertatih karna rasa sakit di kakinya masih belum reda.

"Shhh ini gimana sembuhnya sih. Emng bener deh 'omongan itu do'a' tadi gue ngibaratin kalo si Zoferus ngasih gue alas jarum terus di timbun ribuan jarum. Nah ini nih rasanya sakit banget anjir!" Oceh Asteri sambil sibuk membuka kunci kamarnya.

"Andai aja disini ada rumah sakit. Gue dah periksa dari kemaren!" Keluh Asteri sambil berjalan keluar dengan tangan yang masih bertumpu pada tembok.

"Obat yang Zoferus kasih dulu mana sih. Harusnya kan Ibu tau, mana manjur banget lagi tuh obat" Keluhannya, memang Asteri sudah sangat lama menanti obat herbal itu. Ingin meminta pun Asteri tak enak hati jadi Asteri hanya bisa menunggu dengan pasrah.

Saat sampai di ruang tamu Asteri tak menemukan seorang pun, memilih tak peduli akhirnya Asteri berjalan menuju dapur karna memang tujuan Awal Asteri adalah dapur. Dan seperti dugaan Asteri di maja makan sudah penuh dengan makanan, Asteri memang sudah mengira kalau Maria akan menyiapkan makanan untuknya

"Ah, akhirnya perut Gue keisi juga" Senang Asteri sambil memakan makanan dengan lahap. Dan tanpa Asteri ketahui Maria dan Early sedang memandangnya sambil tersenyum.

"Meski Gue gak ngerti nih makanan model apa, tapi masakan Bu Maria emang enak!" Puji Asteri, memang benar. Dari awal Asteri datang kesini dia masih balum tau apa saja nama makanan disini, bahkan niat membantu memasaknya pun masih belum tuntas.

Setelah dirasa kenyang Asteri segera membereskan meja makan. Karna bosan berada di kamar Asteri memilih ke halaman belakang, dan inilah yang Asteri butuhkan saat ini. Hanya ketenangan! Pemandangan disini memang benar-benar membuat hati Asteri membaik, yah meski untuk sementara.

Karna lelah berdiri Asteri dengan susah payah mencoba untuk duduk. Rasa sakit di sekujur tubuhnya kian menambah di saat Asteri bergerak, tapi Asteri akan bosan jika tidak bergerak. Huh dilema yang menyakitkan.

"Demi apa sih! Perasaan Gue cuma jatuh kek gitu doang tapi sakit nya kek abis kelindes mobil. Keknya bukan orangnya doang yang sakti sakti tapi tanahnya juga ikut sakti deh." Gumam Asteri heran

"Bukannya kamu jatuh belasan kali. Dan seharusnya kamu tidak heran jika mendapat luka separah itu" Ucap Early tiba-tiba.

"Lah iya yak, Gue baru inget" Jawab Asteri masih belum menyadari kedatangan Early.

"E-eh kayak suara...," Lirih Asteri lalu segera menengok kesamping dan benar dugaannya, itu Early.

"Ngapain kamu disisi" Ketus Asteri

Early yang mendengar nada ketus Asteri pun menghela nafas pasrah. Early akan mencoba membuat Asteri memaafkannya dan Zoferus, Early benar benar merasa sedih Saat melihat Zoferus merasa bersalah. Bahkan saat Zoferus pergi pun masih terlihat jelas kalau suasana hatinya sedang tidak baik.

"Mari Ku obati" Ucap Early, lalu berpindah tempat di depan Asteri agar memudahkannya untuk mengobati luka Asteri.

"Kamu dapet obat itu dari mana" Datar Asteri sambil melirik salep hijau yang Early pegang.

"Oh ini dari salah satu tanaman herbal, obat ini bisa menyembuhkan lukamu dengan cepat. Sebenarnya bisa menghilangkan bekasnya juga tapi jika sebanyak ini itu tidak akan bekerja, jadi harus bertahap" Jelas Early sambil mengoleskan salap itu di seluruh luka Asteri.

"Atau kamu mau menunggu obat yang di janjikan Putri Efkalia?" Tanya Early sambil menatap Asteri yang terdiam. Karna baru teringat janji Efkalia.

"Kamu lanjutkan saja. Lagipula obat ini akan bekerjas secara bertahap bukan, jadi masih ada waktu untuk menunggu obat dari gadis aneh itu!" Ketus Asteri.

Early yang mendengar jawabn Asteri pun terkekeh. Meski sedang marah Asteri tetap saja lucu, Early sangat paham bahwa Asteri sedang benar-benar kecewa, Dan Early akan mencoba menghiburnya meski sebenarnya Early ikut terlibat.

"Shhh," Ringis Asteri merasa perih pada lukanya, bukan hanya proses kerjanya yang bertahap ternyata rasa perihnya juga bertahap!.

"Apa perih?" Tanya Early sambil sesekali meniup luka Asteri.

"Bukan hanya perih, tapi sangat perih!." Jawab Asteri sambil memejamkan matanya menahan perih yang semakin parah di setiap detiknya.

"Kamu bisa tahan? Kalau tidak aku tak akan melanjutkannya, memang dengan luka sebanyak ini akan menambah rasa perihnya berkali-kali lipat." Jelas Early dengan raut wajah khawatir saat melihat Asteri menahan rasa perih yang kian menjalar itu.

"Tidak! Lanjutkan saja. Jika tidak begini luka itu tidak akan sembuh!." Jawab Asteri sambil mengerjap, dan Akhirnya setetes air mata terjatuh dari mata lentik Asteri.

Early yang melihat itupun semakin khawatir, dia yakin luka Asteri saat ini sangat perih! Bayangkan saja, luka ini benar-benar memenuhi seluruh kaki Asteri dan perihnya akan menambah di setiap detiknya. Bahkan ini belum ada setengah dari seluruh luka Asteri yang Early obati.

"Shhh," Ringin Asteri tak dapat menahan rasa perih yang semakin menjadi jadi. Bahkan skrng Asteri sudah menangis karna tak kuat menahan rasa perihnya.

"Lebih baik kita lanjutkan besok saja, ini tidak akan baik jika terus di lanjutkan." Putus Early karna merasa tak tega dengan Asteri.

"Mari aku antar ke kamar," Ajak Early lalu membantu Asteri bangkit dan menuntunnya menuju kamar.

"Tidurlah, mungkin dengan cara itu rasa perihnya akan berkurang," Titah Early saat sampai di kamar Asteri.

"Pergilah." Usir Asteri, lalu segera memejamkan mata.

Tbc...
Jangan lupa Vote And Komen!.
See you next part.

Long A dream [END]Where stories live. Discover now