69

783 93 9
                                    

Jimin memutar-mutar kaleng soda yang berada di tangannya. Pria itu berkali-kali mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jhope yang menyadari tingkah aneh Jimin pun menyenggol lengannya pelan.

"Kau bilang mau ditemani ke sungai Han, tetapi malah melamun," kata Jhope.

"Hyung, kau tidak tahu tentang Seulgi?" tanya Jimin. Jhope menaikkan alisnya bingung.

"Seulgi, kenapa?" tanya Jhope.

"Aniyo," jawab Jimin lalu menghadapkan dirinya pada hamparan sungai Han lagi. Kota Seoul selalu terang setiap malam. Sungai Han juga selalu ramai, namun artis seperti BTS tentu sudah ahli dalam penyamaran.

"Kau menyembunyikan sesuatu lagi Jim?" tanya Jhope.

"Tidak hyung," ucap Jimin senatural mungkin. Jhope tidak boleh tahu atau dia akan mengomel.

"Hyung kau pulanglah dulu, aku ada urusan sebentar," kata Jimin tiba-tiba.

"Wae? Kita datang bersama, kita juga harus pulang bersama," tolak Jhope.

"Aku ada urusan yang tidak bisa dilakukan bersama-sama," jawab Jimin.

"Urusan apa?" tanya Jhope membuat Jimin kesal.

"Urusan Seulgi," jawab Jimin pada akhirnya. Jhope tampak melunak. Untuk apa juga ia ikut dengan Jimin jika itu menyangkut Seulgi. Ia tidak ingin menjadi obat nyamuk di sana.

"Arraseo, tapi ingat pukul berapa kau harus pulang?" tanya Jhope.

"Pukul sepuluh malam," jawab Jimin.

"Pintar. Jangan sampai terlambat atau kucincang masa depanmu agar kau tidak bisa punya Park junior," ancam Jhope. Jimin terkekeh. Jhope belum tahu saja jika Jimin bahkan sudah punya calon Park junior.

"Arraseo, ppali ga!" usir Jimin.

"Dasar," maki Jhope namun pria itu tetap berjalan meninggalkan Jimin. Sekarang Jimin sendiri, ia berlari menuju pinggir jalan untuk mencari taxi yang akan membawanya pada tempat tujuannya. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya taxi tiba di depannya.

"Ahjussi tolong ke rumah sakit," pinta Jimin.

"Ne," tanpa basa basi sopir taxi tersebut menginjak gasnya menuju tempat yang Jimin katakan. Jimin melihat langit malam tanpa bintang. Dirinya mendadak ingat ketika ia dan Seulgi masih awal berpacaran. Mereka seperti jarang bahagia. Jimin merasa ia telah membuat dunia Seulgi lebih buruk daripada ketika wanita itu hidup tanpanya. Jimin menyesal, bukan menyesal karena menyukai Seulgi, tetapi menyesal karena membuat Seulgi balik menyukainya.

"Sudah sampai," kata sopir taxi tersebut membuat Jimin tersadar dari lamunannya. Pria itu segera memberikan beberapa lembar uang tanpa mengambil kembalian dari sang sopir. Ia tampak terburu-buru untuk memasuki gedung rumah sakit. Hingga sampai pada ruang rawat Seulgi, pria itu dihadapkan oleh seorang wanita yang nampak kesulitan untuk turun dari ranjangnya dengan wajah yang sudah memerah sembari menutup mulutnya. Jimin berhenti di ambang pintu tatkala wanitanya belum menyadari kehadirannya. Ia mengedarkan pandangannya pada sekeliling ruangan, tidak ada siapapun. Jimin bertanya tanya mengapa mereka meninggalkan wanita hamil sendiri di sini. Padahal Jimin belum tahu saja tidak ada orang yang tahu kalau Seulgi tengah mengandung.

Jimin berjalan ke arah Seulgi dan tanpa aba-aba mengangkat tubuh Seulgi hingga Seulgi reflek melingkarkan tangannya di leher Jimin. Mata keduanya saling bertatapan hingga Jimin memutuskan kontak mata mereka lebih dulu dan membawa Seulgi ke kamar mandi dan menurunkannya di depan wastafel. Pria itu memegangi rambut Seulgi. Wanita yang ada di depannya belum selesai mencerna apa yang terjadi barusan namun dorongan dari perutnya memaksanya mengabaikan pikiran yang bersarang di otaknya. Jimin mengelus punggung Seulgi. Ia tahu Seulgi pasti mengalami mual-mual setelah memasuki kehamilan dua bulan.

Winter Bear | Jimin X SeulgiWhere stories live. Discover now