54

678 83 15
                                    

"Yeudeura, eonni harus berangkat sekarang untuk make up di festival musik nanti malam," pamit Irene.

"Aku juga ada acara youtube," balas Yeri.

"Aku di dorm saja, nanti malam aku harus ke agensi untuk berlatih vokal," kata Wendy.

"Untuk apa kau berlatih?" tanya Irene.

"Ada tawaran mengisi ost lagi," jawab Wendy sambil membuka kulkas untuk mengambil air dingin.

"Joy?" tanya Irene.

"Ah, na? Aku ada jadwal pemotretan," balas Joy mendapat anggukan dari Irene.

"Seulgi, pulang hari ini kan," tanya Irene pada keempat anggotanya.

"Kabarnya iya, dia meminta izin hanya dua hari, seharusnya hari ini kembali," jelas Wendy.

"Kalau begitu, eonni pergi sekarang, ne?" pamit Irene sekali lagi.

"Hati-hati eonni," teriak Yeri yang dibalas acungan jempol oleh sang leader.

-----

Seulgi memangku jaketnya di paha. Ia sedang memandang langit orange cerah yang terbentang luas di atas sana. Sambil mendengarkan lagu 11:11 milik sunbaenya, Taeyeon, ia menyenderkan kepalanya pada jendela mobil taxi yang sedang dikendarainya. Ia memilih taxi tak lain karena ingin lebih bebas bepergian saja. Untungnya sopir taxi ini adalah langganannya sejak dulu. Orangtuanya pun tahu siapa sopir ini.

Perjalanan menuju Seoul ditempuh dalam waktu satu jam lebih beberapa menit saja. Seulgi berhenti di sungai Han. Ia sudah lama tidak melihat pemandangan alam di sana. Gadis itu menghirup udara dalam-dalam. Rambut coklatnya terbang tertiup angin membuat wajahnya semakin tampak cantik. Ia melirik ke arah arlojinya, pukul tujuh malam. Gadis itu meninggalkan sungai Han dengan berjalan kaki hingga berhenti di sebuah cafe sederhana namun tampak klasik dan elegan. Ia tersenyum pada penjaga cafe di depannya.

"Ice Americano hana juseyo," pinta Seulgi.

"Ne jamsiman gidaryeo juseyo," balas penjaga cafe.

"Ne," kata Seulgi.

Gadis itu duduk di kursi terdekat dengan tempatnya berdiri saat ini. Ia merapikan maskernya. Identitasnya tidak boleh terungkap di tempat umum dengan banyak pengunjung seperti ini, apalagi kabar operasinya belum tersebar, ia harus bisa menutupi diri dengan baik saat ini.

"Ice Americano!"

Seulgi mendongak ketika pesanannya telah siap. Gadis itu berdiri dari duduknya dan segera membayar.

"Kang Seulgi?" tanya penjaga.

"Anieyo, jeoseonghaeyo," jawab Seulgi sambil tertawa senatural mungkin agar tidak dicurigai lebih jauh lagi.

"Eo, jeoseonghamnida," balas sang penjaga dengan rasa bersalah. Seulgi mengangguk dan segera undur diri.

Seulgi memegangi dadanya yang bergemuruh. Hampir saja identitasnya terbongkar. Ia tidak bisa membayangkan akan jadi apa dirinya kalau ia sampai ketahuan, habis ia pasti. Syukurlah sekarang ia sudah bebas. Seulgi menghembuskan nafasnya berkali-kali. Ia memasukkan sebelah tangannya yang menganggur ke dalam saku jaket yang tak lain adalah jaket milik Jimin. Tidak ada yang akan mengenali apakah ini adalah jaket selebriti atau bukan tentunya karena jenisnya yang biasa saja. Namun, jaket itu mampu membuat Seulgi tersenyum ceria sedari tadi karena aroma parfum khas Jimin yang ia rindukan masih menempel dengan sempurna. Seulgi curiga kalau Jimin memakai parfum sebotol sehari karena pria itu selalu wangi setiap saat. Dia bahkan melarang Seulgi terlalu banyak memakai parfum tetapi ia sendiri malah yang terlalu wangi. Jimin bilang wanita yang terlalu wangi dapat memikat laki-laki, ia tidak ingin lelaki lain tertarik pada Seulgi. Namun pria itu tahu, kenyataannya dari kalangan artis saja banyak yang ingin mengambil posisinya. Parfum hanyalah satu hal kecil yang Jimin lakukan untuk melindungi posisinya.

Winter Bear | Jimin X SeulgiWhere stories live. Discover now