11. Forest, Stars And Dreams.

293 57 49
                                    

Wokeh seperti biasa sebelum baca lebih baik di dahului bissmillah setelah itu mangga di vote, nah sambil baca lebih enak sambil komen biar afdol komennya setiap paragraf ya kan!.

Kebahagiaan akan datang terlambat.
Luka akan selalu menetap.
Kesedihan akan menjadi bayangan.
Tawa akan menjadi topeng.
Barulah Tangis akan menjadi pengiring kepergianku.

Seindah inikah duniaku?

~🌸~

"Early, ini sudah hampir malam. Lebih baik kita pulang. Jangan sampai nanti Ibu marah karena kita pulang malam," ajak Asteri setelah puas bermain. Sekarang sudah hampir malam, bahkan matahari hanya terlihat setengah saja. Lagi pula, Asteri Early dan Xio Ai sudah cukup bersenang-senang.

"Ah, iya." Early membenarkan. "Sepertinya kami harus pulang Xio," katanya.

"Baiklah. Sepertinya aku juga harus pulang, pasti ibu sudah menghawatirkanku," jawab Xio Ai sambil membersihkan dedaunan kering yang menempel di gaunnya.

"Tapi besok kita bisa bermain lagi kan?" tanya Xio Ai. Merasa kurang puas dengan waktu bermain mereka yang menurutnya sebentar.

"Tentu," jawab Asteri dan Early secara bersamaan.

"Ayo kita balik!" seru Asteri lalu menarik tangan Early segera menyeberangi sungai. Xio Ai yang mendengar ajakan Asteri pun sedikit bingung, namun ia tak menghiraukan. Mungkin saja bahasa Manusia dan bahasa Fairy berbeda. Mungkin ...

"Ayo Early, cepat! Nanti kalau Ibu marah bagaimana?!" geram Asteri sambil menarik tangan Early. Bagaimana tidak geram, Early tidaj ingin berlari. Bahkan Asteri sudah menariknya untuk ikut berlari tetapi tetap saja, tenaga Asteri masih belum cukup kuat untuk menarik Early agar mau berlari dengannya.

"Lah iya, dia kan Rubah! Mana bisa gue tarik congek," batin Asteri menyadari bahwa tenaga mereka jauh beda. Sangat jauh beda. Ibarat Asteri seekor semut dan Early seorang titan. Baiklah, sepertinya Asteri terlalu berlebihan.

Menyadari bahwa usahanya sia-sia, Asteri segera melepaskan genggamannya lalu tanpa aba-aba, Asteri merebahkan dirinya di atas rumput yang penuh dengan dedaunan kering. Apakah Asteri lupa bahwa sekarang sudah malam? Bahkan langit sudah menampakkan bulan yang sangat terang dengan taburan bintang yang semakin menambah kesan kharismatik dari langit malam di dunia Galaxias ini. Asteri jadi teringat dengan namanya ... Kenapa orang tuanya memberikan nama Asteri Thea? Padahal dirinya sama sekali tidak mencerminkan seorang dewi. Bagus, akhirnya dia mengaku.

"Hei! Kenapa berbaring di tanah? Bukankah kau tadi meminta pulang?" tanya Early sambil terkekeh. Early sudah tahu pasti Asteri tidak akan bisa menarik dirinya dan dia memang sengaja melakukannya. Lagi pula, Maria tidak akan marah jika dia pulang malam. Jadi tidak apa-apa bukan, jika mereka berdua menikmati langit malah yang indah ini. Lagipula Asteri sangat jarang melihat langit seindah ini.

"Kau berat!" ketus Asteri menekuk kedua lengannya ke bawah kepala dan menjadikannya sebagai bantal, lalu kembali menatap langit malam.

"Aku yang berat atau memang kau yang tidak kuat?" tanya Early sambil menarik turunkan alisnya lalu mendudukkan dirinya di samping Asteri. Asteri yang melihat itupun bertambah kesal. Dari mana Early berlajar menjadi gadis tengil seperti ini?

"Kenapa kau menjadi sangat menjengkelkan Early?" tanya Asteri bertambah ketus dengan wajah cemberutnya. Tetapi pandangannya masih tidak lepas dari langit malam yang di taburi ribuan bintang itu.

Long A dream [END]Where stories live. Discover now