6

887 104 1
                                    

Jiyeon menatap Jimin yang tampak terkejut ketika ia memberitahu pekerjaan barunya. Ia tahu mengapa orang ia anggap adiknya itu terkejut dan mungkin sedikit tidak senang. Jiyeon mengusap lengan Jimin dan tersenyum.
"Aku tahu rumormu dan Seulgi", kata Jiyeon. Jimin menatap lurus Jiyeon.

"Aku tidak ada hubungan apapun dengannya noona", kata Jimin membela diri.

"Kau tidak perlu menjelaskannya padaku. Jika kau tertarik padanya itu juga diperbolehkan", balas Jiyeon.

"Tetapi noona harus percaya jika aku sama sekali tidak menyukainya hanya sedikit meliriknya tapi aku tidak menyukainya sungguh", jelas Jimin.

Jiyeon tertawa melihat Jimin yang menurutnya sangat lucu.

"Kau melirik Seulgi pasti karena dia menarik kan", tanya Jiyeon. Jimin cepat-cepat menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Aku lebih tertarik pada noona. Noona yang terbaik", balas Jimin lembut. Kali ini Jiyeon yang tidak mampu berkata-kata hanya tersenyum canggung kemudian kembali berjalan berharap topik ini selesai sampai di sini. Tiba-tiba saja ponsel di genggamannya bergetar. Buru-buru ia mengeceknya. Sebagai pekerja baru seperinya, ada panggilan sekali saja sudah membuatnya stand by.
"Seulgi?", heran Jiyeon.

"Siapa noona?", tanya Jimin yang menyadari raut wajah Jiyeon.

"Seulgi", balasnya. Jimin mengangguk dan mempersilakan Jiyeon mengangkat teleponnya.

"Eoh Seulgi-ya wae geurae? (Ada apa?)", tanya Jiyeon pada objek di seberang sana.

"Kau dimana?"

"Eum aku di sungai Han", balas Jiyeon.

"Boleh aku kesana?"

"Eumm", Jiyeon memperhatikan sekelilingnya terutama Jimin yang ada di belakangnya.

"Boleh, kemarilah"

"Asa!", girang Seulgi di seberang sana.

"Aku tutup teleponnya ya eonni aku akan segera ke sana", kata Seulgi.

"Ne", balas Jiyeon.

Jiyeon berbalik menatap Jimin. Mereka memutuskan duduk di kursi panjang yang disediakan. Jiyeon sengaja tidak memberitahu Jimin perihal kedatangan Seulgi karena takut ia tidak nyaman. Ia ingin mendekatkan keduanya. Jiyeon pikir mereka cocok jika disandingkan. Jiyeon tersenyum membayangkannya.
"Noona kenapa kita hanya duduk saja?", tanya Jimin.

"Tidak apa-apa hanya lelah", balas Jiyeon sambil mengurut kakinya pura-pura kelelahan.

Tak lama kemudian seorang gadis mungil dengan celana jeans dan hoodie hitam tak lupa masker dan topi berada di depan mereka sambil memanggil nama Jiyeon. Keduanya menengok ke sumber suara. Jimin sedikit kaget melihat kedatangan Seulgi.
"Noona aku pamit", kata Jimin. Namun, Jiyeon dengan cepat menahan tangan Jimin.

"Jangan begitu, Seulgi sudah di sini masa kau langsung pulang. Di mana sopan santunmu anak nakal", pukul Jiyeon.

"Tapi dia", kata Jimin.

"Sudahlah ayo temui dia"

Sekarang mereka sudah berhadapan. Seulgi juga tampak kaget. Ia tak menyangka Jiyeon sedang bersama Jimin dan ia malah datang untuk bergabung. Bodoh, pikirnya. Ia malah akan membuatnya semakin rumit. Selama lima menit Seulgi hanya memasang wajah dingin layaknya ketika ia berada di atas stage.
"Seulgi-ya, bagaimana kalau kita minum saja? Kau suka kan?", tawar Jiyeon. Jimin langsung menengok ke arah Jiyeon seolah mengatakan tidak. Sayang sekali Jiyeon memberi tatapan mematikan pada Jimin membuat pria 23 tahun itu kehilangan kata-kata.

Winter Bear | Jimin X SeulgiWhere stories live. Discover now