13. Pasar Arwanda.

246 47 28
                                    

Perhatian mu memang tertuju padaku tetapi prioritas mu bukanlah aku. Raga mu memang selalu mendekap ku tapi jiwamu pun selalu menjauhi jiwaku. Senyum manismu memang untukku tapi tawa bahagimu tak pernah ada jika bersamaku.

Jika hanya sampul saja yang ku miliki saat ini. lantas siapa pemilik dari seutuh isi buku yang selalu ku kagumi ini?

~From WithoutAName For you~

~💔~

Sepanjang membaca cerita, hati aman?
Kayaknya aman deh ya, kan gak ada scane sad nya. Kecuali di bagian Quotes. Nah di sini ada yang mengalami makna makna dari Quotes di atas?
Oke guys mending langsung ke ceritanya aja yah.

~🌸~


Happy Reading ><


"Sudah selesai?" tanya Zoferus sambil merapikan kemejanya. Setidaknya kemeja sudah ada di sini meski tidak sama dengan kemeja lainnya. Bahkan jauh berbeda hanya bentukannya saja yang sedikit sama.

"Sudah."

"Kalau begitu ayo pergi," ajak Early sambil menarik tangan Asteri agar segera berdiri.

"Kita naik apa?" tanya Asteri. Pasalnya jika mereka berjalan, percuma saja berdandan seperti ini. Yang ada Asteri hanya akan menyusahkan saja karena terus mengeluh kelelahan.

"Naik kuda," jawab Zoferus yang membuat Asteri cengo.

"Naik kuda? Gimana caranya? Aku dan Early kan memakai gaun!" protes Asteri. Mana bisa dia menunggangi kuda dengan memakai gaun. Bahkan seumur hidupnya dia tidak pernah menunggangi kuda. Sekalinya menunggangi kuda kenapa harus memakai gaun.

"Naik kuda atau jalan kaki?" tanya Zoferus dengan jengah.

"Tidak ada pilihan lain?" wajah Asteri memelas. Mana mau Asteri berjalan dan juga menunggangi kuda. Argh, pilihan yang sulit.

"Tidak ada!" tegas Zoferus. Sepertinya memang Asteri harus menerima nasib buruknya. Lagi pula kuda lebih baik dari pada berjalan.

"Baiklah, aku memilih menunggangi kuda. Tapi ... aku ingin naik kuda bersama Zoferus." Mengambil kesempatan dalam kesempitan adalah moto seorang Asteri.

"Hm."

Mendengar jawaban Zoferus, Asteri bersorak senang dalam hati. Setidaknya dia bisa lebih dekat dengan Zoferus bukan?

"Yasudah. Ayo kita pergi," ucap Early lalu melenggang pergi meninggalkan Asteri dan Zoferus.

"Ayo!"

"Ibu! Kami pergi dulu, ya!" teriak Asteri dari luar rumah.

"Iya!"

Setelah mendengar jawaban Maria, Asteri pun segera mengekori Zoferus menuju kuda putih yang sangat gagah. Kalau di jual pasti mahal. Setelah sampai di samping kuda, Asteri pun menghela nafas. Bagaimana cara dia untuk naik? Dan kuda ini sangat tinggi, berbeda dari kuda yang lain. Bahkan Asteri kagum Dengan Early yang sudah duduk manis di atas kuda coklat yang berada di belakang kudanya itu.

"Bagaimana caraku naik?"

Mendengar pertanyaan Asteri, Zoferus beralih kedepan sang kuda lalu mengusap bulunya. Dan kuda itupun segera merendahkan dirinya agar mempermudah Asteri untuk naik. Melihat hal itu Asteri terkagum-kagum, ternyata kuda ini sangat penurut. Apakah Asteri boleh memilikinya? Untuk di jadikan peliharaan. Bukan untuk di jual.

Long A dream [END]Where stories live. Discover now